7. Kelalaian Wisnuwardhana

6 2 0
                                    

Sejak tadi, Wisnuwardhana tidak dapat duduk diam. Kakinya di bawa melangkah ke sana ke mari tanpa tujuan yang jelas. Sudah sekitar lima menit ia melakukan itu, tetapi Wisnuwardhana belum memiliki niat untuk menghentikan aktivitas tidak bermanfaatnya.

Seorang wanita melangkah mendekat. Wisnuwardhana menghentikan pergerakan kakinya dan ikut mendekati sang wanita. "Apakah saya bisa mendapatkan keringanan untuk mengirimkan kembali film yang benar? Saya janji, tidak akan mengecewakan para juri," ucapnya tanpa basa-basi.

"Maaf, Dek, tidak bisa. Kompetisi sudah selesai dan pemenang pun telah diumumkan. Coba lagi di lain waktu, ya."

"Tapi secara gak sengaja CD film kelompok saya tertukar dengan milik orang lain. Jelas saya dan teman-teman saya merasa dirugikan. Tidak bisakah panitia penyelenggara membantu mendapatkan kembali CD film kelompok saya dan mengembalikannya?" Wisnuwardhana berucap panjang lebar. Tentunya, ia sudah menyiapkan kalimat itu dari jauh-jauh hari. Tohjaya dan Dedes ikut membantunya merangkai kata agar tidak salah berucap.

"Saya ikut prihatin, tapi kelalaian itu bukan dari pihak penyelenggara, melainkan dari peserta sendiri. Panitia tidak memiliki tanggungjawab atas hal itu. Mengenai CD film pun, saya atas nama panitia tidak bisa membantu."

Ucapan sang wanita membuat Wisnuwardhana mengepalkan tangan erat. "Tapi film itu milik saya dan teman-teman saya. Jika tidak bisa mendaftar ulang, maka kembalikan CD itu pada pemiliknya. Apakah begini kualitas SDM kompetisi film pendek bergengsi? Peserta diminta menggunakan lagu atau instrumen bebas copyright, tetapi tidak menghargai peserta sekaligus si pemilik film," cetusnya mulai sedikit emosi.

Wanita itu mengarahkan jari telunjuknya pada Wisnuwardhana. "Kamu hanya anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Saya hanya menjalankan peraturan yang ada. Hak cipta tidak hanya dijaga dari pihak luar, tetapi dari pihak yang bersangkutan. Jika kamu tidak bisa menjaga hal-hal kecil seperti ini, maka kamu pun tidak akan bisa menjaga hidupmu sendiri. Awalnya saya ingin membantu mendapatkan CD film milikmu kembali, tetapi saya berubah pikiran. Saya yakin, film yang kamu dan teman-temanmu hasilkan hanyalah film biasa dan tidak pantas mengikuti kompetisi ini. Itu sebabnya kamu kalah sebelum berperang."

Wisnuwardhana bergeming di tempatnya sesaat setelah wanita itu berucap panjang lebar dan pergi meninggalkannya tanpa permisi. Terlihat jelas jika si wanita marah dan merasa tersinggung dengan ucapannya.

"Kenapa jadi makin ribet gini?" Wisnuwardhana bertanya di tengah keheningan. Tujuannya datang dan bertemu dengan panitia penyelenggara kompetisi film pendek remaja yang sebelumnya Singasari's Squad ikuti ialah untuk bicara baik-baik dan menyelesaikan masalah. Namun, bukannya menyelesaikan, ia malah menambah masalah baru.

Wisnuwardhana mengacak rambut frustrasi. "Apa yang mau gue katakan sama Arok dan yang lain? Bisa-bisa gue kena omel sama mereka."

Menyeret kakinya dengan malas, Wisnuwardhana meninggalkan bangunan itu. Di luar, sudah ada teman-temannya yang menunggu. Mereka menatap penuh harap padanya.

"Berhenti menatap penuh harap kaya gitu ke gue," katanya kesal.

"Ada masalah?" Dedes bertanya pelan.

Bukannya menjawab, Wisnuwardhana malah berdiam diri di tempatnya. Dapat diingatnya dengan jelas bahwa pada saat melakukan pendaftaran, ia bertemu dengan seorang cowok dan tanpa sengaja menabraknya. Hal itulah yang membuatnya yakin jika CD film Singasari's Squad tertukar dengan CD film cowok yang ditabraknya itu. Sayangnya, Wisnuwardhana tidak kenal siapa cowok itu dan tidak mengetahui namanya. Mendapatkan CD film mereka kembali pun rasanya sangat sulit. Seperti mencari jarum di tumpukan jerami.

"Woy, Wisnu. Kenapa kau bengong?" Arok memukul keras punggung sang kawan guna mengembalikan kesadarannya.

Wisnuwardhana berdecak sebal. "Sakit, Rok. Nabok gak kira-kira," katanya.

"Habisnya kau bengong. Memangnya, apa yang terjadi di dalam? Apakah kita bisa melakukan pendaftaran ulang? Atau minimal, mendapatkan kembali CD film kita yang hilang?" Arok bertanya tidak sabaran.

"Gak kedua-duanya. Katanya, bukan tanggungjawab panita, karena murni kelalaian gue," jawabnya sebelum mendudukkan diri di sebuah kursi panjang.

"Jadi gimana? Gak cuma gagal di kompetisi, kita bahkan kehilangan film kita." Anusapati berucap sesaat setelah memijit kepalanya.

"Melihat data peserta juga tidak bisa, ya? Bagaimana caranya kita menemukan orang yang ditabrak Wisnu?" Dedes kembali bertanya.

Wisnuwardhana mengacak rambut frustrasi. "Ini semua salah gue. Coba aja, gue nolak bawa CD itu. Hal ini gak akan mungkin terjadi."

Hening. Tidak ada yang memberikan tanggapan, sebab, Singasari's Squad tidak menemukan jalan keluar atas masalah yang terjadi. Satu-satunya harapan ialah mencari tahu langsung dari panitia penyelenggara kompetisi, tetapi hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Panitia penyelenggara tidak akan mungkin memberitahukannya pada orang asing.

"Pelajaran bagi kita untuk lebih teliti dan hati-hati lagi," kata Kertanegara seraya beranjak dari tempat duduknya.

"Iya, Kerta. Gue tahu, kok, kalau semua ini salah gue," sahut Wisnuwardhana tanpa melihat lawan bicaranya.

"Aku tidak mengatakan ini salahmu. Tetapi, tidak dapat dipungkiri hal ini terjadi karena kelalaianmu. Meskipun begitu, di antara kita semua, tidak ada yang menyalahkanmu. Kuharap, kau pun begitu. Kita pikirkan dengan kepala dingin dan cari solusi terbaiknya pelan-pelan."

Ucapan Kertanegara mampu meredam sedikit amarah Wisnuwardhana. Kesalahan yang dilakukannya begitu fatal. Akan tetapi, tidak ada yang menyalahkan dirinya atas apa yang telah terjadi. Sepatutnya, ia bersyukur memiliki teman-teman yang mengerti dirinya. Akan tetapi, rasa bersalah itu masih bersemayam di hatinya. Tidak mungkin baginya melupakan kesalahan itu begitu saja. Minimal, sampai mereka menemukan kembali CD film pendek yang telah mereka buat dengan susah payah itu.

"Sebaiknya kita cari tempat yang lebih tenang dan mencari jalan keluar dari masalah ini," cetus Tohjaya.

Singasari's Squad memilih berkumpul di sebuah cafe. Mereka duduk sedikit menjauh dari pengunjung lain agar dapat berdiskusi dan berpikir dengan tenang, tanpa mendapat gangguan dari pengunjung lain.

"Sebenarnya, kita gak perlu susah payah kaya gini. Tadi, gue udah coba bicara sama salah satu panitia dan minta mereka cari CD film kita. Karena dia nolak, gue sempat emosi dan berucap gak sopan. Dia marah dan bilang gak mau bantu kita. Kalau aja, gue bisa menahan diri. Mungkin, kita bisa mendapatkan CD itu dalam waktu dekat," tukas Wisnuwardhana memecah keheningan.

"Yah, semuanya udah terjadi. Kita gak bisa memutar waktu. Kalau pun panitia penyelenggara membantu, kita juga gak bisa lepas tangan gitu aja. Udah dibilang juga ini kelalaian kita sendiri. Mereka gak akan mau bertanggungjawab," tukas Anusapati memberi sedikit dukungan pada temannya itu.

"Aku yakin, kok, kita bisa mendapatkan CD film kita kembali. Kita berusaha keras menyelesaikan film itu dan sudah sepatutnya hasil karya kita berada di tangan kita sendiri. Bukannya di tangan orang lain." Dedes berucap sembari mengulas senyum tipis.

Bersambung...

Eka Prasetia Amerta 2: Kartika Candra [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang