_____--_____
LANGKAHNYA terlihat tergesa-gesa dalam melewati setiap jalanan yang membentang luas di depan sana. Baik deru napasnya terdengar tak beraturan, dengan sesekali pergerakan tubuhnya yang mulai melemas membuat pemuda yang hampir keseluruhan wajahnya dihiasi luka itu terjatuh di jalanan aspal.
Musuhnya itu benar-benar payah! Berani menyerangnya secara keroyokan disaat posisinya tengah sendirian tanpa satupun pengawalan dari anggota gengnya. Cih! Dasar sekumpulan geng pengecut!
Sebisa mungkin dia bangkit dari posisinya, karena sekarang bukanlah waktu yang tepat untuknya pingsan di tempat ini. Jika dia pingsan sekarang, yang ada nanti dia tidak akan bangun lagi untuk selamanya.
Meski pusing terus mendera kepalanya tanpa henti, dia terus menggerakkan kakinya untuk menelusuri sebuah gang kecil yang berada tak jauh dari jalanan luas yang dia pijak sekarang. Meski sedikit kesulitan karena pandangannya yang mulai mengabur, dia terus berusaha. Sampai di mana dia menemukan tempat yang pantas untuk bersembunyi, barulah dia menjatuhkan tubuhnya di sana karena sungguh... Dirinya sudah tak kuat lagi menahan rasa pusing akibat benturan sebuah kayu di kepalanya.
Selagi belum kehilangan kesadaran seluruhnya, dia dapat mendengar suara jejak langkah kaki yang menuju ke arahnya. Benaknya meringis, bertanya-tanya dalam benaknya apakah keberadaannya sekarang telah ditemukan secara cepat oleh musuh? Jika memang benar, maka tamatlah sudah. Mungkin setelah ini dia tidak akan lagi bisa melihat dunia.
Tapi dugaannya salah.
Dibalik matanya yang hampir terpejam itu, dia dapat melihat wajah seorang gadis meski samar-samar. Dia ingin berucap, terlebih ketika gadis tersebut hendak menyentuhnya, tapi tertahan ketika kegelapan terlebih dahulu mendominasinya.
_____--_____
Cahaya pagi bersinar dengan terang hari itu, membuat seseorang yang tengah terpejam damai di sebuah ranjang berukuran kecil mulai terganggu dan menggeliatkan tubuhnya. Matanya yang tajam namun akan membentuk bulan sabit di saat tersenyum itu perlahan mulai terbuka, menjelajahi setiap sudut ruangan yang entah tahu milik siapa.
"G-Gue, dimana?" Suara seraknya terdengar, sembari mencoba untuk bangun dari tidurnya. Dia meringis, ketika merasakan sakit di area punggung dan juga beberapa titik bagian di tubuhnya. Kening pria itu mengerut, mengingat-ingat hal yang sebelumnya terjadi. Dan ya, dia mengingat jika sebelumnya dia dikeroyok secara massal oleh musuhnya. Dia mendecih! Mengepalkan kedua tangannya dengan erat di sana.
Para musuhnya itu benar-benar ingin menjatuhkannya meski harus menggunakan cara licik sekalipun. Terlebih karena posisi raja jalanan yang dia raih bersama gengnya, tentu membuat beberapa geng lain merasa iri dan bergerak untuk mengambil tahtanya. Seperti hal nya malam kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Returning The Favor
Teen Fiction[ Lalisa Manoban x Lee Jeno ] Tentang bagaimana sebuah kisah yang terjalin dikarenakan adanya perasaan balas budi, Apakah semuanya akan berjalan sesuai rencana? Ataukah malah akan berakhir menyakitkan? The second option that will probably happen...