Bab 6. I'm Comming Surabaya

171 10 0
                                    

Bab 6. I'm Comming Surabaya

- Happy Reading -

Logika mengatakan aku harus pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Logika mengatakan aku harus pergi. Namun, tak ku pungkiri bahwa di lubuk hatiku yang paling dalam, aku masih sangat mencintainya dan menunggunya untuk kembali.

-Cahaya Sandyakala-

•••

Hari demi hari pun telah Cahaya lalui, tanpa seorang Agra yang cerewet dan selalu mengganggu nya itu. Jika sebelum-sebelumnya Cahaya akan berusaha menolak untuk berangkat pagi bersama Agra, untuk pagi ini … ketidak hadiran Agra begitu terasa. Jika ditanya apakah Cahaya masih cinta? Jelas jawabannya iya. Bagi Cahaya, Agra adalah segalanya, jika bukan segalanya … tidak mungkin Cahaya merelakan dirinya dinikmati Agra dengan sukarela. Kendati demikian, Agra adalah seseorang yang selalu ada untuk Cahaya. Meski … ujung-ujungnya ia selalu meminta untuk tidur bersama. 

Langit biru dengan arak-arakan awan putih mengiringi langkah gontai Cahaya menuju kantin. Dengan dersikan angin pagi yang terasa dingin menyapu kulit Cahaya yang hanya menggunakan baju lengan pendek. 

Terlihat beberapa motor yang sudah terparkir di parkiran belakang kampus. Dan entah kenapa, pagi ini Cahaya tidak singgah ke kelas. Setelah memarkirkan motornya, Ia langsung menuju kantin dan duduk di meja paling pojok. Seperti biasa, Ia melamun terlebih dahulu sebelum nantinya, menyantap sarapannya. 

Belum lama Ia duduk di sana, tiba-tiba Arsenio datang mengejutkan Cahaya. 

"woy Aya ... Pagi-pagi udah ngelamun aja, lo!" 

Cahaya memejamkan mata sebelum akhirnya menyahuti Arsenio. "Lo ngagetin! tumben nggak bareng melati?" 

"Gue bingung kenapa Tuhan nggak adil sama gue, disaat gue mencoba menaruh hati pada wanita lain, kenapa dia datang tanpa persetujuan lalu dengan tanpa kata dan muncul di kehidupan gue lagi." jawab Arsenio yang tiba-tiba curhat perihal cintanya yang rumit. 

"Gue tau, lo pernah suka sama Gata, dan mungkin saja Gata pun demikian. Tapi semuanya sudah terlambat, Sen. Kesalahannya ada pada lo, yang notabene seorang cowok– tapi nggak gentle ungkapin perasaan, ditambah lo yang seolah memberi harapan besar pada melati, jangan lo permainin hati mereka, pilih salah satu atau tidak sama sekali, gue memang dekat dengan melati. Tapi gue lebih mengenal Gata, dia wanita yang pintar menyembunyikan perasaannya pada orang, termasuk pada gue ... sahabatnya." 

Cahaya tahu apa yang sedang dirasakan oleh Arsenio. Oleh sebab itu, ia mengatakan demikian. 

Cahaya sendiri sudah mengenal Arsenio sejak lama. Keduanya pun akrab sebab sering main bersama saat masih Sekolah Mennegah Atas. Namun, kejadian di Alun-alun beberapa minggu yang lalu membuat Arsenio terlihat sedikit berbeda. Entah apa yang sedang Arsenio sembunyikan. Bahkan Mangata, akhir-akhir ini menghindar dari Melati pun juga dengan Pertanyaan-pertanyaan perihal Arsenio. 

Cahaya SandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang