Mata elang milik Arkhasya tengah mencari-cari satu sosok cantik di kantin, Ayana. Sudah lima kali ia memutari kantin, tak didapatinya diri Ayana di sana.
"Nyari siapa sih, Ar?" tanya salah satu temannya.
"Cokelat," jawab Arka tanpa menoleh.
"Cokelat? Cokelat apaan dah?"
Arka tak menanggapi, ia terus mencari Ayana.
"Nyari Ayana ya, Kak? Wkwkwk," tanya Nitha tiba-tib, ditangannya sudah ada es jeruk.
"Bukan, nyari cokelat," jawab Arka.
"Hah? Cokelat? Oh, lo mau nagih cokelat tadi pagi, Kak? Gila."
"Saya waras."
"Tau dah, gue mau istirahat dengan tenang."
"Mati."
"Mulut lo, Kak! Anj***" kaget Nitha kesal.
"Kasar, istighfar," Arka pergi meninggalkan Nitha.
"Hah?! Waras gak sih cowok satu itu anjir," Nitha geleng-geleng kepala.
🌷🌷🌷
Di kelas 10-A, terdengar suara tangisan yang tertahan.
"Hiks...hiks....hiks..."
Ayana sedang mengerjakan PR sambil menangis.
"Fokus...fokus...Ayana...hiks...hiks..." tenangnya dalam hati.
Jemari mungilnya terus menulis, air matanyapun terus mengalir. Dia berusaha menenangkan diri, tetapi tetap tidak bisa. Perkataan Aba kemarin masih melekat jelas di memori kepalanya, suara itu terus terdengar berulang kali. Tamparan dari Aba juga masih berbekas merah di pipi cantik Ayana.
"Hey, Cantik kenapa?" seseorang tiba-tiba menghampiri Ayana.
"Zi-zidan?!" Ayana kaget.
"Zidan? Oh, lo lagi kangen sama Zidan ya?" tanya orang tersebut.
"Eh, astaghfirullah!" Ayana mengedip-edipkan mata, tersadar.
Seseorang yang berada di depannya adalah Derifa, kakak kelas Ayana.
"Lo napa nangis? Cantik-cantik nangis, jelek ntar!" Derifa duduk di samping Ayana, gadis itu menampakkan senyumnya.
Ayana cengengesan, ia menghapus air matanya.
"Gue Derifa, kelas 11-A, kalo lo mau cerita, gue ada. Adek?" Derifa mengulurkan tangan, kembali tersenyum.
"Adek? Aku dipanggil adek? OMG!" teriak Ayana secara internal.
"Haloo, nama lo siapa?" tanya Derifa.
"Oh, a-aku Ayana, Kak," jawab Ayana gelagapan, ia meraih tangan Derifa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me: I'm Just in Love
Teen FictionAyana Rumaisha Anindya, gadis yang baru saja lulus SMP dari pondok pesantren itu harus melanjutkan sekolahnya di SMA Negeri. Tentu tidak mudah untuk beradaptasi, mulai dari pelajaran hingga pergaulan yang berbeda jauh dengan lingkungan asrama. Tak...