Chapter 5 : Pesan, 'FUCK YOU'

8 4 2
                                    


Rosalyn POV

Ketangkap? Yang benar saja. Jangan bercanda, deh. Mereka bermain licik denganku? Tentu saja aku akan menemani mereka bermain, sesuai keinginan yang mereka diharapkan. Klo mereka rubah, maka aku leluhurnya rubah, nenek moyangnya. Emang nenek moyang bisa mereka kalahkan begitu saja?

Aku tersenyum menyeringai menertawakan kebodohan mereka. Mereka pikir panduan ku akan berakhir pada poin ketiga begitu saja, jangan mimpi di siang bolong.

"Panduan ke-empat menghajar penculik mesum!!!" Teriakku kencang. Aku membenturkan kepala ku kebelakang, dan membuat penculik itu mimisan.

Rasain, emang enak? Pasti guru Biologi mereka diajarkan oleh guru Matematika. Apakah mereka nggak tau, klo tulang tengkorak itu lebih keras ketimbang tulang rawan? Bukankah itu soal yang sudah biasa dan mudah? Bahkan anak SD saja tau.

Sudah empat orang yang tumbang. Tinggal satu lagi, tapi tenaga ku sudah terkuras banyak. Rasanya seperti aku terus tersedot dan dehidrasi, begitulah kira-kira aku mendeskripsikan kehabisan energi. Ini bukanlah arena tinju yang bisa beristirahat sebentar sesudah melewati satu ronde, maka bisa minum-minum atau sekedar beristirahat dengan mengelap keringat atau dibasahi dengan handuk basah. Disini nggak ada istilah aku bisa melakukan itu, minum sedikit air sesudah aku berhasil menjatuhkan satu lawan ku.

Aku harus sebisa mungkin menghindar dari serangannya, karena satu serangan saja akan berakibat fatal bagiku. Aku mencondongkan tubuh ku ke belakang saat akan ditendang, menghindar kanan kiri saat akan dilayangkan tinjunya. Ini memang nggak efektif sama sekali, bisa-bisa aku kehabisan tenaga atau aku kewalahan dan pertahanan ku terbuka. Itu akan menjadi awal bagiku untuk tumbang, apalagi sekarang tenaga sedang tidak mendukung.

Bhuukkk...!

"Arrrggghhh..." Sial, aku terkena pukulannya hingga aku jatuh terjerembab ke tanah. "Ini perut nyeri banget, liat saja ku balas kau!" Pikir ku sambil melayangkan pandangan benci pada Paman beruang itu.

"Hehehe, gadis kecil. Ku kembalikan lagi kata-katamu tadi pada kami, 'sepandai-pandai tupai melompat, pasti akan jatuh juga'."

"Hah, yang benar saja?! Kata-kata itu nggak berlaku untuk ku. Karena itu hanya akan berlaku untuk kalian para otak udang saja!!" Aku diam-diam mengambil segenggam tanah dan melempar ke matanya.

"Cara kelima panduan Taekwondo si jenius pemegang sabuk hitam, melarikan diri dari lokasi pertarungan. Tapi sayangnya aku nggak akan kabur begitu saja, aku bukanlah seorang pengecut yang akan lari dari arena pertarungan. Tak peduli itu pertarungan antara hidup atau mati, karena penghinaan ini akan ku balas langsung, perdana. Kau tau kenapa? Klo tidak itu akan melukai harga diriku." Aku memukul paman itu hingga babak belur, tapi aku nggak bakalan membuat dia pingsan sama seperti yang lainnya. " Paman, ku tambahkan bumbu untuk mu, karena aku sedang berbaik hati." Kataku sambil terus melayangkan tinju kepadanya.

Emosi ini menyulut diriku, aku kalap akan diriku sendiri, balas dendam yang ku rasakan mendidih dalam diriku, mungkin aku menganggap rasa sakit dan nyeri yang ku peroleh di perut ini sebagai penghinaan bagiku.

Aku mengangkat dagu paman itu supaya dia ingat akan wajahku, wajah gadis yang memukulnya hingga babak belur. Aku ingin dia mengingat akan penghinaan yang ku torehkan di wajahnya hari ini. Penghinaan sebagai seorang suruhan, tapi dia dikalahkan oleh seorang gadis bau kencur yang dikatainya. Ku perhatikan matanya yang sedikit membiru dan luka sobekan samping bibir yang berdarah, serta luka lainnya.

"Paman, tidakkah kau berpikir aku sangat pandai dalam menorehkan karya seni di wajahmu? Lihatlah wajah ini!" Teriakku sambil memperlihatkan wajahku. "Lihatlah wajah ini! Dan ingatlah penghinaan ini! Kau dikalahkan oleh gadis kecil yang kau sebut itu, Paman. Pergi! Cepat pergi dari sini sekarang!" Kataku melepaskan dagu paman itu. "Dan bawa teman paman yang sudah nggak sadar itu. Dan yang lain aku kira mereka masih bisa merangkak, kan? Pergi cepat!!!"

Dia Bahagiaku Dia Lukaku [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang