5. Selesai

5 3 0
                                    

Beberapa hari terakhir ini, Singasari's Squad sangat disibukkan dengan film pendek mereka. Selain menambahkan adegan-adegan mengenai raja Kertanegara yang melengkapi film, mereka juga harus menyempurnakan adegan-adegan tersebut. Melakukan pengeditan, memberikan sentuhan warna yang lebih pas pada film dan menambahkan musik.

Meskipun sibuk, tetapi Singasari's Squad tidak pernah lupa dengan tugas dan kewajiban mereka sebagai seorang pelajar. Segala tugas sekolah yang diberikan tenaga pendidik diselesaikan dengan baik oleh mereka. Lelah? Tentu saja. Akan tetapi, mereka melakukannya dengan semangat sehingga rasa lelah yang hinggap tidak begitu terasa.

Selain mendapatkan dorongan dari sesama anggota kelompok, Singasari's Squad juga mendapatkan dukungan penuh dari orang tua dan Lena, selaku guru yang memberikan tugas dan memberikan bimbingan serta arahan atas film pendek mereka. Lena tidak pernah lupa menanyakan sampai mana progres film anak-anak didiknya.

"Sudah sampai mana film kalian? Sudah rampung?" tanya Lena memulai pembicaraan.

"Alhamdulillah sudah hampir rampung, Bu. Hanya tinggal mengedit beberapa adegan sedikit lagi," jawab Anusapati tanpa melunturkan senyumnya.

"Bagus jika begitu. Setelah selesai nanti, jangan lupa kirimkan pada saya. Siapa tahu, saya bisa memberikan komentar agar film kalian menjadi lebih bagus."

"Pasti, Bu. Kami akan mengirimkan film utuh kami pada Ibu setelah selesai nanti."

"Saya percaya pada kalian semua. Pesan saya, jangan lupa dengan sekolah kalian. Selesaikan tugas-tugas yang diberikan dan jangan terlalu memaksakan diri. Beri waktu untuk tubuh kalian beristirahat." Pesan Lena.

Anusapati mengangguk. "Siap, Bu. Terima kasih telah memberikan arahan dan bimbingan. Ibu memberi kami dukungan sehingga kami memiliki keberanian untuk mengikuti kompetisi film pendek itu."

"Jam terbangmu di dunia entertainment benar-benar terbukti, ya. Saya bangga denganmu dan Singasari's Squad."

Anusapati mengulas senyum lalu pamit dan beranjak meninggalkan ruang guru. Mendapatkan pujian dari Lena bukanlah hal yang mudah. Tentu saja hal tersebut membuatnya optimis dan yakin bahwa film yang mereka hasilkan akan menarik perhatian juri.

"Bu Lena bilang apa?" Arok bertanya tidak sabaran sesaat setelah Anusapati meninggalkan ruang guru.

"Menurut lo?" Anusapati balik bertanya pada cowok pemilik nama lengkap Kenan Arok itu.

Wisnuwardhana menepuk punggung Anusapati lalu berkata, "Udah, langsung ngomong aja. Gak ada waktu untuk kami mikir."

Bukannya memberi jawaban, Anusapati malah beranjak meninggalkan teman-temannya. Hal tersebut sontak membuat Wisnuwardhana dan yang lainnya bergerak cepat mengikuti langkah sang kawan.

"Apakah ada masalah?" Dedes bertanya penasaran pada teman yang berada di sebelahnya itu.

"Enggak kok, Des. Semua aman. Bu Lena minta kita kirim film yang udah selesai untuk dinilai. Terus, bu Lena berpesan agar kita jangan lupa istirahat dan melupakan tugas sekolah. Udah, itu aja," jawab Anusapati yang membuat teman-temannya mengembuskan napas lega. Sempat terbesit di pikiran mereka jika Lena memberikan komentar-komentar negatif.

***

Tidak dapat dipungkiri jika waktu istirahat Singasari's Squad berkurang. Mereka harus menyelesaikan film pendek dengan sebaik mungkin. Usaha dan kerja keras yang mereka lakukan membuahkan hasil. Di mana Lena memberikan komentar positif dan menyatakan suka dengan film buatan anak-anak didiknya. Sebelumnya, Lena juga sempat memberikan beberapa saran yang diterapkan dengan baik oleh Singasari's Squad.

"Selanjutnya, yang harus kalian lakukan ialah menyiapkan berkas-berkas pendaftaran," kata Lena sembari meletakkan ponsel pintarnya di atas meja.

"Iya, Bu. Pulang sekolah nanti, saya dan teman-teman akan menyiapkan berkas-berkas pendaftaran yang dibutuhkan," jawab Arok mewakili Anusapati yang ada di sebelahnya.

"Semoga kalian memenangkan kompetisi film pendek remaja itu, ya."

"Aamiin. Terima kasih, Bu."

Arok dan Anusapati meninggalkan ruang guru dengan wajah sumringah. Raut kebahagiaan begitu terpancar dari wajah keduanya, sampai-sampai orang lain dapat melihat cahaya dari wajah mereka. Ah, oke. Terdengar berlebihan. Satu yang pasti, tanggapan yang diberikan Lena membuat mereka sangat bahagia.

"Sumringah amat lo berdua," komentar Wisnuwardhana menatap aneh kedua temannya. Jika Arok, maka ia sudah biasa melihat senyum cerah dan deretan gigi yang dipamerkannya. Akan tetapi, tidak dengan Anusapati.

"Sumringah, karena bu Lena udah acc film kita. Tinggal menyiapkan berkas-berkas pendaftaran terus daftar, deh," jawab Arok tanpa melunturkan senyumnya.

"Kalau lo gue gak heran, Rok. Setiap saat sumringah, senyum-senyum gak jelas. Eh, tapi, gue pun juga bakal sumringah, sih. Jadi kita tinggal daftar, nih?" balas Wisnuwardhana lagi.

"Menyiapkan berkas-berkas pendaftaran terlebih dahulu," sahut Tohjaya angkat suara.

"Ya udah, ayok. Apa lagi? Kita langsung siapkan berkas-berkas pendaftaran dan langsung daftar," ajak Wisnuwardhana penuh semangat. Ia sudah tidak sabar memperlihatkan film mereka kepada juri-juri profesional.

"Sebaiknya kau urungkan niatmu, itu. Sekarang saatnya kita belajar," cetus Kertanegara mendahului langkah teman-temannya. Dikarenakan keasyikan mengobrol, mereka tidak mendengar bel pertanda waktu istirahat selesai telah berbunyi.

"Lah, cepat amat bel masuk bunyi," komentar Wisnuwardhana lagi.

***

Berkas-berkas pendaftaran yang dibutuhkan Singasari's Squad tidak begitu banyak. Hanya membutuhkan data diri kelompok yang mengirimkan film, menyertakan surat keaslian karya, membayar biaya administrasi pendaftaran dan yang paling penting, film pendek disimpan dalam keping CD-RW.

"Udah sore gini. Apakah kita masih bisa mendaftar?" Dedes bertanya di sela-sela langkahnya.

"Gak yakin juga, sih, Des. Kayanya masih, tapi gak tahu juga," jawab Arok seadanya.

Kompetisi film pendek remaja itu hanya memberitahukan tenggat waktu pendaftaran dan tidak memberitahukan sampai jam berapa pendaftaran bisa dilakukan dalam satu hari.

"Kita terlalu lama menyiapkan berkas-berkasnya, padahal terlihat sepele," cetus Tohjaya.

"Wisnu, rumahmu dekat dengan tempat pendaftarannya, kan? Coba kau lihat nanti, apakah kita masih bisa daftar hari ini. Kalau bisa, ya, kau daftarkanlah. Semua berkas dan CD-nya kau bawa pulang kalau pendaftaran hari ini udah ditutup," kata Arok membuat keputusan sepihak.

"Hah, masa, iya, gue? Gak salah lo, Rok?" Wisnuwardhana bertanya dengan jari telunjuk yang diarahkan pada diri sendiri.

"Mau gimana lagi? Deadline pendaftarannya juga udah makin dekat. Siapa tahu, kan, hari ini kita bisa daftar. Jadi, kita bisa tenang menghadapi ujian," tukas Arok memberikan penjelasan. Waktu yang mereka habiskan untuk syuting, mengedit, manambahkan musik dan sebagainya telah terkuras banyak. Belum lagi dengan ujian semester yang semakin dekat. Mereka harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

"Takutnya gue gak becus," balas Wisnuwardhana tidak yakin dengan dirinya sendiri.

"Tapi menurutku, ucapan Arok benar. Jika kita sudah mendaftar, maka satu beban berkurang. Kita juga harus belajar, kan?" sambung Dedes.

"Gak ada salahnya juga. Gimana menurut lo, Jay, Kerta? Memberikan si Wisnu sedikit kepercayaan kayanya gak masalah." Anusapati bertanya pada dua temannya yang sejak tadi bungkam. 

"Ya sudah, tidak apa-apa," jawab Tohjaya.

Kertanegara memperhatikan sejenak Wisnuwardhana. "Aku percayamu, Wisnu."

Bersambung...

Eka Prasetia Amerta 2: Kartika Candra [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang