Bab 11. Memecah Celengan Rindu

246 5 0
                                    

Bab 11. Memecah Celengan Rindu

•••

Happy Reading

"Dan rasa rindu yang menggebu itu kembali membuatmu menang, Agra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dan rasa rindu yang menggebu itu kembali membuatmu menang, Agra. Aku kalah!"

_Cahaya Sandyakala_

•••

Pagi menyapa dengan butiran embun yang memenuhi lapisan bumi, dengan sinar mentari yang menghangat memeluk jiwa, dan teka-teki yang menuntut bertatap muka, kini … telah terpecahkan dengan pelukan hangat yang sangat menenangkan.

Satu malam bersama, tidak membuat dua pasangan ini merasa puas untuk memecah celengan rindu yang kian mengukung sejak beberapa bulan yang lalu. Terbukti dari mulai pukul Lima Sore mereka bersama hingga sekarang pukul Enam Pagi tak membuat keduanya beranjak dari tempat tidur, dengan tubuh yang masih polos dan dengan penyatuan yang tidak terlepas dibawah selimut.

Ssshhh ….

Suara desahan tiba-tiba terdengar ketika merasa sesuatu dibawah sana kembali menegang. 

"Say, kenapa kamu malah bergerak, apa masih kurang semalaman aku gempur, hmm …?" seru Agra dengan nada sensual dan mata yang masih terpejam.

Cahaya mendengus kesal, memukul dada Agra kemudian mendorongnya pelan. 

"Sana, ih! Lepas! Badan aku capek, semalaman kamu brutal banget, dan kamu pun kaya bayi, sampai dadaku merah." 

Tanpa memperdulikan omelan Cahaya, dengan gerakan cepat Agra mengangkat Cahaya di atas tubuhnya, kemudian ia bangkit dari posisi tidurnya dan segera duduk dengan Cahaya yang berada diatas pangkuannya. "Kamu cantik," Agra tersenyum penuh arti seraya menatap lekat Cahaya, mengunci pandangan yang diakhiri dengan kecupan mesra di pagi hari. Setelahnya, tanpa aba-aba ia menggendong Cahaya ala koala tanpa melepaskan penyatuan, membawa Cahaya ke kamar mandi kemudian menghirup aroma Cahaya dengan sensual. 

"Ini semua milik aku, semua yang di tubuh kamu milik aku, tidak boleh seorang pun melihat dan menyentuhnya. Hanya aku dan aku," ucap Agra dengan nada posesifnya, mengklaim Cahaya sebagai hak miliknya.

Cahaya hanya bisa diam dengan menatap.

Setelah itu, Agra melumat mesra bibir ranum Cahaya. Dan ya … pergulatan itu kembali terjadi di pagi ini. Keduanya kembali bertukar Saliva dan saling mencipta kenikmatan di bawah guyuran shower. 

•••

Setelah satu jam berada di kamar mandi, keduanya pun keluar bersamaan dengan Cahaya yang menggunakan handuk kimono putih. Sedang Agra, ia keluar hanya dengan melilitkan handuk putih pada pinggangnya.

Cahaya SandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang