Kadang, manusia melihat hanya dari satu sudut pandang, lantas menghakimi berdasarkan apa yang mereka lihat.
Padahal, mungkin saat mereka melihat dari sudut pandang yang berbeda, justru itulah kebenarannya.
.
.
.Suara musik live jazz yang mengalun nyaman itu mengiringi malam di kafe bernuansa klasik itu.
Di meja yang sama, duduk tiga orang yang tampak berbincang santai.
Raka, Jihan dan Saga.
Ketiganya memutuskan untuk pergi bersama sepulang dari Serenity sore tadi. Akhirnya, Saga membatalkan acara futsalnya dengan Tristan karena kejadian sore tadi.
"Ini nggak apa-apa, lo nggak jadi futsal? Ntar diambekin sama temen-temen lo," ucap Raka.
"Nggak apa-apa, Mas. Lain kali bisa dijadwalin lagi."
"Jadi, kalian tuh sebenernya mau berangkat futsal atau gimana?" Tanya Jihan.
"Ya, tadi gue ketemu Saga pas dia mau berangkat futsal. Niatnya gue mau ikut dia habis balik kantor. Eh, malah Eren telepon gue dengan paniknya bilang kalo lo sama Zaki lagi ada ribut sama klien di kantor. Gue otomatis langsung balik ngajakin Saga sekalian," jelas Raka panjang lebar.
"Untung lo nggak apa-apa, Han. Gue khawatir tadi. Sebenernya gue denger pembicaraan kalian dari bawah, trus pas gue naik, si Eren sempet nahan gue ketakutan."
"Padahal gue udah berusaha banget untuk nggak meledak tadi, gue liat Zaki sampe pucet padahal selama ini tuh anak nggak pernah sampe segitunya," balas Jihan kembali mengenang kejadian tidak mengenakkan tadi.
"Kenapa Mbak Jihan nggak panggil satpam di bawah?" Kali ini Saga yang bertanya karena jujur dia tadi sangat emosi melihat sikap klien itu ke Mbak Jihan.
"Gue nggak sempet mikir ke arah sana, dan gue juga nggak mau bikin keributan yang merugikan Serenity. Tapi ya gitu tadi, deh."
Raka menyesap kopinya kemudian menoleh pada Saga.
"Tapi asli, lo tadi keren banget, Ga. Saya nggak menyangka kamu langsung ambil sikap begitu. Padahal saya tadi udah siap-siap maju tapi keduluan sama kamu."
"Nggak, Mas. Saya biasa aja, tadi juga refleks karena saya kesel sama sikap orang tadi. Nggak sopan banget di kantor orang," jawab Saga malu.
"Kok lo bisa kepikiran mengancam pake cctv, sih?"
"Anu, itu tadi juga refleks mikir gimana biar bikin orang itu berhenti. Jadi karena dia pake video ponsel, saya langsung kepikiran cctv. Padahal saya juga nggak tahu beneran ada cctv atau nggak di kantor."
Jihan mengangguk mendengar penjelasan Saga. Dia benar-benar terkejut dan tidak menyangka bahwa Saga akan melakukan hal tersebut dan menyelamatkan situasinya.
"Ada beneran kok, cctv di kantor. Ya, kalau orangnya macem-macem nanti bisa kita gunakan dengan seperlunya," jawab Raka.
Saga tersenyum kemudian meminum lemon tea-nya. Sebenernya dia sendiri cukup terkejut dengan refleksnya tadi. Sudah lama rasanya dia tidak emosional seperti tadi.
Dan yang lebih mengejutkan untuk Saga adalah melihat senyum Jihan.
Ya, Mbak Jihan yang wajahnya selalu ketus itu tadi tersenyum padanya dengan tulus, membuat Saga hanya diam menatapnya.
"Tadi si Eren sama Zaki nanya, lo itu sebenernya siapa. Soalnya mereka cuma pernah liat lo beberapa kali ke Serenity. Pas wawancara sama pas meeting kejadian Tristan beberapa waktu lalu. Mereka nggak tau kalau kamu freelance di Serenity."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Strict Senior ✅ END (TERBIT)
RomanceSaga seorang mahasiswa, bekerja freelance untuk membantu ekonomi keluarganya, bertemu dengan Jihany Saraswitha. Wanita super duper galak itu adalah seniornya yang membuat Saga bekerja dengan tekanan berat. Saga merasa kesulitan, namun dia berniat...