Keheningan menjadi teman baru Singasari's Squad. Tidak ada satu pun di antara mereka yang buka suara. Apalagi terkait Kertanegara ataupun kelanjutan nasib film mereka. Bukannya tidak ingin, tetapi mereka bingung harus bersikap bagaimana, sebab, Kertanegara tidak pernah bersikap demikian.
"Jadi gimana? Masa kita mau lepas tangan gitu aja? Kita harus bisa ajak Kerta bicara," cetus Wisnuwardhana memecah keheningan.
"Memangnya siapa yang bisa membujuk Kerta?" Bukannya pesimis, tetapi Anusapati berucap jujur. Biasanya, Kertanegaralah yang bertindak sebagai penengah di antara mereka. Namun, di saat dirinya bersikap berbeda seperti ini, tidak ada yang bisa berbuat sesuatu untuknya. Lebih tepatnya, tidak ada yang berani.
"Aku pun tidak yakin bisa membujuk Kerta. Mungkin kamu bisa, Jaya," ucap Dedes menoleh pada cowok itu.
"Akan aku coba, meskipun tidak yakin," balas Tohjaya ragu.
"Gue gak mau kalau sampai film kita gak jadi diproduksi. Kita udah susah-susah sampai ke tahap ini," kata Wisnuwardhana lagi.
"Aku ngerti maksud ucapanmu, Wisnu, tapi menurutku, kita harus memberikan waktu lebih banyak untuk berpikir pada Kerta."
Ucapan Arok seketika membuat Wisnuwardhana menggeram kesal. "Lo gak lihat, tadi? Kerta tetap dengan pendiriannya dan dia gak mau bicara kalau kita gak ngikutin dia. Heran gue, keras kepala amat jadi orang. Lo juga, Rok, kenapa bicara kaya gitu? Lo gak mau film pendek kita diproduksi jadi film layar lebar?"
"Siapa bilang gak mau? Tentunya aku mau dan itu, kan, harapan kita bersama," balas Arok seadanya.
"Harapan kita, tapi lo gak lebih milih membiarkan Kerta. Gue curiga kalau lo mau menang sendiri."
Kening Arok berkerut kala mendengar ucapan Wisnuwardhana. "Maksudmu apa, Wisnu?"
Wisnuwardhana bersedih. "Gak usah pura-pura bodoh, deh. Gue tahu lo bicara sama pak Heri sendirian, tanpa bilang-bilang sama kita. Lo membicarakan apa sama pak Heri? Atau lo nyogok pak Heri dengan uang dan kekuasaan bokap lo?"
Tanpa sadar, Arok menarik kerah kemeja Wisnuwardhana. "Maksudmu apa, hah? Aku gak pernah nyogok pak Heri, apalagi dengan menggunakan uang atau kekuasaan papaku!" katanya sedikit emosi.
"Kenapa kalian malah bertengkar? Jangan mengulangi kesalahan yang dulu pernah terjadi." Tohjaya berucap pelan sambil melepaskan cengkraman tangan Arok di kerah Wisnuwardhana. Akan tetapi, Arok tidak berniat mengendurkan cengkraman tangannya. "Arok, lepaskan cengkraman tanganmu dari Wisnu," kata Tohjaya lagi.
Arok melirik sekilas Tohjaya lalu melepaskan cengkraman tangannya. "Kukatakan sekali lagi, aku gak pernah menyogok pak Heri. Sedikitpun aku bahkan gak punya niat untuk melakukan itu."
Wisnuwardhana tersenyum miring. "Mulut lo memang bicara begitu, tapi satu pun dari kita gak ada yang tahu apa isi pikiran lo. Satu yang pasti adalah, gue percaya dengan diri gue sendiri. Lo pengkhianat, Rok." Ia lalu beranjak meninggalkan teman-temannya tanpa permisi.
Arok mendesah panjang. "Aku gak tahu kenapa Wisnu bisa berpikir begitu, tapi kalian harus tahu kalau aku gak pernah punya niat menyogok pak Heri, apalagi berkhianat dari kalian. Aku mau kita susah, senang dan sukses bersama," ucapnya lalu menoleh pada Anusapati, Tohjaya dan Dedes.
"Kita percaya padamu, Rok. Aku yakin Wisnu hanya salah paham saja," sahut Dedes dan dibalas anggukan setuju dari Anusapati dan Tohjaya.
Saat ini, Singasari's Squad dalam keadaan tidak baik-baik saja. Ada sedikit kesalahpahaman yang terjadi. Akan tetapi, kesalahpahaman itu belum berhasil diluruskan dan mengembalikan kepercayaan Wisnuwardhana dan Kertanegara yang mulai berkurang pada teman-temannya.
Terutama Wisnuwardhana yang berpikir sepihak bahwa Arok adalah seorang pengkhianat. Ia berani berucap demikian pada yang bersangkutan karena melihat langsung di tempat kejadian.
"Dipikir-pikir lagi, gak mungkin juga Arok berkhianat, tapi ucapan si Tama juga gak salah. Gak ada yang tahu apa yang ada di pikiran orang lain, termasuk Arok. Dengan dia yang bertemu dan bicara tanpa bilang-bilang sama gue dan yang lain, udah membuktikan kalau memang dia punya maksud terselubung. Jangan lupa juga kalau si Arok anak dari seorang mafia. Dalam darahnya mengalir darah orang jahat yang tanpa segan menghabisi nyawa orang lain." Monolog Wisnuwardhana.
Sehari setelah pertemuan dengan Heri berlangsung, Wisnuwardhana secara tidak sengaja melihat Arok tengah berbicara pada penulis skenario profesional itu. Dikarenakan posisinya jauh dari yang bersangkutan, Wisnuwardhana hendak bertanya secara langsung pada Arok. Apa tujuan keduanya saling bertemu dan bicara. Ataukah dirinya telah melewatkan informasi bahwa Anusapati meminta Arok bertemu Heri atau sebagainya. Akan tetapi, belum sempat dirinya menghampiri, Arok dan Heri sudah lebih dulu pergi.
"Gue gak salah lihat, kan? Arok melihat ke arah gue dan dia pergi gitu aja sama pak Heri?" Wisnuwardhana bertanya tidak percaya. Ia dapat melihat dengan jelas bahwa Arok melihat ke arahnya selama beberapa detik.
Mengepalkan tangan erat, Wisnuwardhana beranjak meninggalkan tempatnya. Saat itulah ia bertemu dengan Gutama Mehendra yang tanpa sadar telah membantu Singasari's Squad mendapatkan kemenangan di festival film pendek. Gutama mengajak Wisnuwardhana minum kopi bersama. Wisnuwardhana yang dipenuhi amarah bercerita mengenai Singasari's Squad dan Arok yang beberapa saat lalu pergi setelah melihatnya bersama Heri.
"Gue bukannya mau buat lo dan teman-teman lo berantem, tapi kalau si Arok ini bertemu dengan penulis skenario sendiri, pantasnya dicurigai. Dia gak punya alasan bertemu dengan penulis skenario, apalagi tanpa memberitahukannya terlebih dahulu padamu atau yang lain." Gutama berkomentar atas cerita Wisnuwardhana.
"Gue juga gak ngerti sama si Arok. Biasanya, kita saling bicara dan berkoordinasi satu sama lain. Mentang-mentang si Kerta berulah, Arok malah ikut bikin masalah."
Gutama tersenyum tipis. "Kelihatannya lo orang yang emosian, ya."
"Yah, begitulah. Gue paling benci sama yang namanya pengkhianat. Kalau sampai Arok benar-benar berkhianat, gue gak akan tinggal diam. Akan gue hajar dia sampai masuk rumah sakit seperti dulu."
Penuturan Wisnuwardhana mencetak kerutan tipis di kening Gutama. "Seperti dulu? Lo pernah melukai Arok sampai masuk rumah sakit?" tanyanya mulai penasaran.
"Bukan gue, tapi si Pati, eh, Anusapati. Lo sempat ketemu sama dia waktu itu. Ada masalah antara orang tua Pati dan orang tua Arok. Lebih tepatnya, bokap Arok yang menghabisi nyawa bokap Pati. Marah, Pati menghajar Arok sampai masuk rumah sakit dan koma." Wisnuwardhana terbawa suasana sehingga tanpa sadar bercerita tentang konflik yang pernah terjadi antara Singasari's Squad.
"Sampai seperti itu?" Gutama bertanya tidak percaya. Sepertinya kau harus lebih berhati-hati pada Arok. Orang tuanya bahkan bukan orang sembarangan. Kita gak tahu apa yang ada dalam pikirannya. Bukannya mau suudzon, tapi gak menutup kemungkinan jika dia punya niat buruk padamu dan teman-temanmu."
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Eka Prasetia Amerta 2: Kartika Candra [End]✓
Teen FictionMendapatkan predikat sebagai film pendek terbaik, Singasari's Squad mengirimkan film mereka ke sebuah kompetisi film pendek remaja. Namun, kelalaian Wisnuwardhana membuat mereka gagal melewati tahap seleksi. Tidak ingin berputus asa, Singasari's Sq...