Chapter 7 : Masa Lalu

6 3 0
                                    

Rosalyn POV

Aku naik ke atas menuju kamar ku untuk beristirahat. Banyak hal yang terjadi hari ini, mulai dari yang mencengangkan, menyenangkan, hingga sampai yang mencengkram.

Aku mengganti pakaianku dan kemudian langsung rebahan. Aku terus memikirkan apakah pilihanku ini benar? Aku memang mau membantu Papa, tapi aku juga tahu, aku nggak bisa mengganti masa depanku dengan hal sebesar pernikahan ini.

Ku perhatikan langit-langit atap sambil mempertimbangkan kembali keputusanku. Hingga aku larut dalam pemikiran ku sendiri. Lalu seseorang mengetuk pintu kamar.

Tok... Tok... Tok....

"Siapa?" Tanyaku dari dalam.

"Honey, boleh kakak masuk?"

Ternyata kakak, "Masuk aja, kak? Nggak Rosa kunci, kok." Jawabku bangun dari rebahan ku dan duduk di kasur sambil memeluk boneka Sasuke-ku.

Gini-gini, aku merupakan seorang penggemar anime. Diantara anime favorit ku adalah Naruto dan Black Clover, juga Demon Slayer. Banyak pelajaran yang kudapatkan dari sana. Walaupun kata orang tua, tontonan itu tidak bagus untuk anak-anak.

Aku mananya yang masih anak-anak. Orang umurnya juga hampir 18 tahun, tinggal hitung hari saja lagi. Tapi bagiku, nggak mesti tontonan itu bisa di tonton sama anak-anak atau nggak, asalkan kita bisa memilah, maka anime itu bisa menjadi pelajaran berharga.

Contohnya saja di anime Naruto itu mengajarkan kita untuk terus mengejar cita-cita yang ingin kita capai, dan kuncinya itu adalah... Kerja keras dan bekerja keras. Tak peduli apa kata dunia, tapi tetaplah pada cita-cita kita. Karena tidak ada hasil yang indah tanpa ada pengorbanan yang berarti.

Kakak masuk dan duduk di sampingku. Kakak memperhatikan ku lekat, terbesit rasa sedih dari rona wajah kakak. Aku pun paham klo kakak sedih karena perjodohan ku, mungkin itu bukan karena kehendak ku sendiri.

"Kakak apaan sih, liat Rosa kayak gitu. Rosa dah bolong nih kakak liat terus lho! Liat, mata kakak udah kayak keluar lasernya tuh." Kataku menunjuk ke mata kakak.

"Honey... Kakak mewek nih."

"Yah... Jangan dong brother. Masa mewek, sih? Sini!" Aku membuka tanganku. Kakak langsung memelukku, dan nangis di pelukanku. Aku terharu dan jadi ikutan sedih. Tapi aku nggak bisa, takut dramanya akan lebih panjang lagi. "Oh.... cup, cup, cup, my big baby Stev, don't cry baby."

"Honey, kakak bukan baby lagi."

"Makanya jangan nangis, dong. Aishhh, habis basah baju Rosa dengan air mata kakak. Tanggung jawab nih!" Kataku pura-pura marah.

"Huhuhu... Sorry..., honey."

"Jadi, ada perlu apa, kak. Tumben kesini. Kakak bukannya mau nangis kesini, kan?" Candaku sambil menghapus air mata kakak. "Udah... Masa anak cowok nangis, sih? Nanti gantengnya hilang lho."

"Honey...."

"Iya, serius. Klo kakak udah nggak ganteng lagi, aku akan pindah hati, ya. Mungkin si kembar juga nggak terlalu buruk deh." Kataku sambil mengusap-usap daguku, juga sambil mengerling kakak. Kira-kira akan seperti apa ya ekspresi kakak?

"Honey, berani-beraninya kamu pindah hati pada si kembar! Awas saja klo kamu berani, akan ku buat si kembar itu jadi waria. Tak hanya si kembar, semua orang akan kakak buat jadi waria, asalkan kamu berani melirik mereka." Ancam kakak dengan wajah kesal. Tapi itu sangat menyenangkan. Ini berbanding terbalik dengan yang tadi, kemana perginya wajah galaknya itu?

"Kak...kak. Walaupun semua laki-laki di dunia ini jadi waria, Rosa juga nggak akan ngelirik kakak. Ketimbang kakak, aku masih suka sama gepeng 2D-ku." Ucapku terus menggoda kakak.

Dia Bahagiaku Dia Lukaku [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang