06. The fight

146 26 1
                                    

_____--_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____--_____

AKSI saling memukul yang terjadi di antara dua kubu tersebut tidak dapat terelakkan. Baik dari geng Jeno dan juga musuhnya sama-sama saling menyerang dengan brutal, tak ingin sampai kalah dalam pertarungan yang dimulai lebih dulu oleh Frion.

Demi untuk pembalasan dendam yang telah Frion rencanakan, mereka mengatur strategi dengan cara memancing mereka semua untuk bertarung. Dan ya, mereka terpancing hanya karena Loren yang mengatai mereka semua dengan kata 'banci' yang hobinya main keroyokan.

Selama mereka bertarung mati-matian, setengah dari bagian Frion mengendap secara sembunyi-sembunyi guna menghancurkan markas milik Draiton serta membakarnya. Tentu saja mereka semua tidak ada yang tahu, karena yang mereka lakukan saat ini ialah hanya fokus untuk melawan Frion. Tanpa menyadari jika Jeno beserta setengah pasukannya berencana untuk menghancurkan markas mereka.

Ini balasan yang cukup setimpal untuk mereka yang telah mencari gara-gara dengan Frion. Sekalinya mereka semua mencari satu masalah, maka Frion akan membalas mereka lebih dari itu! Mereka mengganggu Frion, maka Frion akan langsung menghancurkan mereka tanpa kenal ampun!

Fight for judgment, itu slogan mereka! Jadi jangan pernah sekalipun untuk mencari masalah dengan Frion. Karena Frion tidak akan tinggal diam jika ada yang berani mengganggu ketenangan mereka.

One for all, and all for one... Itulah salah satu bukti solidaritas yang sudah mereka tanamkan di dalam benak masing-masing. Mereka adalah satu kesatuan, dan jika ada yang berani mengusik salah satu dari bagian mereka... Maka tamat adalah pilihan!

BUGH!

BUGH!

BUGH!

"Brengsek!" Loren mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Dia meludahkan darah dari mulutnya, sebelum kemudian menatap musuhnya yang dia kenal bernama Gavin Pranata.

"Kenapa? Nggak suka bibir lo yang jelek itu gue tonjok?" Tantang Gavin sembari terkekeh. Loren yang tak terima di jelekkan pun langsung berlari dan menendang dada milik pemuda itu hingga berakhir jatuh terlentang ke atas aspal.

"Lo nggak tahu kalo bibir gue ini bibir mahal hah?!" Seru Loren marah, lantas membalikkan segala pukulan secara telak ke wajah Gavin.

"Sejelek-jeleknya bibir gue, masih jelekkan bibir lo yang kayak babi!"





































"KENAN, AWAS!"

Kenan langsung menghindar ketika sebuah tongkat bisbol hendak mendarat ke kepalanya. Pemuda itu pun menarik napasnya, kemudian melirik Kerrel yang kini mendekat ke arahnya. Kondisi temannya itu terlihat tidak baik-baik saja dikarenakan keseluruhan wajah yang hampir dipenuhi oleh lebam.

Returning The FavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang