Chap 7 : Past II

2.1K 258 48
                                    

Setibanya di rumah, Taeyong turun dari mobil Eunwoo dan masuk ke rumah diikuti pria tampan itu. Eunwoo membantu Taeyong duduk di sofa, dan duduk di sebelahnya.

"Taeyong, kau harus banyak beristirahat, dan jangan terlalu banyak berfikir." Ucap Eunwoo.

Taeyong menatap Eunwoo dengan senyumannya dan mengangguk patuh.

"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Istirahatlah di kamarmu." Perintah Eunwoo.

Setelah Eunwoo pergi, Taeyong masuk ke kamarnya, pergi ke kamar mandi dan membuka bajunya satu-persatu.

Di cermin full body itu, ia dapat melihat beberapa bekas luka di tubuhnya. Di bahu, di perut, dada dan yang paling banyak di punggungnya.

Seketika Taeyong terduduk dan menyembunyikan tangisannya di balik lututnya yang ia tekuk, tak perduli dinginnya dinding kamar mandi menyentuh tubuh telanjangnya.

Pukul 8 malam.

Jaehyun telah tiba di rumah, ia melonggarkan dasinya sambil berjalan menaiki tangga, ingin langsung masuk ke kamarnya.

Setibanya di kamar ia langsung membersihkan tubuhnya dan mengganti bajunya dengan pakaian casual. Setelah itu ia keluar dari kamar, melirik ke kamar Taeyong.

Perlahan ia membuka pintu kamar yang tak terkunci itu, ia dapat melihat Taeyong tertidur memunggunginya dengan selimut yang membungkus seluruh badannya.

Jaehyun memanggil Joy yang kebetulan lewat, "Apa Taeyong sudah makan?" Tanyanya.

Joy menggeleng pelan, "Setelah pulang dari dokter bersama Tuan Muda Eunwoo, Tuan Muda Taeyong langsung ke kamar dan sampai sekarang belum keluar." Lapor Joy.

Jaehyun mengernyitkan alisnya, "Eunwoo?" Gumamnya. "Ah, baiklah kau boleh pergi."

Joy membungkuk sopan dan pergi menuruni tangga.

Jaehyun menatap Taeyong, "Kenapa bisa bersama Eunwoo?" Gumamnya lagi.

Jaehyun menutup pintu kamar Taeyong dan masuk ke kamarnya, mengambil jaket dan kunci mobilnya. Kemudian ia pergi ke garasi dan melajukan mobilnya menuju rumah Eunwoo.

Jaehyun turun dengan tak sabaran saat ia tiba di rumah yang sangat mewah. Tanpa perlu izin terlebih dahulu, ia langsung membuka pintu rumah Eunwoo dengan sandi yang memang ia sudah tau.

Setibanya di ruang tamu, Jaehyun berteriak memanggil nama Eunwoo. Suasana rumah memang terkesan sepi, karena Eunwoo memang tinggal sendirian di rumah besarnya itu. Ayah dan Ibunya tinggal di rumah utama, sedangkan para pelayan hanya datang seminggu sekali untuk membersihkan rumah.

"Kenapa berteriak begitu?"

Jaehyun menoleh, menatap Eunwoo yang baru dari dapur dengan segelas anggur merah di tangannya.

Eunwoo duduk dengan santai di sofa, Jaehyun pun ikut duduk juga berhadapan dengan temannya itu. Setelah menyesap anggurnya, Eunwoo menatap Jaehyun.

"Ada perlu apa?" Tanyanya.

"Kenapa kau yang menemani Taeyong? Aku tak menyuruhmu." Ucap Jaehyun to the point.

"Memang, tapi aku tak mungkin membiarkannya pergi sendiri karena Mingyu ada pekerjaan lain kan?" Sarkas Eunwoo.

Jaehyun membuang tatapannya, "Lalu, kau bersikap seolah kau menjadi pahlawan lagi huh?"

Eunwoo tersenyum miring, "Tidak. Aku hanya bersikap sebagai orang yang selalu ada di saat Taeyong membutuhkanku." Ucapnya dingin.

Jaehyun dengan wajah kerasnya menatap Eunwoo yang kembali menyesap anggurnya.

"Kau jauhi istriku."

Eunwoo menatap Jaehyun dengan remeh, setelah meletakkan gelasnya di atas meja, ia mendekatkan wajahnya pada wajah Jaehyun.

Wedding ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang