.
.
.Suasana entah kenapa rasanya menjadi dingin sejak Saga akhirnya duduk bergabung di meja yang sama dengan Mas Raka dan Mbak Jihan. Aksel yang tidak tahu apa-apa hanya ikut dan menikmati makannya.
"Nggak nyangka ketemu kamu, Ga. Saya dan Jihan baru aja balik, nih," ucap Mas Raka memecah suasana.
"Lembur, Mas? Bukannya jam kerja Serenity cuma sampai jam 5, ya?"
"Iya, sampai jam 5 seharusnya. Tapi ada yang harus saya lakukan, jadi ya telat dikit pulangnya."
Saga tersenyum, "Ini mah nggak dikit, Mas. Udah lewat 2 jam." Saga melirik Jihan yang duduk di sampingnya, "Cuma lembur berdua sama Mbak Jihan aja, Mas?"
"Nggak, saya aja yang lembur. Dia mah nungguin doang," jawab Raka tersenyum menggodai Jihan yang menanggapi dengan menendang kaki Raka di bawah meja.
"Kalo nggak gue tungguin, lo nggak bakalan pulang," balas Jihan pendek.
"Tuh, Ga, dia tugasnya jadi support sistem saya." Kali ini Raka terkekeh karena melihat wajah kesal Jihan.
"O-oh ..." Saga hanya bisa mengangguk dan balas tersenyum, rasanya ada yang aneh dengan dirinya yang merasa tidak nyaman melihat Mas dan Mbaknya itu.
Support sistem, ya ...
"Kamu sendiri, sedang apa di daerah sini, Ga?" Tanya Raka sambil menggigit sate kambingnya.
"Oh, saya menemani temen saya, nih, Mas. Nge-print tugas."
Mendengar itu, Aksel yang sejak tadi sibuk makan, kemudian mendongak dan tersenyum pada Mas Raka.
"Oh, gue kira lo sengaja buntutin. Soalnya gue pikir-pikir sering ketemu lo di luar Serenity," ucap Jihan yang membuat tiga lainnya agak terkejut
"Han."
"Maksudnya gimana, Mbak?"
"Nggak gimana-gimana, cuma pengen tahu kenapa kayaknya sering ketemu lo."
"Han, astaga, mulutnya ya." Raka mendelik menatap Jihan memperingatkan karena mulutnya yang suka bicara blak-blakan. "Maaf, ya, Ga. Maksudnya jihan nggak gitu kok," ucap Raka mengklarifikasi ucapan Jihan agar juniornya itu tidak salah paham.
"Nggak apa-apa kok, Mas. Saya nggak tersinggung." Saga tersenyum pada Raka kemudian menoleh pada Jihan, "Saya sering berkeliaran di sekitar Serenity soalnya emang letak kos saya nggak jauh dari sini, Mas, Mbak. Palingan 20 menitan. Jadi ya kegiatan saya kalau nggak lagi ngampus ya di sekitar sini-sini aja," jelas Saga.
Bahkan dari pandangannya sekarang, Jihan tampak tidak peduli dengan penjelasannya dan sibuk meghabiskan jus semangkanya.
"Oh, kosan kamu deket sini?"
"Iya, Mas. Silahkan mampir, Mas."
"Wah, bisa tuh ya, kalau saya pas lembur lagi. Mampir ke kosan kamu."
"Balik, yuk, Ka! Gue udah kenyang, ngantuk," ajak Jihan yang memang sudah selesai makan.
"Udahan? Balik sekarang?"
Jihan hanya mengangguk sebagai jawaban, lalu bangkit dari duduknya, meraih tasnya di atas meja. Raka ikut bangkit, menatap Saga dan Aksel.
"Eh, Ga, saya dan Jihan balik duluan ya. Permisi duluan ya, Mas," pamitnya pada Aksel.
"Iya, Mas."
Setelah menepuk bahu Saga sekali, Raka berlalu menyusul Jihan yang bahkan tidak mengatakan sepatah katapun pada Saga dan Aksel.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Strict Senior ✅ END (TERBIT)
RomantizmSaga seorang mahasiswa, bekerja freelance untuk membantu ekonomi keluarganya, bertemu dengan Jihany Saraswitha. Wanita super duper galak itu adalah seniornya yang membuat Saga bekerja dengan tekanan berat. Saga merasa kesulitan, namun dia berniat...