Bab 10. Kebetulan Yang Tidak di Sengaja (18+)

334 7 0
                                    

Bab 10. Kebetulan Yang Tidak di Sengaja (18+)

•••

- Happy Reading -

Aku pernah diposisi menunggu kabar seseorang sampai gelap yang jatuh pada Porosnya, bahkan senyum mentari pun kian menghangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku pernah diposisi menunggu kabar seseorang sampai gelap yang jatuh pada Porosnya, bahkan senyum mentari pun kian menghangat. Namun, tak kunjung aku dapatkan sampai senja pun ikut menertawakanku, karena aku terus menerus meminum secangkir kopi kerinduan di dalam lara.

_ Cahaya Sandyakala _

•••

Warning !!!

Bab ini mengandung unsur 18+.

Mohon bijak untuk memilih bacaan.

•••

"Gat, lo nggak bercanda, 'kan, apa yang lo bilang di coffee shop tadi …? " Cahaya yang belum puas akan pengakuan Mangata itupun tiba-tiba kembali bertanya.

"Menurut, lo …? " Mangata menjawab dengan ketus. Pasalnya, ia sungguh tidak ingin mengingat perihal itu. padahal ia sudah menceritakan semuanya. Tapi tetap tidak menjawab rasa penasaran Cahaya.

"Jadi, Arsenio pura-pura nggak tahu soal kepergian lo waktu itu?" 

Mangata memutar bola matanya malas, "auk ah gelap.  Gue nggak mau bahas soal itu. Menurut gue, malam itu benar-benar suatu kesalahan. Biar bagaimanapun, gue nggak akan bisa ngelanjutin kisah gue kembali bersama Arsenio, nggak mungkin, 'kan, gue merebutnya dari melati?"

Setelah berkata demikian, Mangata beranjak dari duduknya kemudian bergegas menuju kamar. Sedang Cahaya, ia mengikuti Mangata dari Belakang.

"Gue mau tidur. Kalo ke supermarket gue nitip cemilan apa aja terserah lo," pintanya. 

Dan disinilah mereka sekarang, di balkon kamar Mangata. Setelah dari coffee shop tadi, Cahaya langsung mengajak Mangata untuk kembali ke apartemen. Bukan apa-apa, Cahaya hanya takut Mangata semakin tertekan dengan segala pikiran yang memenuhi otak.

Masalah ini sungguh rumit.

Bahkan Cahaya sendiri, ia tidak membela ataupun menyalahkan salah satu dari Mangata pun Arsenio. Hal seperti itu mungkin banyak dialami remaja pada umumnya yang notabene lemah dalam iman dan terhanyut oleh suasana. Sebab Cahaya sendiri pun demikian, bahkan mungkin lebih sering dan kelewat batas.

Entahlah,

Apa yang dipikirkan oleh Cahaya, apakah ia yang dibutakan oleh cinta, atau ia yang benar-benar mencintai sampai rela memberikan segalanya, termasuk sesuatu yang tidak seharusnya ia berikan. 

Cahaya SandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang