Bismillah
Koreksi typo
Selamat membaca :)
🥀🥀🥀
Suara bel terus saja terdengar, mengusik pendengaran Alan. Entah siapa yang bertamu menjelang malam ini. Mendengar bel kembali dibunyikan, Alan menggeram kesal karena tidak dapat fokus pada pekerjaannya. Siapa tamu yang tidak sabaran itu? Dan lagi ke mana Zoya? Kenapa wanita itu tidak kunjung menyambut tamu tidak sopan itu.
Alan keluar dari kamarnya, berjalan cepat menuju pintu utama. Sebelum itu Alan melirik ke arah pintu kamar Zoya yang setia tertutup.
"Iya-iya! Siapa sih? Berisik banget!"
Alan memutar kunci, belum sepenuhnya karena Alan mengintip keluar jendela, melihat siapa tamu yang tidak sabaran itu.
"Mama." bisik Alan melihat Anita berada di luar rumah.
Wanita paruh baya itu terlihat lelah menunggu dibukakan pintu. Anita terlihat mengeluarkan ponsel dan sepertinya akan menghubungi seseorang. Benar saja, Alan dapat mendengar suara dering ponsel milik Zoya terdengar. Namun hingga dering berakhir Zoya tidak kunjung menjawab.
Alan segera memutar kunci dan membukakan pintu ketika bel kembali terdengar. Wajah kesal Anita terlihat jelas begitu Alan menyambutnya.
"Capek Mama bunyiin bel gak ada yang bukain pintu. Kamu ngapain aja sih, baru bukain pintu sekarang? Mama telepon Zoya juga gak di jawab." Anita langsung mengeluarkan keluh kesahnya.
"Maaf, Ma. Ketiduran makanya gak dengar bunyi bel." alibi Alan. Anita akan mengomel panjang jika tahu Alan masih bekerja saat berada di rumah.
Anita menyipitkan mata menatap Alan selidik. Melihat wajah lelah, dan mata memerah Alan membuat Anita mengangguk singkat sebagai bentuk percaya Anita akan jawaban Alan. Anita melenggang masuk ke dalam, netranya menerawang segala penjuru yang tertangkap mata. Sudah lama Anita tidak bertandang ke rumah Alan dan Zoya. Dibelakang Alan mengekor membawa beberapa kantung dan paper bag yang dibawa Anita.
"Zoya mana, Lan?"
"Di-di kamar, Ma."
Pandangan Alan tertuju ke arah pintu kamar Zoya yang terbuka berikut dengan kehadiran Zoya, berdiri terpaku di tempatnya.
"Mama." Zoya menghampiri Anita dan mencium punggung tangannya. "Mama tadi telepon? Maaf ya Ma, Zoya ketiduran jadi enggak tahu kalau Mama datang."
Anita menatap Zoya lama sebelum beralih kepada Alan. "Kalian tidur di kamar tamu?" tanya Anita kemudian.
Zoya menyerngitkan kening, memang benar ia tidur di kamar tamu yang adalah kamarnya. Tapi Alan? Zoya menatap Alan penuh tanya.
"Memangnya gak boleh, Ma? Lagian bebas dong kami mau tidur di mana aja."
"Iya sih. Tapi—,"
"Sekali-kali ganti suasana, Ma. Bosen di kamar itu-itu aja. Ma, ini bawaannya mau di ke manain? Mama bawa apa aja sih? Banyak banget."
Alan berhasil mengalihkan atensi Anita yang kemudian berjalan menuju dapur. Alan menyimpan kantung-kantung dan paper bag yang di bawanya ke atas meja. Selanjutnya Anita mengeluarkan isi-isinya dan menjelaskan dengan semangat.
"Kemarin Mama di kasih oleh-oleh dari temen Mama yang habis pulang umroh. Ada air zam-zam, kurma, susu, kacang-kacangan sama ini mukenah dan tasbih." jelas Anita sembari mengeluarkan barang yang disebutkan. "Oh ini ada kurma muda katanya bagus buat program hamil. Sengaja Mama minta belikan." lanjut Anita memberikan sebiji kurma muda kepada Zoya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Divorce, Husband! [SELESAI] TERBIT✔️
RomansaZoya telah salah tentang Alan-suaminya. Berpikir rumah tangganya bersama Alan akan seperti musim semi. Nyatanya musim dingin lah yang bersamai. Zoya memiliki Alan tapi tidak dengan cintanya. Maka dari itu, Zoya memberanikan diri mengambil sebuah kep...