Bab 17 : Ketakutan Anak Pondok

36 14 1
                                    

"Ngapain senyum-senyum, Kak?" tanya Nitha saat melihat Arka yang seperti menahan tawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngapain senyum-senyum, Kak?" tanya Nitha saat melihat Arka yang seperti menahan tawa. "Nggak sopan bener dah," batinnya.

Lina dan Naya juga menengok ke arah Arka, menatap aneh.

"Astaghfirullah, ma-maaf," Arka menggeleng-gelengkan kepala, menyadarkan lamunan.

"Kenapa?" tanya Lina.

"Nggak pa pa, Uma, eh maksud saya, Bu Lina. Saya hanya teringat almarhumah Bunda. Maaf," Arka tersenyum canggung, ia terpergok melamun. "Duh, bisa-bisanya sih."

"Oh, Al-Fatihah untuk beliau," Lina tersenyum prihatin.

Suasana hening beberapa saat, hingga akhirnya Nitha membuka suara untuk izin pamit pulang.

"Ya udah deh, Uma, karena udah mau maghrib, ana izin pamit dulu," Nitha menengok jam dinding yang sudah menunjukkan pukul lima sore lewat, ia bangkit dari duduknya.

"Ah iya, jazakillah khoyr, Nitha, sudah menjenguk," Lina ikut berdiri.

"Saya juga pamit sekalian, Bu," Arka juga pamit pulang.

"Kalian pulang bersama? Satu motor?" Lina mengernyitkan dahi.

Nitha menggeleng cepat, "Nggak, Ma, nggak, kita naik motor sendiri-sendiri kok."

"Lo sih, Kak, ikut-ikutan mulu kerjaannya," batin Nitha kesal.

"Oh, baguslah, jika begitu."

"Oh iya, ini ada titipan dari sekolah untuk Ayana, Ma," Nitha mengeluarkan amplop putih yang diberikan Bu Ana tadi siang saat di sekolah.

Arka mengernyitkan dahi.

"Eh, Ya Allah, apa itu?" Lina kaget.

"Dari sekolah, Uma, ana hanya diamanahin untuk memberikan. Ya, ana tahu kok, Ma, kalau Ayana gak pantes buat dapetin ini. Tapi, tadi Bu Ana bilang, sekolah gak mandang strata sosial setiap muridnya," jelas Nitha. Terbesit perasaan iri dalam hati Nitha, ingin sekali ia bisa memiliki banyak harta seperti Ayana.

"Masya Allah... ya sudah, nanti Uma bilang ke Bu Ana lewat WA," Lina menerima amplop dari tangan Nitha.
"Eh? Kirain bakal gak diterima? Yah..." batin Nitha cukup terkejut.

"Jazakillah khoyr katsir ya Nitha," Lina tersenyum.

"Hehe, waiyyaki wa 'afwan Uma. Titip salam buat Ayana ya, Ma. Syafakillah, semoga Ayana bisa cepet sadar lagi." Nitha menatap Ayana yang masih terpaku kaku.

"Aamiin. Hati-hati di jalan ya Nitha dan Arka," ucap Lina.

Nitha mengangguk, lalu menyalimi Lina dan Naya. Sementara Arka menangkupkan kedua tangan sambil tersenyum tipis. 

"Assalamu'alaikum," salam keduanya, berjalan keluar dari ruangan tersebut.

🌷🌷🌷

Forgive Me: I'm Just in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang