11. Jeno's story

171 28 10
                                    

_____--_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____--_____

PAGI telah datang. Sinaran cahaya matahari pun mulai merambat masuk ke dalam sela-sela lubang jendela; menciptakan setitik cahaya terang di area-area sudut kamar tempat Adelina beristirahat.

Gadis cantik itu telah terbangun sedari pagi buta, bahkan sudah mandi. Dia masih menggunakan pakaian yang kemarin karena di dalam kamar tersebut tidak ada satu pakaian pun yang bisa dirinya pakai. Mau minta dengan Jeno Adelina ragu, sebab pemuda itu pasti belum bangun. Pun juga Adelina sedikit takut dengan Jeno yang mungkin saja masih marah padanya; perihal kejadian semalam.

Adelina menghela napasnya sesaat.

Dia kemudian beranjak dari kamar, membuka pintu kamar yang berwarna putih tersebut, lalu melangkah dengan pelan untuk menuruni tangga. Suasana di pagi hari ini terasa sangat sunyi di kediaman Jeno. Tidak ada siapapun orang di sana; terkecuali Jeno dan dirinya sendiri. Dan karena hal itu lah Adelina merasa yakin jika kedua orang tua Jeno memang tidak pernah tinggal di rumah, dalam artian... Jeno memang tinggal di rumah besar ini sendirian.

Adelina bergerak ke dapur. Dia merasa tenggorokannya haus dan membutuhkan air. Terbilang tidak sopan sebenarnya, karena mengambil air minum di rumah tersebut tanpa izin dari pemiliknya. Tapi Adelina juga tak dapat meminta izin dikarenakan pemuda itu yang belum juga keluar dari kamarnya.

Tidak mungkin bukan jika dia harus mengganggu pemuda itu lebih dulu hanya karena ingin segelas air?

Mengambil gelas kaca yang telah tersedia di atas meja, Adelina kemudian menuangkan air putih dari dispenser dan meminumnya. Dia menghela napas lega, lantas menerbitkan senyum manisnya. Tenggorokannya terasa sangat lega sekarang.

"Ngapain?"

Adelina tersentak, hampir menjatuhkan gelas yang ada di tangannya. Dengan kedua manik yang membola dia melirik Jeno yang tengah memandangnya dengan alis terangkat satu. Adelina mengusap dadanya untuk beberapa kali.

"Kamu tuh ya ampun, bikin aku kaget deh!"

Jeno memperhatikan bahasa isyarat yang Adelina tampilkan.

"Gue tanya lo ngapain?"

"Minum." Adelina menunjuk gelas kaca miliknya yang isinya tinggal sedikit. Jeno mengangguk.

"Itu pakaian lo kenapa nggak ganti?" Tanya Jeno lagi. Memperhatikan penampilan Adelina.

Adelina menyengir sesaat. "Kan aku tidak tahu kalau bakalan nginep di sini, maka dari itu aku tidak ada bawa persiapan baju ganti." Balasnya. Jeno tersenyum tipis ketika melihat ekspresi gadis itu. 

"Pake baju gue." Pemuda itu menyadari jika di kamar tamu yang ditempati oleh Adelina memang tidak ada pakaian sama sekali. Karenanya, Jeno berbalik, melangkah menaikki tangga untuk masuk ke kamarnya.

Adelina yang melihat kepergian permuda itu hanya diam termangu di tempatnya, keningnya tampak mengerut: mencerna perkataan yang pemuda itu ucapkan sebelumnya.

Returning The FavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang