PART 20

32.3K 2.5K 21
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

------------------------------------
PERHATIAN DIMAS

Jika hari-hari sebelumnya Manda selalu sarapan pagi bersama kakek dan neneknya, hari ini setelah sekian lama akhirnya Manda kembali sarapan bersama kedua orang tuanya.

Di meja makan yang super luas ini hanya di isi oleh Manda beserta kedua orang tuanya dan jangan lupakan berbagai macam makanan dan roti tersedia di atas meja tersebut.

"Kamu mau langsung kerja hari ini?" tanya mami Vivi.

"Iya, Mi. Kerjaan aku pada numpuk di atas meja. Kasian juga kemaren asisten aku ngerjain yang bukan bagian dia" jawab Manda.

"Lagian kamu kelamaan liburan di tempat kakek sama nenek. Betah banget kayanya di sana? Dapat jodoh gak?" cibir mami Vivi.

"Eits, ya pasti dong. Entar aku kenalin" sombong Manda.

"Oke. Kita tunggu ya, Pi?" ucap mami Vivi pada sang suami yang kini menatap dirinya tersenyum.

"Aku selesai. Aku berangkat dulu ya, Pi, Mi" ucap Manda seraya mencium pipi kedua orang tuanya.

"Hati-hati" sahut Papi Leon.

"Siap, bos" ucap Manda sambil memberikan acungan jempol kepada papinya. Setelahnya, Manda pun berangkat menuju butiknya.

*****

Jam sudah menunjukkan pukul 12:00 wib siang, namun Manda masih sibuk berkutat dengan buku gambarnya. Sampai bunyi telepon yang berasal dari handphone nya membuat Manda langsung menghentikan kegiatannya tersebut.

Mas Dimas is calling ...

Melihat nama di layar handphone nya sontak membuat Manda tersenyum dan dengan cepat menggeser ikon hijau di layar tersebut.

"Halo, assalamualaikum ..."

"Waalaikumsalam ..."

"Lagi apa?"

"Aku lagi ngegambar."

"Pasti kamu belum makan kan?"

Manda yang mendengar ucapan dari seberang sana langsung menepuk jidatnya pelan. "Hehehe ... belum, mas."

"Kebiasaan ya. Udah di bilangin dari kemaren juga. Makan dulu gih, baru habis itu lanjut lagi."

"Iya, nanti aku makan."

"Gak usah nanti-nanti, Manda. Sekarang!"

"Iya-iya. Mas gak makan siang emang?"

"Ini mau makan siang. Tapi mau mastiin kamu dulu, udah makan atau belum. Ternyata belum."

"Yaudah, mas makan aja dulu."

"Enggak, nanti aja. Bareng sama kamu."

"Yaudah, bentar. Aku mau minta tolong siapin makan siang sama asisten aku dulu."

"RISA ..."

Tak lama masuk seorang perempuan berkaca mata ke dalam ruangan Manda.

"Tolong siapin makan siang saya ya."

"Baik, bu."

Asisten Manda yang bernama Risa itu pun akhirnya kembali ke luar untuk mempersiapkan makan siang seperti permintaan bosnya itu.

"Udah denger kan?"

"Besok-besok gak boleh nunda makan lagi. Kalau waktunya makan siang, ya makan."

"Siap, pak bupati."

Tok!Tok!Tok!

"Masuk."

Ternyata yang mengetuk pintu ruangan Manda adalah Risa. Risa datang dengan sekotak makanan yang berada di tangannya.

"Ini, bu."

"Makasih ya, Sa."

"Sama-sama, bu. Kalau begitu saya izin keluar."

Setelah tak melihat keberadaan asistennya, Manda kembali berfokus pada sambungan teleponnya.

"Makanan aku udah dateng."

"Yasudah, mas matikan teleponnya. Nanti kita sambung."

"Oke. Dah, mas."

Sambungan pun langsung di matikan oleh Dimas dari seberang sana.

Manda menatap handphonenya dengan senyum yang mengembang. Manda kira ucapan Dimas kemaren hanya sekedar omongan belaka. Ternyata lelaki itu benar-benar membuktikan ucapannya. Dia benar-benar mengingatkan dirinya untuk makan siang.

"Ah elah, gara-gara kesenangan gini gue jadi lupa makan" gumam Manda dan memakan makan siangnya yang di siapkan oleh asistennya tadi.

Di tempat lain, Dimas yang baru saja mengakhiri panggilan teleponnya bersama Manda langsung menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya. Baru sehari Manda pergi, tapi dia sudah merindukan gadis itu.

Dimas pun mengambil handphonenya dan melihat foto Manda yang dia jadikan sebagai tampilan wallpaper handphonenya. "Manda ... Manda ... Sihir apa yang kamu buat sampai-sampai mas menjadi seperti ini."

Tiba-tiba tampilan layar handphone milik Dimas yang menampilkan foto Manda seketika berubah ketika ada telepon masuk di handphonenya.

Dimas yang melihat nama penelpon itu pun dengan cepat mengangkat panggilan tersebut.

"Assalamualaikum ..."

"...."

"Jadi."

"...."

"Besok malam."

"...."

"Seperti yang sudah kita bicarakan kemaren."

"...."

"Iya, waalaikumsalam."

Setelah sambungan telepon terputus, Dimas langsung memanggil ajudannya untuk mempersiapkan sesuatu. Setelah itu, barulah Dimas memakan makan siangnya yang sejak tadi berada di atas mejanya.

-bersambung-



MAS BUPATI (END) || SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang