Bagian; Satu

228K 13.6K 240
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)

🥀🥀🥀







Zoya berakhir tidak dapat tidur sama sekali akibat kalimat Alan semalam. Entah bagaimana bisa kalimat itu banyak mempengaruhi Zoya dalam seperkian detik. Isi kepala Zoya denial akan apa yang di dengarnya tetapi tidak dengan hatinya. Pertanyaan-pertanyaan tentang Alan yang berkemungkinan mulai menaruh hati padanya berhasil mencuil sedikit kegoyahan pada diri Zoya.

Karena tidak dapat tidur sepanjang malam. Zoya melakukan kegiatan mengisi waktunya dengan membersihkan seluruh ruangan rumah, menyiapkan bahan-bahan untuk sarapan, bahkan Zoya menyiapkan lebih awal setelan kerja untuk Alan kenakan besok.

Benar, Zoya memang lemah. Sangat-sangat lemah karena dengan mudahnya terpengaruh oleh ucapan Alan.

"Pagi." sapaan itu Zoya ucapkan dengan riang melihat Alan memasuki ruang makan.

Alan tidak membalas, menatap Zoya dengan kening berkerut. Sapaan itu kontras sekali dengan apa yang terjadi semalam.

"Aku tahu kamu gak akan makan masakan aku. Jadi aku udah siapin roti bakar buat kamu makan." ujar Zoya mengangsurkan piring berisi roti bakar kepada Alan, juga secangkir kopi.

Alan tadinya hendak mengisi piring dengan nasi goreng urung melakukannya. Tanpa mengatakan apapun Alan mengambil dua lembar roti bakar itu dan melahapnya sekaligus. Perutnya kelaparan karena semalam hanya sempat terisi oleh sepotong kecil kue tart.

Zoya masih betah berdiri meski melihat Alan sudah selesai sarapan dan sedang menikmati kopinya.

"Kamu enggak sarapan?" itu menjadi pertanyaan pembuka pertama dari Alan. Sebelum-sebelumnya Alan tidak pernah menanyai Zoya tentang apapun.

"Aku udah sarapan duluan." jawab Zoya seadanya.

Alan mengangguk saja sebagai balasan membuat hening kembali bersamai.

Biasanya Zoya tidak pernah melewatkan waktu sarapan, makan siang ataupun makan malam jika Alan hadir di ruang makan sederhana itu. Meski akhirnya Zoya selalu berakhir makan sendirian karena Alan mengabaikan ajakan Zoya untuk makan bersama.

Zoya beranjak memasuki dapur. Mengambil bekal makan siang yang sudah dia siapkan. Zoya kembali ke ruang makan, menemukan Alan sudah tidak berada di sana. Zoya menggeleng kecil, Alan selalu lupa membawa serta kotak bekalnya. Di susulnya Alan yang masih berada di teras rumah, terlihat sedang berbicara dengan seseorang melalui ponsel.

"Alan, bekal—,"

"Calmdown, Na. Aku punya copy-an filenya. Tenang, oke? Aku akan segera sampai kantor."

Zoya diam memandangi punggung Alan yang masih bicara dan tertawa sesekali. Tanpa melihat wajah Alan, Zoya sudah tahu bagaimana ekspresi Alan dari nada suaranya yang terdengar senang. Zoya tidak perlu menebak-nebak lagi dengan siapa Alan berbicara melalui ponselnya.

Satu nama yang bahkan tidak ingin Zoya dengar namanya di sebut. Karena nama itu pula yang membuat Zoya tidak pernah bisa memenangkan hati Alan.

"Zoya?"

"Y-ya?"

Zoya terkesiap mendengar suara Alan. Kepalanya terangkat menatap Alan yang juga menatapnya.

"Oh bekalnya—,"

"Ya? Oh ini bukan buat kamu kok. Aku inget kalau kamu nggak pernah mau dibekalin."

Let's Divorce, Husband! [SELESAI] TERBIT✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang