Adelina Ayodhya

841 63 4
                                    

_____--_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____--_____

- Sebelum baca cerita ini, diharapkan untuk baca terlebih dulu cerita oneshoot Lalalalisa || Lee Jeno part 1 & part 2 -

_____--_____

SATU tahun sebelumnya...


































"Kau bekerja dengan sangat keras hari ini, Adelina. Saya bangga sama kamu."

Sang gadis yang disebutkan namanya barusan langsung menimbulkan sebercak senyuman manis yang tanpa bisa dicegah menular ke atasannya yang bernama Rian. Gadis itu membungkuk singkat, memberikan ucapan terima kasih atas pujian yang diberikan.

"Terima kasih, atas pujian anda... Pak."

Sang atasan yang memang paham dengan bahasa isyarat yang gadis itu berikan lantas tersenyum. Meninggalkan tepukan ringan di kepala Adelina yang memberikan kesan hangat kepada gadis itu. Nampaknya pria yang berumur hampir kepala empat itu benar-benar menyayangi pegawainya yang bernama Adelina.

"Kau memang pantas untuk itu, dan ini..." Rian memberikan sebuah amplop berwarna putih ke arah Adelina yang terlihat kebingungan. "Upahmu sebulan ini."

Dengan ragu Adelina mengambil amplop tersebut, matanya terlihat kebingungan meski isyarat ucapan terima kasih kembali dia jabarkan.

"Bukannya, saya sudah mendapatkan gaji seminggu kemarin Pak? Lalu kenapa sekarang-"

"Anggap saja itu bonus dari saya karena kerja kerasmu selama bekerja di kafe saya." Rian memotong ucapan gadis itu dengan senyum yang merekah. Apa yang dibilang pria itu memang benar adanya, Adelina dikenal sangat giat bekerja di kafe-nya yang baru dia buka beberapa bulan yang lalu. Meski terdapat sedikit kekurangan karena dirinya yang bisu, itu tidak pernah membuat Adelina merasa malas untuk melakukan setiap pekerjaan.

Adelina melirik amplop yang ada di tangannya sekilas, lalu beralih menatap ke arah Rian yang saat ini masih memberikan senyuman teduh ke arahnya. Gadis itu tersenyum haru, merasa senang sekaligus bersyukur karena memiliki atasan yang sangat baik kepadanya. Bahkan dengan senang hati menerimanya untuk bekerja di tempat ini dulu tanpa memperdulikan kekurangannya yang tidak bisa berbicara.

"Terima kasih, Terima kasih banyak Pak..." Adelina terus membungkukkan tubuhnya beberapa kali, kelopak mata gadis itu tergenang-- sarat akan keharuan karena atasannya yang terlalu baik untuknya.

"Sudah, sudah, hentikan." Rian yang melihat tindakan Adelina langsung saja menahan tubuh gadis itu yang hendak kembali membungkukkan tubuhnya. Gadis itu terlalu baik dan memiliki hati yang tulus, sehingga bantuan yang dia berikan begitu di hargainya dengan baik.

Returning The FavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang