Bismillah
Koreksi typo
Selamat membaca :)
🥀🥀🥀
Malam itu pertahanan diri Zoya telah runtuh berantakan. Seorang diri tanpa ada tempat untuk mengadu. Sulit bagi Zoya bisa mengumpulkan lagi tekad-tekad yang telah dileburkan dalam sekejap mata.
Mungkin Zoya sudah bertekad untuk mengakhiri pernikahannya.
Mungkin juga Zoya sudah bertekad untuk bahagia tanpa mengorbankan kebebasan atau kebahagiaan orang lain.
Mungkin saja Zoya sudah bertekad untuk hidup mandiri.
Kemungkinan dari tekadnya belum menemukan kepastian. Kepastian akan kebahagiaan, kebebasan, perceraian ataupun hidup mandiri. Semua tidak lagi menjadi pasti.
Berawal dari kemungkinan, berakhir pun hanya dengan kemungkinan. Zoya memang bisa mengumpulkan tekad dan berencana atas hidupnya. Tetapi dari semua itu jalan hidupnya telah di tentukan tanpa tahu bagaimana skenario yang tertulis.
Zoya termenung meratapi orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Mereka terlihat bahagia bersama pasangannya. Terlihat sibuk oleh pekerjaan yang mengejar waktu. Sedangkan Zoya? Pernikahannya tidak berjalan lancar. Ketika memutuskan untuk berpisah justru Zoya belum bisa mandiri.
Kehidupan Zoya seolah telah berhenti bergerak maju. Zoya merasa seakan tertinggal cukup jauh dari yang lain.
Sekarang Zoya harus apa? Dia sendirian. Tidak memiliki teman, apalagi keluarga. Dia seorang diri. Dan akan selalu begitu.
"Zoya Isabella?"
Zoya terkejut merasakan ada yang menyentuh bahunya. Menyadarkan Zoya jika dia sudah cukup lama larut dalam lamunan. Zoya mengangkat kepala melihat seorang pria berdiri di hadapannya.
"Benar Zoya ternyata." Wajahnya terhias senyum menatap Zoya. "Hai." sapa pria itu.
Zoya menganggukkan kepala. Menatap bingung orang itu.
"Siapa ya?"
"Kamu nggak inget? Ha, iya sih udah lama banget kita gak ketemu."
"Mas masih inget kamu sampai sekarang loh, Ya. Bisa-bisanya kamu lupain Mas."
Zoya semakin di buat bingung oleh seorang pria yang berbicara akrab dengannya. Kemudian Zoya bergeser duduk, membiarkan pria itu duduk di ruang kosong.
"Kenalan kamu dari rumah pelangi. Inget gak sekarang?"
Kening Zoya sampai berkerut mendengar pria ini menyinggung soal rumah pelangi. Zoya kembali menatap pria di sampingnya dengan seksama.
"Serius nih lupa?" suaranya terdengar kecewa mengatakan itu.
Zoya mengamati lamat-lamat wajah pria yang tersenyum menunggu responnya. Rumah pelangi? Itu artinya Zoya mengenal pria ini jauh lebih lama dari perkiraan.
"Awalannya B akhirnya A." ucap pria itu mencoba membantu Zoya dalam mengingat.
"Bara?" celutuk Zoya.
Pria itu menjentikkan jari di depan wajah Zoya.
"Beneran Mas Bara?"
Bara menganggukkan kepala. Tangannya terbuka siap menyambut Zoya. Tanpa menunggu pun Zoya langsung masuk ke dalam pelukan itu. Air matanya yang sekuat tenaga ditahan, jatuh tak terbendung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Divorce, Husband! [SELESAI] TERBIT✔️
RomanceZoya telah salah tentang Alan-suaminya. Berpikir rumah tangganya bersama Alan akan seperti musim semi. Nyatanya musim dingin lah yang bersamai. Zoya memiliki Alan tapi tidak dengan cintanya. Maka dari itu, Zoya memberanikan diri mengambil sebuah kep...