Bab 1. Cahaya Sore

603 27 0
                                    

- Happy reading -

•••••

Bab 1. Cahaya Sore

"Setiap lamunanku adalah kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Setiap lamunanku adalah kamu. Yang terkadang membuatku bahagia. Namun, tak jarang juga membuatku cemas."


- Cahaya Sandyakala -

•••

Deburan ombak yang terdengar semakin
menggema di penjuru pantai, serpuan anginnya mulai mengikis kehangatan. Bahkan, sandyakala pun sudah mulai menampakkan dirinya untuk menggantikan sang bagaskara.

Di sebuah Pantai dengan gurat merah jingga yang membentang di sudut cakrawala, terlihat seorang perempuan cantik dengan balutan baju lengan panjang- berwarna hitam pudar dengan berbahan rajut dan baggy jeans blue, duduk di pesisir pantai sembari mengamati gulungan ombak yang menghantam pasir hitam.

Dia Cahaya Trisha Putri Sandyakala, atau lebih akrab disapa Cahaya atau Aya. Perempuan sederhana nan cantik dengan surai panjang yang menyukai minuman varian matcha. Selain itu, perempuan tersebut juga hobi memasak dan sangat menyukai suasana senja pun hujan.

Terhitung sudah satu jam lamanya ia duduk berdiam diri di pinggiran pantai. hanya untuk menikmati senja dengan gradasi merah jingga keemasan yang hendak ditelan oleh lautan lepas. Dengan segala pikiran yang berkecamuk di dalamnya, Cahaya menatap lurus ke depan. Pikirannya kembali diingatkan dengan seorang laki-laki yang menyinggahi hatinya sedari SMA hingga sekarang, Mungkin.

Pada malam itu, Tepatnya setelah acara wisuda SMA. Agra dan Cahaya makan Malam disebuah restoran mewah Korean Food milik keluarga Agra.

Agra Kavindara Sanjaya, adalah Putra Bungsu dari keluarga sanjaya. Keluarga pengusaha sukses dan kaya raya di Kota Jakarta. Dia adalah laki-laki dengan paras tampan, laki-laki super humble yang mudah bergaul dengan siapa saja. Ia begitu mencintai Cahaya. Bisa dikatakan, keduanya adalah bucin, kalau kata anak muda jaman sekarang.

Agra sangat menyukai hujan sebab Cahaya menyukainya. Selain senja, Cahaya memang menyukai hujan. Namun, itu semua terjadi sebelum sesuatu menerpa di antara keduanya.

Kemudian, Agra meraih satu tangan Cahaya, mengusapnya lembut sembari menatap lekat wajah cantik sang Kekasih. "Sayang, 2 Minggu lagi Anniversary kita yang ke 2, loh! kamu nggak mau kita pergi kemana gitu? Untuk ngerayainnya."

"Nggak usah kemana-mana, cukup kamu selalu ada buat aku, selalu cinta sama aku, dan ngewujudin impian kita berdua. Itu sudah lebih dari cukup, Gra." Cahaya menjawabnya dengan sorot mata penuh harap. Kemudian, ia meletakkan kedua tangannya di atas tangan Agra. Lalu tersenyum manis dan dibalas dengan senyuman tak kalah manis oleh Agra.

Cahaya SandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang