Bab 9. Bukankah itu, Sahabat?

133 6 0
                                    

Bab 9. Bukankah Itu, Sahabat?

•••

- Happy Reading -

•••

Semuanya memang tidak harus diceritakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semuanya memang tidak harus diceritakan. Akan tetapi, meyakinkan pada sahabat jika kita baik-baik saja adalah hal yang sangat diperlukan. Menghindari prasangka-prasangka buruk yang kemudian menimbulkan jarak. Atau mungkin, sedikit melegakan perihal khawatir.

_ Cahaya Sandyakala _

•••


Sepulang dari Stasiun, Cahaya dan Mangata memutuskan untuk langsung pulang ke apartemen, tak lupa membeli makanan untuk makan malam, Cahaya pun juga menolak ajakan Aster untuk mengantarnya sampai apartemen. Pasalnya, Cahaya malu setengah mati mengingat dirinya yang tidur berbantal bahu Aster, dan mungkin … sedikit memeluk, ia takut perihal perasaannya yang tidak seharusnya datang kembali.

"Ay … kok bisa sih, Kak Aster tadi sebangku sama lo? Atau … dia pindah di samping lo? Terus … kenapa sikap lo tadi aneh banget sama dia, atau jangan-jangan … kalian … CLBK ?"

Mangata begitu terkejut atas apa yang ia lihat. Ia tidak bisa berkata-kata lagi saat melihat Aster di Stasiun. 

"Wah … parah nih, kalo itu sampai terjadi ...  gimana nasib si Agra? Kasian banget sumpah!"

Mangata geleng-geleng seraya membulatkan kedua matanya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana nasib Agra jika Cahaya benar kembali pada Aster. 

Dan Saat ini, keduanya tengah berada di apartemen, lebih tepatnya di apartemen Cahaya. Sembari menyantap nasi goreng yang mereka beli di pinggir jalan saat perjalanan pulang tadi. Dan begitulah Mangata, yang mencerca berbagai pertanyaan pada Cahaya sebab keingintahuannya yang melewatkan sesuatu yang menurutnya sangat menarik. Dan jadilah ia menginterogasi Cahaya dengan segudang pertanyaan yang memenuhi pikirannya. Terkadang, pemikiran Mangata memang suka diluar logika.

"Diem! habisin dulu itu makanan, baru nanya satu-satu," sahut Cahaya yang mulai geram meladeni semua pertanyaan Mangata.

"Ihh … Lo mah, gitu!"

"Lagian lo sih, aneh-aneh aja, gue sama Kak Aster emang nggak sengaja satu bangku, Gata. Gue juga nggak CLBK sama Kak Aster, gue emang masih sayang sama dia. Susah, move on sama laki-laki sebaik Kak Aster, tapi gue lebih cinta sama Agra . Lo lupa sama Kak Bulan? Yang sampai Sekarang masih mencintai Kak Aster, lo juga tahu kalau Kak Bulan alasan gue buat memutuskan hubungan sepihak sama Kak Aster."

Cahaya SandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang