.
.
.Serenity di hari Jumat selalu sibuk. Seperti kemarin-kemarin, banyak deadline yang harus dikejar.
Tetapi kantor hari ini lumayan sepi pengunjung, tidak sebanyak biasanya. Hanya ada satu-dua orang datang itupun berselang lama.
Zaki yang baru selesai menemani salah satu klien yang datang, menghela lega lalu pergi ke pantri untuk membuat kopi kesukaannya. Rasanya weekend kali ini bisa dilaluinya dengan tenang.
Dengan santai dan bersenandung rendah, bahkan menyapa Eren yang sedang serius pada pekerjaannya, Zaki kemudian kembali ke mejanya.
Membuka pesan dari online chat web-nya Serenity, mengecek apakah ada klien lain yang harus ditangani. Lalu membuka surelnya, dan menemukan pesan dari salah satu klien yang ditanganinya.
Alisnya bertaut setelah membaca isi surelnya. Tangannya dengan cepat membuka layar kerja yang menampilkan hasil desainnya, kemudian Zaki beralih pada pesan di web yang terdapat kontak si klien, meneliti kembali isi pesan di dalamnya dan membandingkan ketiganya. Surel, pesan di web, juga layar kerjanya.
And there's something wrong.
Setelah beberapa menit meneliti semuanya, Zaki beranjak menuju ruangan Jihan.
Diketuknya pintu kaca itu tiga kali, sampai Jihan kemudian mempersilakannya untuk masuk.
"Kenapa, Zaki? Tumbenan langsung ke ruangan tanpa telepon dulu," sapa Jihan setelah Zaki berhenti di depan mejanya.
"Maaf, Mbak, menganggu waktunya. Ada yang mau saya bicarain."
"Ada apa? Kok kamu serius banget." Jihan menghentikan pekerjaannya, lalu fokus menatap Zaki.
"Begini, Mbak. Kemarin saya terima klien dari web kita kayak biasanya. Dia minta dibuatkan logo untuk brand kantornya dia. Lalu dia juga ngirim referensi kurang lebih seperti yang dia mau, saya udah catat setiap hal detail yang diminta, dan saya kerjakan seperti biasanya."
"Lalu saya kirimkan hasil dari saya pakai surel, seperti biasa, Mbak. Dia bilang masih mau didiskusikan kembali sama pihak mereka. Ya, setelah itu saya nunggu. Tapi tadi mereka kirim surel lagi, katanya desain dari saya tidak profesional karena menjiplak karya orang lain, dan itu merugikan mereka karena membayar mahal."
"Kamu jiplak? Tracing punya orang?"
"Nggak, Mbak! Saya nggak pernah begitu. Mbak Jihan tau sendiri gimana saya kerja selama ini. Bahkan hasil desain saya beda jauh dari referensi yang dikirim klien itu. Untuk warna, dan tulisan memang saya sesuaikan dengan request klien, tapi layout dan komposisi dari saya sendiri, Mbak."
Zaki terdengar sedikit terbawa emosi saat mengatakannya. Membuat Jihan terkejut, karena Zaki anak periang dan positif, hampir tidak pernah marah.
"Kamu udah proof ke klien kalau apa yang kamu kerjakan sesuai araham dia?"
"Udah, Mbak. Saya sampe tulis di notes yang ada tanggal sama jam ordernya. Tapi, Mbak ... ada yang aneh," ucap Zaki memelan di akhir, sedikit ragu.
"Pas saya check ulang isi pesan dari web, beberapa bubble chat yang menunjukkan arahan klien, hilang."
"Apa maksud kamu dengan hilang?"
"Ya, isi pesannya nggak ada, Mbak. Bukan pesan ditarik atau dihapus, tapi beneran nggak ada."
Ucapan Zaki tentu membuat Jihan merasa aneh, kedua alisnya bertaut memahami penjelasan Zaki.
"Anehnya, yang hilang cuma kalimat pesan yang memberikan arahan permintaan klien. Kesannya kayak, dia kasih perintah tapi abis itu perintahnya hilang tanpa jejak, dan meski saya sempat meragukan ingatan saya, tapi saya berani sumpah, Mbak. Saya ingat apa yang diminta oleh klien."
Wajah panik Zaki terlihat jelas, bahkan pemuda itu tampak menahan dirinya untuk tidak meledak-ledak bercerita.
"Lalu, mengenai proyeknya, apa yang klien bilang selain kamu jiplak punya orang?"
"Selain itu dia bilang, kalau ternyata kualitas Serenity tidak sebagus citranya. Bahkan dia bilang akan memberi ulasan untuk kita, dan bisa dipastikan itu bukan sesuatu yang bagus."
Jihan tampak berpikir, kemudian dia beranjak dari duduknya.
"Coba tunjukin ke saya, semua yang kamu bilang," ucapnya lalu berjalan mendahului Zaki.
"Kamu udah bilang sama Raka?"
"Belum, Mbak. Mas Raka tadi pergi keluar sama Pak Hendra, saya tidak ingin mengganggu. Karena itu saya melaporkan ini ke Mbak Jihan."
Sampai di meja kerjanya, Zaki membuka layar komputernya yang menunjukkan isi pesan dari klien melalui chat dari website Serenity. Lalu Zaki menunjukkan isi note yang dia buat di hari yang sama dengan tanggal masuknya orderan klien. Isi note Zaki sama persis dengan desain yang dia kerjakan. Bahkan dia menambahkan banyak detail dalam catatannya.
Kemudian yang terakhir, Zaki menunjukkan isi surel yang dikirim oleh klien.
Setelah melihat semua itu, Jihan kembali terdiam. Wajah seriusnya membuat Zaki semakin gugup.
"Lo udah balas surelnya?"
"Belum, Mbak."
"Oke, sekarang lo bales sesuai arahan gue. Lo sampaikan aja permintaan maaf, terus lo tawarkan ke dia solusi pembuatan ulang tanpa biaya desain."
"Tetapi, itu sama saja seperti saya mengaku salah dong, Mbak? Padahal 'kan saya ngerjainnya bener, udah ngikutin permintaannya."
"Saya tahu, karena itu saya minta kamu isi dan ketik sesuai arahan saya."
"Saya ingin melihat feedback dari klien akan jadi bagus atau sebaliknya."
.
.
.Bersambung.
Riexx1323.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Strict Senior ✅ END (TERBIT)
RomanceSaga seorang mahasiswa, bekerja freelance untuk membantu ekonomi keluarganya, bertemu dengan Jihany Saraswitha. Wanita super duper galak itu adalah seniornya yang membuat Saga bekerja dengan tekanan berat. Saga merasa kesulitan, namun dia berniat...