"Lets divorce, husband!"
Ajakan itu terlontar lancar tanpa terbata-bata begitu jarum jam tepat berada di angka 12 malam. Zoya yakin jika sekarang pria di depannya ini akan menyebutnya gila karena meminta cerai di saat seharusnya mereka bersenang-senang merayakan hari jadi pernikahan mereka. Tapi masa bodoh, Zoya sudah tidak tahan lagi. Menyerah adalah keputusan terbaik dalam pernikahan mereka.
Bukan tanpa alasan Zoya mengajak pria di depannya ini untuk bercerai. Dulu Zoya pikir menikahi Alan-pria yang dikagumi dan dicintainya akan menjadi akhir dari bahagianya.
Ternyata Zoya salah.
Hari itu benar Zoya sangat bahagia di sepanjang hidupnya, tetapi setelah menjalani hari bersama Alan. Zoya tidak pernah merasa jika Alan menerimanya dalam hidup pria itu.
Alan memang tidak menolaknya secara gamblang, namun sikap dinginnya menjelaskan semuanya.Zoya memang memiliki Alan tapi tidak dengan cintanya.
Hubungan dingin nyaris berada di titik beku membuat Zoya tidak dapat bernapas dengan tenang. Bayang-bayang Alan mencintai wanita lain mencekik lehernya. Zoya ingin terbebas dari rasa sesak yang menyiksa, maka dari itu dengan segenap tekad yang telah lama dikumpulkan. Zoya dengan yakin menyodorkan sebuah amplop cokelat ke hadapan pria yang telah menjadi suaminya selama 5 tahun ini.
Alan terlihat begitu tenang, meski ada raut terkejut yang jelas berhasil ditutupi dengan cepat olehnya. Ditatapnya wanita yang memasang senyuman indah kontras dengan situasi yang tercipta.
"Divorce?" tanyanya mengulang.
Sejujurnya Alan begitu terkejut mendengar ajakan bercerai dari istrinya ini. Tidak pernah ada di benaknya jika Zoya akan meminta cerai dalam pernikahan mereka.
Dari sebelum menikah Zoya dengan jelas menunjukkan ketertarikan terhadapnya. Alan menyadari jika Zoya mulai mencintainya, itu sebabnya Alan mulai menghindari wanita itu. Namun, hal itu tidak dapat berlangsung lama karena Zoya melibatkan Ibunya dalam rencana besarnya.
Karena hal itu membuat Alan tidak mempunyai pilihan selain menikahi Zoya. Bukankah itu upaya cukup besar Zoya kerahkan untuk memilikinya? Lalu kenapa tiba-tiba wanita ini meminta cerai?
"Beri aku alasan kenapa kita harus bercerai?" sambung Alan menatap secarik kertas di atas meja. Di meja itu tidak hanya ada secarik kertas dan amplop cokelat saja. Terdapat juga sebuah kue tart berhias lilin angka 5 di atasnya. Membuat senyum asimetris tercipta di sudut bibirnya.
Hari ulang tahun pernikahan dengan hadiah ajakan bercerai?
Alan tidak pernah menduga jika Zoya bisa semenakjubkan ini.
"Kita hanya perlu bercerai. Aku enggak akan meminta apapun. Cukup kita bercerai saja." Benar. Zoya tidak menginginkan apapun lagi dalam hidupnya selain berpisah dengan Alan dan mencari kebahagiaannya dengan memulai kehidupan baru nantinya.
Alan mengangguk mendengar alasan yang lebih tepatnya adalah Zoya tidak ingin mempersulit proses perceraian nantinya.
"Rumah, mobil, tanah dan aset lainnya. Kamu benar-benar enggak membutuhkan itu?"
"Aku enggak membutuhkan apapun lagi."
Zoya membalasnya dengan cepat tanpa berpikir panjang. Toh dengan itu semua hanya akan mempersulit dan memperpanjang masalah di kemudian hari.
"Are you sure?" Alan masih merasa tidak yakin.
Zoya mengangguk cepat, "Yes."
Hening kembali menyergap diantara keduanya. Suara detak jarum jam terdengar jelas bersamaan dengan gerakan jari telunjuk Alan mengetuk meja. Zoya meremas kedua tangannya semakin cemas menunggu keputusan dari Alan.
Apakah Alan setuju bercerai atau justru menolak? Zoya yakin jika Alan akan setuju. Bahkan sudut bibirnya tertarik sedikit melihat Alan meraih pena.
Zoya semakin tidak dapat menahan degup jantungnya melihat jemari Alan yang memegang pena hendak menyentuh kertas itu.
Alan mengamati tanda tangan Zoya di lembar permohonan cerai. Bahkan wanita itu tidak perlu memusingkan keputusan darinya dulu untuk membubuhkan tanda-tangannya di sana. Alan mengangkat wajahnya menatap Zoya, dia bisa dengan jelas melihat jika Zoya menggigit bibirnya untuk menahan senyum.
Tak!
Suara pena yang kembali diletakkan dengan kasar di atas meja kontan membuat Zoya menatap Alan. Tangannya dengan cepat meraih kertas di depan Alan.
"B-belum kamu tanda-tangani?" pertanyaan itu terlontar begitu saja melihat tidak ada bubuhan tanda-tangan Alan di sana.
Alan meraih pisau di samping kue tart dan memotong kue tersebut. Memindahkan potongan kue tart ke dua piring yang tersedia.
"Pikirkan lagi alasan yang kamu gunakan untuk meminta cerai. Tentu itu harus jelas dan dapat aku terima." ujar Alan beranjak dengan membawa sepiring kue tart. Alan berbalik sejenak sebelum keluar dari ruang makan.
"Zoya." panggil Alan.
Tatapan Zoya mengarah kepada Alan yang berada di ambang ruang makan. Riuhnya isi kepala Zoya saat itu buyar seketika mendengar kalimat yang selama ini Zoya harapkan namun tidak pernah sekalipun terucap oleh Alan.
"Happy 5th annyversarry."
Tertanda, Fii.
Publish; 03 Mei 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Divorce, Husband! [SELESAI] TERBIT✔️
RomanceZoya telah salah tentang Alan-suaminya. Berpikir rumah tangganya bersama Alan akan seperti musim semi. Nyatanya musim dingin lah yang bersamai. Zoya memiliki Alan tapi tidak dengan cintanya. Maka dari itu, Zoya memberanikan diri mengambil sebuah kep...