05. Their Story

155 27 6
                                    

_____--_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____--_____

SUASANA yang cukup ramai pada sore hari itu tidak melunturkan semangat Adelina yang terus melangkah dengan riang ditemani oleh Jeno yang senantiasa mengikutinya dari belakang. Jeno beberapa kali menggelengkan kepalanya, menatap gemas ke arah Adelina yang terlihat sangat senang ketika di ajak ke sebuah taman kota yang berada tidak terlalu jauh dari sekolah.

Dengan sabar Jeno mengikuti langkah Adelina yang sesekali berlari mengitari taman, seperti anak kecil... Tapi entah kenapa, Jeno menyukainya.

Dalam pandangannya, Jeno sesekali melihat Adelina yang berhenti. Memetik beberapa bunga yang ada di taman tersebut lalu tersenyum sendiri, sebelum kembali melanjutkan langkahnya dengan lambaian tangan yang dia berikan ke beberapa pengunjung taman. Lucu sekali.

Niat awalnya untuk membelikan gadis itu es krim harus beralih dengan mengitari keseluruhan taman yang luasnya hingga beberapa hektar itu. Sebenarnya dia lelah, tapi ketika melihat gadis yang melangkah di depannya itu semangat, rasa lelahnya menjadi hilang. Tergantikan dengan senyuman tipis yang sering kali terukir di benaknya.

Dan ketika kedua matanya menangkap presensi Adelina yang terjatuh di depannya, sontak saja pemuda itu beralih untuk menghampiri dan menatap khawatir Adelina yang malah menunjukkan cengirannya.

"Lo nggak papa? Ada yang luka?" Tanyanya cemas. Dengan sigap dia membantu Adelina berdiri.

Adelina mengangguk lalu menggeleng. Kembali menunjukkan cengiran manisnya di sana.

Aku tak apa, jangan khawatir.

Jeno menghela napas setelah membaca catatan kecil yang gadis itu tulis untuknya. Dia mengangguk pelan, lalu menarik tangan Adelina untuk menuju ke sebuah kedai es krim yang kebetulan terlihat di depan sana.

Adelina yang di tarik oleh Jeno pun terpaksa mengikuti, sedikit kecewa karena tidak diperbolehkan lagi berjalan dengan bebas mengitari taman. Tapi ketika melihat tempat yang akan mereka tuju, senyuman manis nan lebar langsung terukir di bibirnya. Penuh rasa semangat dia mengguncang tangan Jeno, dan menunjuk kedai es krim itu dengan bahagia.

Jeno yang merasakan kebahagiaan dari Adelina ikut tersenyum, lalu mengusap rambut gadis itu beberapa kali yang semakin menimbulkan senyuman manis di bibir plumnya.

"Mau es krim rasa apa?" Jeno bertanya setelah mereka sampai. Dia meminta kepada gadis itu untuk duduk di sebuah kursi yang tersedia di sana.

Adelina nampak berpikir, mengetuk pipinya yang tembam itu beberapa kali. Sebelum kemudian menulis setiap kata di catatan kecilnya dan menatap Jeno dengan senyuman cerah.

Aku mau es krim yang di dalam wadah itu lho Jeno. Rasa vanila, boleh?

Jeno mengangguk. "Tunggu di sini, jangan ke mana-mana."

Adelina mengangguk. Matanya yang bulat itu pun memperhatikan punggung Jeno yang mulai mengantri dengan beberapa pengunjung taman yang lain.

Sembari menunggu Jeno, Adelina mengambil handphone miliknya yang ada di dalam tas lalu membaca beberapa pesan yang di kirimkan oleh rekannya di kafe. Karena hari ini dia sekolah, maka jadwalnya untuk bekerja ialah masuk shif sore pada pukul empat. Tapi setelah membaca pesan dari Mawar, sepertinya dia akan urung pergi bekerja.

Returning The FavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang