.
.
.Saga baru akan keluar ruangan ketika seseorang menabraknya tepat di depan pintu, membuat sedikit kegaduhan karena si penabrak jatuh.
"Duh, sakit!"
"Maaf, maaf. Kamu nggak apa-apa?" Saga mengulurkan tangannya untuk membantu pemuda mungil yang menabraknya.
"Kalau keluar liat-liat dong! Jadi jatuh 'kan gue," sungut si pemuda mungil itu berdiri lalu menepuk-nepuk bagian celananya bekas terjatuh.
"Lah? Bukannya yang jalan harus liat-liat, ya? Saya hanya keluar dari ruangan loh," gumam Saga kebingungan karena mendapat semprot kekesalan pemuda mungil di hadapannya itu.
"Tau ah! Permisi, gue buru-buru! Udah telat ini gue wawancaranya!" pemuda mungil itu kemudian mendorong Saga sedikit minggir, mengambil napas panjang sebelum memasuki ruangan.
Freelancer juga? Galak bener - batin Saga, yang kemudian berjalan keluar sambil melihat sekeliling.
Kantor yang berada di lantai dua ini ternyata lebih luas daripada lantai pertama. Di bagi menjadi tiga ruangan. Ada ruangan berdinding kaca yang di tempati oleh Raka tadi, lalu di sebelahnya ada ruangan lain yang entah di fungsikan untuk apa, tetapi beberapa karyawan keluar masuk ruangan itu, lalu ada petak ruangan yang paling luas di sini yang sepertinya di fungsikan untuk menerima pelayanan klien karena ada beberapa meja dengan komputer lengkap yang ditata berjejer rapi.
Tempat ini sebenarnya cukup dekat dengan tempat kos nya, hanya sekitar 20 menit mengendarai angkot dan mungkin bisa lebih cepat jika naik motor. Meski sudah lama tinggal di daerah ini tapi Saga tidak pernah tahu ada kantor seperti ini.
Berjalan menuju tangga tak sengaja manik hitamnya menangkap sosok mbak Jihan yang sedang bicara dengan klien. Raut wajah angkuhnya tidak lagi terlihat justru perempuan itu terlihat beberapa kali tersenyum saat bicara.
Rupanya beda sikap ya - batin Saga.
Ia kemudian turun ke lantai satu. Setelah mengangguk sopan pada resepsionis yang ada di depan, Saga keluar untuk segera pulang.
Saga menuju pangkalan tempat biasanya angkutan berhenti dan menaikan penumpang. Sekarang pukul 11, masih 30 menit lagi sebelum angkutan yang di tunggunya datang. Saga terbiasa pergi kemana-mana dengan angkutan untuk menghemat biaya bensin, maklum anak kos.
Ting!
Bunyi notifikasi ponselnya membuat Saga merogoh benda pintar yang sejak tadi sempat terlupakan di dalam sakunya.
Kontaknya di tambahkan dalam sebuah grup obrolan bernama 'Serenity Paruh Waktu'. Di lihatnya anggota obrolan yang beranggotakan Raka, dirinya, dua nomor asing dan satu kontak bernama Jihan.
Selamat datang para member baru. Saya Raka seperti yang kalian tahu tadi. Saya buatkan grup supaya lebih mudah kita koordinasi kerjaan nanti. - Raka
Oh, iya. Nanti semua pekerjaan yang akan kalian kerjakan akan di bagi dari saya dan Jihan. - Raka
Baik Mas. - Tristan
Siap, Mas, terima kasih. - Salsa
Saga melihat balasan dari dua nomor yang dipastikan adalah teman sesama paruh waktunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Strict Senior ✅ END (TERBIT)
RomanceSaga seorang mahasiswa, bekerja freelance untuk membantu ekonomi keluarganya, bertemu dengan Jihany Saraswitha. Wanita super duper galak itu adalah seniornya yang membuat Saga bekerja dengan tekanan berat. Saga merasa kesulitan, namun dia berniat...