12. Meet James

120 24 4
                                    

_____--_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____--_____

KETIKA beberapa pelanggan telah pergi dari kafe, Adelina baru bisa mengistirahatkan diri. Suasana kafe pada malam minggu terbilang cukup ramai; dengan pengunjung yang terus datang tanpa henti. Dan itu cukup membuat Adelina beserta para rekan-rekannya kelelahan.

Dan waktu kini telah menunjukkan pukul 9 malam.

"Capek ya?" Tanya Rio duduk di sebelah Adelina. Gadis itu telah selesai merapikan setiap seluk-beluk kafe. Dan kini semuanya terlihat rapi dan bersih.

Adelina mengangguk. Dia pun membiarkan Rio yang kini tengah mengusap peluh di wajahnya. Rio tersenyum tipis ketika melihat wajah Adelina yang nampak cantik di matanya.

"Nanti pulang sama siapa?" Tanya pemuda itu. Dan kini dia menyelipkan beberapa helaian rambut milik Adelina ke belakang daun telinganya.

Adelina menatap Rio.

"Jeno katanya mau jemput." Pemuda itu mengangguk.

"Dia berperilaku baik kan sama kamu?" Tanya Rio lagi. Dia hanya ingin memastikan jika pemuda itu benar-benar menjaga Adelina dengan baik.

Adelina tersenyum. "Iya. Bahkan lebih."

"Syukurlah." Rio ikut tersenyum. Tangannya tergerak untuk mengusap rambut gadis itu.

"Kalau semisal nanti dia berperilaku buruk padamu, jangan segan untuk melapor padaku. Kau mengerti?"

Adelina mengangguk.

"Rio tidak perlu khawatir. Sejauh ini Jeno selalu baik sama Adelina..."

"Jeno walaupun kelihatannya dingin, tapi aslinya dia peduli dan memiliki hati yang rapuh." Wajah Adelina berubah murung. Dia teringat akan kisah Jeno yang ternyata tak pernah sekali pun merasakan kasih sayang dari orang tua. Kedua tangannya mengerat.

Nasib mereka sama, namun dalam konsep yang berbeda.

Adelina yang tidak lagi mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya karena sudah meninggal dunia.

Dan Jeno yang tak pernah sekalipun merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya walaupun mereka masih ada.

"Ada apa?" Rio memasang raut wajah khawatirnya ketika melihat Adelina yang terdiam. Adelina pun kembali menatap Rio. Kedua matanya kini memerah.

"Adelina sedih."

"Sedih kenapa?"

"Sedih karena Adelina baru tahu bahwa hidup Jeno tidak sebahagia itu." Rio tertegun. Adelina menarik napasnya.

"Adelina pikir, Jeno bahagia karena punya banyak uang. Bahkan tak perlu bersusah payah mencari uang tersebut ketika perlu apa-apa; tak seperti aku yang harus bekerja demi memenuhi kebutuhan sehari-hari..."

Returning The FavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang