Bab 5. Perpisahan

222 11 0
                                    

Bab 5. Perpisahan

•••

- Happy Reading -

•••

Bukan soal siapa yang paling mencintai, tapi soal komitmen yang dijalani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan soal siapa yang paling mencintai, tapi soal komitmen yang dijalani. Bukan hanya tentang janji manis, tapi hati yang juga harus dijaga. Bukan hanya mengucap lalu melupakan, tapi berani berucap berani berbuat, maka harus berani bertanggung jawab.

- Cahaya Sandyakala -

•••

Angin malam merambat menyapu kulit, semilirnya menambah suasana malam yang semakin lengkap dengan secangkir kopi panas. Dibawah langit malam yang bertabur bintang, terlihat mangata di tengah-tengah kolam ikan koi yang begitu indah. Namun, sebuah keindahan yang jarang dilihat oleh sebagian orang. 

Di sebuah kedai kopi outdoor di Kota Sleman. Saat ini, Cahaya dan Agra tengah bersantai di tempat tersebut. Di Malam Minggu yang begitu ramai dipenuhi oleh kawula muda, dengan alunan musik romantis yang dimainkan oleh Violinist di panggung cafe pada ujung tembok dekat dengan meja kasir. 

Sedari tadi, antara Agra maupun Cahaya tidak ada yang berbicara. Keduanya diam dengan pikiran yang berkecamuk. Hingga Cahaya memecah keheningan dengan bertanya perihal Kepergian Agra ke Korea. "Kamu … serius akan cuti kuliah setahun?" 

Agra mendongakkan kepalanya menatap Cahaya dengan tatapan sendu. "Mau gimana lagi Ay, Kakek sakit dan ingin aku yang merawatnya. Pun juga dengan Mama, yang juga sering mengeluh tidak enak badan. Selain itu, Kakek juga memaksaku untuk belajar sejak dini perihal bisnis bersama Kak Caraka."

Agra meraih kedua tangan Cahaya, menatap Cahaya dengan tatapan yang begitu sendu. "Maaf, kita harus break untuk sementara waktu." 

Cahaya memalingkan wajahnya menahan tangis. Ia sudah mengira jika akan terjadi hal seperti ini, sebuah hal yang selalu ditakuti olehnya. Menit berikutnya, Cahaya menatap balik kedua mata sendu Agra. Kini keduanya saling menatap dengan sendu. Perasaan sedih mendominasi keduanya. Namun, dengan cepat Agra mengatakan bahwa hal ini bukanlah selamanya. "Kita hanya break Ay, tidak berpisah. Kita hanya terpisahkan oleh jarak dan hati aku tetap untuk kamu."

"Kamu janji ya ... bakal sering kasih kabar ke aku dan Jangan lupain aku. Setahun itu lama, Agra!" 

Sedih, Cahaya jelas bersedih perihal kepergian Agra yang mendadak itu. Bahkan Agra mendapat telepon dari sang Kakak beberapa jam yang lalu. Lebih tepatnya, saat mereka baru saja tiba di Kedai tersebut. 

Cahaya SandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang