12. Langkah Baru

2 1 0
                                    

Mengumpulkan keberanian, Singasari's Squad memilih mendaftarkan film mereka ke sebuah festival film pendek. Festival itu biasa diselenggarakan setiap tahunnya. Siapa pun boleh mendaftarkan film mereka ke festival tersebut. Harapannya, kerja keras Singasari's Squad dalam membuat film itu membuahkan hasil yang memuaskan.

Selaku guru yang memberikan bimbingan serta arahan, Lena merasa bangga pada anak-anak muridnya itu. Akan tetapi, ia tidak akan mengucapkannya secara gamblang di depan keenam siswa-siswinya. Ia ingin melihat sampai sejauh mana anak-anak itu berusaha dengan kekuatan diri mereka sendiri.

"Lega gue, karena kita udah mendaftar ke festival film pendek itu." Wisnuwardhana membuka obrolan.

"Kali ini, kita mengirimkan CD yang benar, kan?" Anusapati bertanya serius di hadapan Wisnuwardhana.

"Benerlah. Gak percayaan amat jadi orang," balas Wisnuwardhana sedikit kesal. Ia sudah lebih teliti dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi.

"Bukannya gak percaya, tapi mengantisipasi. Kalau sampai terjadi lagi, kan gak lucu. Masa mengulangi kesalahan yang sama," kata Anusapati sembari menyikut teman di sebelahnya.

Wisnuwardhana menyipitkan matanya pada Anusapati lalu berucap, "Kita semua udah ngecek film itu sebelum melakukan pendaftaran. Kalau sampai tertukar lagi, ya, bukan salah gue, tapi salah kita semua," katanya memberikan sedikit penjelasan. Di antara semuanya, hanya dirinya yang mendapatkan cap sebagai biang masalah di Reswara Karsa. Akan tetapi, Wisnuwardhana tahu memposisikan diri. Ia pun akan lebih berhati-hati lagi agar kesalahan tidak terjadi lagi.

"Sekarang kita bisa tenang, karena tinggal menunggu pengumuman," cetus Arok.

Sembari menunggu pengumuman pemenang festival film pendek, Singasari's Squad menyibukkan diri dengan kegiatan sekolah. Meskipun ujian telah berakhir, tetapi ada berbagai kegiatan sekolah yang harus mereka ikuti sebelum memasuki libur semester. Salah satunya Reswara Karsa bersih dan hijau. Di mana para siswa-siswi, tidak terkecuali guru secara bergotong-royong membersihkan lingkungan sekolah dan menanam pohon baru agar lingkungan sekolah menjadi lebih hijau dan asri.

Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk hari ini. Di mana Reswara Karsa melakukan gerakan gabungan dengan anak-anak remaja yang tinggal di sekitar sekolah. Mereka melakukan pembersihan lingkungan sekitar, baik tempat tinggal ataupun sekolah. Kebanyakan, anak-anak remaja yang tinggal di dekat Reswara Karsa juga bersekolah di sana. Titik kumpul kegiatan ialah di SMA Reswara Karsa. Lalu, dilanjutkan dengan bergerak bersama meninggalkan sekolah sebelum menyusuri jalanan.

Sembari menyusuri jalan, mereka akan melakukan pembersihan. Tidak hanya membersihkan, tetapi mereka juga memberikan bibit pohon untuk warga. Diharapkan, bibit itu dijaga, dirawat sampai tumbuh dan memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar. Gerakan ini sudah lama direncanakan oleh kepala sekolah SMA Reswara Karsa dan telah disetujui oleh kepala lingkungan setempat. Akan tetapi, baru terealisasikan sekarang.

Mengusap keringat yang meluncur ke leher, Arok menyipitkan matanya. Ia lalu menepuk pundak sang kawan yang ada di sebelahnya. "Kerta, lihat orang itu, deh. Dia bukannya yang ketemu sama si Wisnu kemaren, ya?" tanyanya memastikan.

Kertanegara mengalihkan fokusnya pada jari telunjuk Arok yang diarahkan pada seorang cowok yang berada jauh lima meter dari tempatnya berdiri. "Kayanya, sih, iya," jawab Kertanegara seadanya. "Kenapa kau tanya aku, Rok? Tanya Wisnu sana. Kita sama-sama tidak melihat dengan jelas wajah orang itu."

Arok cengar-cengir sendiri. Biasanya, Kertanegara tidak akan memberikan respon seperti itu. Tampaknya, cowok itu sudah mulai dikuasai rasa lelah. "Ya, maaf, Kerta. Cuma kau yang ada di sini. Si Wisnu, mah, tadi bareng Pati. Gak tahu lagi ke mana tu anak dua," katanya sambil celingak-celinguk.

Netra Arok seketika membola kala melihat Wisnuwardhana terlihat sedang berbicara dengan seseorang. "Lah, udah di sana aja tu anak. Kayanya bener, deh, dia orang yang mengembalikan CD film kita," tebak Arok seadanya. Kertanegara yang berada di sebelahnya memilih diam dan tidak ingin membuang banyak tenaga untuk membalas ucapan Arok.

Melirik sekilas Kertanegara, Arok menggerakkan kakinya ke tempat di mana Wisnuwardhana berada. Ia menepuk pundak sang kawan yang membuatnya meloncat kaget.

"Kenapa lo ngagetin gue, Rok?" tanyanya sambil mengelus dada. Kedatangan tiba-tiba Arok seketika melemahkan jantungnya.

"Kau ngapain di sini? Ayo lanjut bersih-bersih," ajak Arok tanpa mempedulikan kesehatan jantung temannya itu.

"Santai napa. Gue lagi ngobrol, nih, sama orang yang mengembalikan CD film kita. Kenalanlah, dulu."

Arok memperhatikan sekilas cowok berambut ikal itu sebelum mengulurkan tangan. "Aku Arok," katanya. "Makasih karena udah menjaga dan mengembalikan CD film kami."

Uluran tangan Arok dibalas oleh cowok itu. "Gue Gutama Mehendra. Lo boleh panggil gue sesuka lo. Nama kalian unik, ya. Sama kaya nama-nama raja Singasari," komentar Gutama.

"Ya, begitulah. Kebetulan yang gak disangka-sangka," balas Arok disertai kekehan.

"Lo gak usah heran, Tam. Bukan cuma Arok, tapi teman-teman kita yang lain namanya juga sama kaya raja-raja Singasari. Makanya, kami berinisiatif mengangkat cerita kerajaan Singasari," sahut Wisnuwardhana memberikan penjelasan.

Gutama mengangguk. "Iya, iya, gue paham. Semoga film kalian memenangkan festival film pendek itu, ya. Gue doakan yang terbaik untuk kalian," katanya lagi.

"Thank you, bro," balas Wisnuwardhana.

Suara familiar yang memanggil Arok dan Wisnuwardhana seketika membuat mereka menoleh. Anusapati menatap geram keduanya. Tanpa perlu berbasa-basi lagi, mereka langsung pamit pada Gutama.

"Kok bisa kau jumpa sama si Tama itu di sini?" Arok bertanya di sela-sela langkahnya tanpa mempedulikan Anusapati yang menunggu di seberang sana.

"Dia tinggal gak jauh dari sini," jawab Wisnuwardhana singkat. "Tadi gue sempat cerita-cerita dikitlah, sama dia tentang film kita."

Arok mengangguk mengerti. "Menurutku, namanya agak aneh."

"Hah, aneh apanya? Sebelum bicara, lo ngaca dulu, Rok. Nama lo juga gak kalah aneh sama si Tama."

"Yee, bukan gitu maksudku. Ya, agak aneh aja gitu. Gak pernah kudengar ada orang yang namanya Gutama Mehendra. Tama dan Mahendra pernah."

Wisnuwardhana berdecak sebal. "Ribet amat lo, Rok. Terserah orang tuanya si Tama mau ngasi nama dia apa. Sekarang kita balik ke yang lain sebelum si Anus ngamuk."

Arok dan Wisnuwardhana mempercepat langkah mereka. Meskipun kemarahan Anusapati bukanlah yang mereka takuti, tetapi mereka tidak ingin mendengar omelan Anusapati.

Kepergian Arok dan Wisnuwardhana diperhatikan dengan saksama oleh Gutama. "Wisnuwardhana, Arok, Anusapati. Hm, akhirnya kalian kutemukan," gumamnya disertai seringaian.

Bersambung...

Eka Prasetia Amerta 2: Kartika Candra [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang