Bab 10

204 29 6
                                    

Selamat membaca💜
.
.
.
.
.
.

"Maaf merepotkanmu, Senior."

"Tidak repot sama sekali. Kau 'kan kekasihku."

"Aku akan pulang besok pagi-pagi."

"Tidak pulang juga tidak apa."

Selagi menunggu Geumjae memasukkan pin apartemennya, jemari Sara bergerak gelisah. Mengingat ciuman panas keduanya saat masih di halte tadi membuatnya merasa tidak nyaman dan sungkan.

Kang Sara tidak tahu jika tubuhnya 'kan merespon sangat agresif afeksi lembut yang diberikan Geumjae pada bibirnya di bawah atap halte satu jam lalu. Ciuman itu kelewat manis. Rasa mulut Gaeumjae seperti permen karet. Tatapan mata teduhnya berhasil membuat Sara merasa sangat disayangi, dan dicintai.

Sejenak Sara melupakan segalanya. Memulai ciuman yang lebih intens lagi dengan menarik kerah kemeja Geumjae yang setengah basah adalah respon alami tubuhnya. Jika saja seorang pria tua dengan tubuh bungkuk dan memakai tongkat bantu jalan ditangan kanannya itu tidak menginterupsi, Sara yakin akan merelakan lidahnya dilumat mentah-mentah oleh dokter tampan itu.

Ya Tuhan ... bahkan mengingat momen itu, membuat Sara spontan mengulum senyum dan reflek memegangi bibirnya yang sempat kebas. Sementara Geumjae memandanginya dari balik meja dapur sembari menuangkan air mineral ke dalam gelas beling.

"Minum dulu dan pakai handuk ini untuk menyeka rambutmu yang basah."

Geumjae memberi Sara handuk putih yang masih terlipat rapi. Wanita itu mengambilnya ragu-ragu sembari tersenyum tipis. Lantas ia gunakan untuk menyeka bulir hujan yang sempat membasahi bagian atas tubuhnya.
Geumjae memerhatikannya dengan intens, membuat rona di pipi Sara menjadi-jadi.

"Aku akan siapkan Ramyun untuk kita makan bersama setelah mandi."

"Apa kau punya dua kamar mandi, Senior?"

"Hanya satu, di sebelah sana," tunjuk Geumjae pada sebuah ruangan berpintu putih di antara kamar dan dapur. "Aku tidak berniat tinggal di apartemen setelah menikah, jadi kupikir tidak perlu apartemen yang besar. Mandilah terlebih dahulu. Aku akan mandi setelah kau."

"Bolehkah?" tanya Sara.

Geumjae menyipitkan netranya. Terlintas ide konyol dalam benak, "Apa kau mau aku ikut mandi bersamamu?" godanya kemudian.

"Ah ... tidak tidak. Aku akan mandi cepat."

Senyuman Geumjae mengembang bagai rekah mawar merah di lukisan taman bunga. Ketika Sara berlari terbirit-birit memasuki kamar mandi setelah pipinya mendadak menjelma seperti udang rebus.

Manakala Sara menutup pintu kamar mandi, cepat-cepat ia menyalakan keran bak mandi. Sekonyong-konyong ia langsung disuguhi aroma menthol yang maskulin, aroma khas pria dewasa. Sejenak, Sara memejamkan mata sembari menghirup dalam-dalam semerbak wangi kamar mandi milik Geumjae.

"Ayo berendam bersama! Aku beli bath bomb baru saat dalam perjalanan pulang tadi. Warnanya ungu, di kemasannya, sih, tertulis aroma anggur. Apa, iya, terbuat dari anggur yang dikeringkan?"

"Konyol sekali. Dapat dari mana, gagasan seperti itu? Aromanya mungkin cuma seperti bir mahal. Memangnya kau beli harga berapa?"

Hello Mi Casa [M]✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang