KRING! KRING!
Bel istirahat kedua berdering, Nitha keluar dari kelas menuju kantin dengan perasaan cemas dan bingung. Sudah sedari pagi ia menghubungi Ayana, namun tak diangkat serta hanya ceklist satu. Padahal, tadi malam Ayana terdengar sangat bahagia dari telepon. Obrolan terakhir mereka adalah ketika Ayana menutup telepon secara sepihak.
"Apa iya Ayana marah sama gue? Kalo marah pun masa sampe gak sekolah biar gak ketemu sama gue. Senajis itukah gue, ck ck ck," Nitha mulai overthinking.
"Padahal yang gue omongin kan bener, kenap__"
BUGH!
Nitha tak sengaja menabrak seorang kakak kelas.
"Eh, lo temennya Ayana ya?" tanya kakak kelas itu yang tak lain adalah Derifa.
"Iya, Kak, sorry-sorry ya, gak sengaja," jawab Nitha sedikit tersenyum.
"Santai," Derifa menepuk bahu kanan Nitha. "Gue daritadi gak liat Ayana deh, lo kan temennya, tahu gak dia di mana?" lanjut Derifa.
"Nah itu dia, Kak, gak tahu juga gue, daritadi gue hubungi gak ada respon, chatnya aja centang satu," Nitha menggidikkan kedua bahunya. Tidak seperti Ayana, Nitha jika bertemu orang baru, dia akan mudah bergaul dan cepat akrab. Apalagi kalau sesama perempuan.
"Diblok kali lo," sangka Derifa. "Eh sambil ke kantin yuk!" ajaknya.
Nitha berjalan di samping Derifa, "Lah iya juga ya, tadi malem sih gue abis nasehatin dia, Kak, terus tiba-tiba teleponnya dimatiin sama tu anak."
"Kalian berantem, wkwkwk?" kekeh Derifa.
"Gue sih nggak ya, Ayana kali yang marah sama gue, haha."
"Masa iya Ayana ngambek sama lo sampe izin gak masuk sekolah biar gak liat muka lo."
"Wkwkwk, senajis itu ya gue."
Nitha telah berburuk sangka, padahal Ayana sedang menahan sakit di rumah sakit.
"Parah sih, udah sono lo duduk aja situ, gue pesenin," perintah Derifa sesampainya mereka di kantin.
"Emang lo tahu, Kak, gue mau pesen apa?" tanya Nitha sedikit tertawa.
"Makanya gue tanya sekarang, hahaha."
"Oh hahaha, es teh sama somay, Kak, thanks sebelumnya."
"Santai!"
Nitha duduk di bangku kantin, Derifa pergi memesan. Terlihat kantin cukup ramai, untuk sekedar memasan somay saja mereka bisa sampai antre. Derifa baik sekali, entah mengapa lagi dan lagi, gadis cantik itu kembali berbuat baik kepada adik kelas yang baru dikenalnya. Mungkin, Derifa ingin menjadi perempuan yang baik agar Arka tidak membencinya lagi. Ya, teringat omongan Arka beberapa hari lalu yang sangat pedas terhadap dirinya.
Beberapa detik kemudian, Arka datang menghampiri Nitha. Melihat pemuda itu, Nitha sudah tahu hal apa yang akan ditanyakan olehnya.
"Ayana mana?" ledek Nitha sebelum Arka bicara.
"Ekhm," Arka berdeham.
"Kagak tahu juga gue," ucap Nitha.
Arka mengernyitkan dahi, "Lo kan temennya."
"Peduli lo sama dia? Naksir, Kak?" tanya Nitha blak-blakan, ia tertawa.
"Gak lucu, di mana Ayana?" tanya Arka serius.
"Huuu takut-takut," Nitha semakin meledek.
Arka menatap Nitha tajam.
"Gue gak tahu, orang gak tahu ya mau gimana dah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me: I'm Just in Love
Teen FictionAyana Rumaisha Anindya, gadis yang baru saja lulus SMP dari pondok pesantren itu harus melanjutkan sekolahnya di SMA Negeri. Tentu tidak mudah untuk beradaptasi, mulai dari pelajaran hingga pergaulan yang berbeda jauh dengan lingkungan asrama. Tak...