Chapter 11 : Pertunangan

7 3 0
                                    

Seorang anak perempuan kecil sedang bersembunyi di balik pintu menunggu seseorang yang menjadi targetnya, target untuk dikejutkannya. Dia menunggu sambil terkikih-kikih ringan membayangkan orang yang menjadi targetnya itu terkejut karena ulahnya.

"Lagi ngapain kamu, Del?" Tanya seorang anak laki-laki pada anak perempuan yang sedang asyik terkikih-kikih senang sendiri itu.

"Ah, tekejut Adel. Kak Rey.... Jangan ribut dong, shuuush... Adel mau mengejutkan Ayah." Jawab anak kecil itu sambil mengangkat jari telunjuknya didekat mulutnya itu.

Anak yang dipanggil kakak oleh anak perempuan yang berumur sekitar 3 tahunan itu mengangguk mengerti. Dan dia juga ikutan untuk menjalankan rencana dengan adik kecilnya itu walaupun dia sudah berumur 12 tahun.

"Boleh kakak gabung, kan?" Tanya Rey lagi pada adik kecilnya itu.

"Emm, tapi Kak Rey janji, jangan ribut yah." Ucap Adel mengangkat jari kelingkingnya didepan Rey.

"Iya, kakak janji." Jawab Rey mengaitkan jari kelingkingnya dengan kelingking Adel.

"Ini dia, datang." Batin anak itu saat melihat pergerakan kecil dari knop pintu.

Kriieeetttt.......

"Ayah pulang!" Ucap seorang laki-laki yang masuk melalui pintu yang sudah ditunggu-tunggu oleh Adel.

"Satu, dua, tiga." Bisik Adel memberi aba-aba pada Rey yang bersembunyi di belakang pintu
itu. "Sekarang! Bhaa...." Teriak Adel mengejutkan ayahnya itu.

Melihat kelakuan putri kecilnya itu, sang ayah yang baru pulang dati kantornya hanya bisa mengikuti permainan anaknya itu, supaya dia nggak terlalu kecewa usahanya sia-sia. Soalnya memang sudah ketebak dari dia mulai berbisik-bisik memberikan aba-aba pada kakaknya.

"Ahhhh.... Ayah sangat terkejut." Ucap laki-laki itu berakting terkejut didepan putrinya.

Melihat putrinya yang tertawa lepas membuat segala beban yang dirasakan oleh laki-laki itu menjadi hilang seketika. Dia menyerahkan tas kantornya pada Rey dan menggendong Adel kecil.

"Putri kecil ayah ini sangat suka mengejutkan ayahnya, ya?"

"Emm, iya. Sangat suka." Jawab gadis kecil itu dengan polos.

"Dasar kamu bocah nakal, ya!" Ucap Abraham, ayah dari Reyhandra dan Adel menggelitik putri kecilnya itu.

Adel menggeliat geli sebagai reaksi dari gelitikan Abra itu. Adelia kecil tertawa dengan begitu kelakar dan lepas. Suasana bahagia jelas meliputi keluarga kecil itu. Abra menaikkan Adel keatas kuduknya dan mendudukkannya disitu.

"Wahhh..., Adel udah tinggi. Ayah lari, lari ayah..., kayak pesawat yang dibilang kakak." Seru Adel kegirangan karena dinaikkan keatas kuduk Abra.

"Banyak juga ya keinginan putri kecil ayah ini. Tapi sayang, kita nggak bisa lari-lari dalam rumah, nanti malah dimarahin sama bunda kamu. Kan kamu tau sendiri dia tuh, kayak maung. Ngeri kan?"

"Alah..., padahal Adel mau naik pesawat yang dibilangin kakak itu." Ucap Adel sedih karena tidak dipenuhi keinginannya itu.

"Jangan, Del. Nanti malah jatuh lagi. Lebih baik turun, kita makan malam bentar lagi. Kasihan ayah capek batu pulang Kantor." Akhirnya Reyhandra bersuara mencoba membujuk Adel.

"Nggak mau. Adel tetap mau kayak gini." Tegas Adel tetap kekeh akan pendapatnya.

"Biarin aja, Rey. Namanya aja anak-anak, wajar klo mereka tu mau dipenuhi segala keinginannya. Dulu kamu juga kayak gitu, malahan kamu akan merengek sampe guling-guling klo nggak dibeliin pesawat mainan, mana itu di Mall lagi." Kata Abra mengingat akan ingatan betapa kekanak-kanakannya Reyhandra saat masih kecil.

Dia Bahagiaku Dia Lukaku [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang