PART 17

31.4K 2.7K 6
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

----------------------------------------
KEDATANGAN RIAN

Hari ini Manda begitu kesepian karena sang kakek dan juga Dimas secara bersamaan baru saja pergi ke Jakarta karena ada suatu urusan.

Manda yang ingin ikut pulang ke Jakarta pun di cegah oleh sang kakek dengan alasan menemani nenek Mira yang tidak ikut. Mau tau mau Manda pun akhirnya menuruti perkataan sang kakek. Lagi pula jika harus meninggalkan neneknya di rumah bersama dengan beberapa asisten rumah tangga tetap membuat dirinya tidak tega untuk meninggalkan wanita paruh baya tersebut.

Akhirnya, untuk mengisi kejenuhannya, Manda memilih membantu mbok Ima memasak.

"Ternyata non Manda jago juga ya masaknya" puji mbok Ima.

"Gimana gak jago mbok, orang waktu aku kuliah di luar aku apa-apa harus masak sendiri" kekeh Manda.

"Oalah, pantas aja jago gini. Bisa-bisa yang jadi suaminya non Manda nanti pada ketagihan sama masakannya non Manda" ucap mbok Ima.

"Ah mbok bisa aja" kekeh Manda.

"Yaudah non, ini biar mbok aja yang lanjutin. Non ganti baju aja" ucap mbok Ima.

"Aku ke atas dulu ya, mbok" pamit Manda.

"Siap, non" sahut mbok Ima.

*****

Manda bersama nenek Mira baru saja menyelesaikan makan siang mereka.

Saat Manda hendak bangkit dari kursi, tiba-tiba saja mbok Ima datang menghampirinya.

"Non, kata mang Ujang di depan ada laki-laki yang nyari non. Katanya namanya Rian."

Manda seketika mengkerut ketika mendengar ucapan mbok Ima. Ada apa lagi dia ke sini pikirnya.

"Suruh masuk ke sini aja, mbok."

"Siap, non."

Mbok Ima pun akhirnya menyampaikan ucapan Manda tadi ke pos jaga di depan.

"Rian itu adiknya mantan sahabat kamu yang jahat itu kan?" tanya nenek Mira.

"Iya, nek" jawab Manda.

"Buat apa dia kesini?" tanya nenek Mira tak suka.

"Aku juga gak tau, nek" jawab Manda.

"Jangan lama-lama ketemu sama dia. Nenek gak suka dia di sini" peringat nenek Mira.

Manda yang mendengar itu pun menganggukan kepalanya. Memang sejak terkuaknya perselingkuhan itu, seluruh keluarganya langsung begitu membenci semua orang-orang yang berhubungan dengan kedua orang tersebut.

"Aku ke depan dulu, nek."

Manda pun melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Dan secara kebetulan masuklah mbok Ima beserta Rian yang berada di belakangnya.

"Duduk" ucap Manda pada lelaki itu.

Rian pun duduk seperti arahan Manda. Dan kemudian menatap perempuan di depannya dengan lekat. "Kak, kedatangan aku ke sini ingin meminta maaf kepada kakak atas keributan kemaren. Aku benar-benar meminta maaf kepada kakak. Aku sadar, kedekatan kita yang dulu tidak akan pernah bisa sama. Aku ngerti perasaan kakak kaya gimana. Oleh sebab itu, mungkin ini akan menjadi pertemuan terakhir kita karena aku akan pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan aku."

"Kakak pernah bilang kan? Untuk menjadi seorang pengacara yang hebat, aku harus belajar dengan bersungguh-sungguh dan cari ilmu sebanyak mungkin. Akhirnya aku menemukan sebuah universitas terbaik di luar, oleh sebab itu aku akan pergi ke sana."

"Makasih ya kak Manda selalu dukung aku. Aku bersyukur pernah merasakan kasih sayang dari kak Manda sebagai seorang kakak. Kak Sarah yang notabennya adalah kakak kandung aku sendiri bahkan gak pernah sekalipun mendukung setiap keputusan yang aku buat. Dia hanya bisa menuntut aku ini dan itu. Sekali lagi terima kasih, kak. Aku menyayangi kak Manda sebagai seorang adik yang menyayangi kakaknya."

Manda bisa melihat senyuman tulus yang berasal dari lelaki di depannya. Selain itu, Manda juga bisa melihat kelegaan yang terpancar dari mata lelaki tersebut. Lelaki di depannya ini sudah tumbuh menjadi lelaki dewasa dan Manda bangga akan hal itu.

"Setiap orang, pasti mempunyai impiannya sendiri. Dan setiap orang berhak untuk mengejar impiannya. Terus kejar impian kamu dan raih apapun yang ingin kamu raih. Kakak yakin kamu bisa. Kamu hebat, Rian. Kakak bangga sama kamu."

"Boleh aku peluk kakak?" pinta Rian berharap.

Manda dengan mantap menganggukan kepalanya. "Boleh."

Tanpa pikir panjang Rian langsung menerjang tubuh Manda dan memeluknya dengan erat.

Manda bisa mendengar isakan kecil dari lelaki tersebut. Tangan Manda pun terulur untuk mengusap punggung belakang lelaki tersebut. "Belajar yang rajin. Apapun kesulitan yang akan kamu hadapi nanti, kakak yakin kamu bisa melewatinya. Semangat, Rian."

Rian yang mendengar itu sontak tersenyum dan kemudian melepaskan pelukannya. "Terima kasih untuk semuanya, kak Manda. Semoga kakak selalu bahagia. Kalau begitu aku pamit. See you, kak."

Setelahnya Rian pun membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya.

Namun, baru beberapa langkah, Rian kembali membalikkan badannya dan tersenyum menatap perempuan yang dia anggap sebagai kakaknya itu. "Sepertinya Bupati tertampan itu terlihat menyayangi dan mencintai kakak. Kakak cocok bersanding dengan dia. Kakak layak mendapatkan laki-laki yang baik."

Selesai dengan ucapannya, Rian pun melangkahkan kakinya kembali tanpa membalikkan badannya lagi.

Manda yang melihat sosok Rian yang sudah menghilang dari balik pintu hanya bisa tersenyum mendengar ucapan lelaki tersebut. "Semoga kamu juga bahagia, Rian."

-bersambung-

MAS BUPATI (END) || SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang