Bagian; Dua

182K 11.1K 129
                                    

Bismillah

Koreksi typo

Selamat membaca :)




🥀🥀🥀








Zoya tiba di kediaman mertuanya bertepatan dengan sebuah mobil memasuki perkarangan rumah. Zoya berjalan sambil mengamati mobil yang telah terparkir itu dan tidak lama Zoya mendapati Alan keluar dari mobilnya. Zoya tidak menduga Alan akan menyanggupi undangan makan malam dari Ibunya. Meski tidak alasan untuk menghindari undangan makan malam dari Ibunya itu, tetapi Alan acap kali absen makan malam di hari-hari tertentu. Terkhusus malam ini, Zoya tadinya mengira pria yang berdiri di hadapannya adalah sosok jin qorinnya Alan sebelum pria itu mengajaknya bicara.

"Kamu baru tiba?" Alan bertanya sekedar untuk berbasa-basi.

Zoya mengangguk,"Ya, Kamu sendiri?" pertanyaan itu lebih tepat diartikan sebagai rasa penasaran Zoya akan kehadiran Alan malam ini. Bukankah Alan memiliki kesibukan dengan seseorang?

Alan mengedik ringan, tatapnya mengarah pada tangan Zoya yang terdapat sebuah paperbag dan sekuntum bunga. Alan mendesah ringan, tidak memikirkan untuk membelikan sesuatu sebelum datang kemari.

Menyadari arah tatap Alan, Zoya mengangsurkan paperbag yang dibawanya kepada Alan.

"Bisa tolong kamu aja yang pegang, lumayan berat soalnya." katanya.

Alan mengambil paperbag itu dari Zoya. Tidak seberat seperti Zoya katakan. "Ringan." komentarnya.

"Isinya keramik. Di kamu mungkin ringan tapi aku pegang lumayan bikin pegel lama-lama."

"Alan, Zoya ... Kalian sudah datang?" suara tidak asing menyapa pendengaran keduanya. Mereka menoleh ke asal suara, menemukan Anita melambaikan tangan di ambang pintu.

Zoya tersenyum dan balas lambaian Ibu mertuanya. Mengambil langkah menuju Anita yang menunggu. Disela itu Alan menyusul dan meraih tangan Zoya ke dalam genggaman. Hal itu membuat Zoya terhenti langkahnya, beralih kepada Alan disisinya.

"Dilihatin Mama." Zoya mengerti sekarang. Selalu tidak lebih dari itu.

Keduanya melanjutkan langkah hingga tiba di hadapan Anita. Zoya mendapatkan sambutan berupa pelukan hangat dan juga ciuman dipipinya dari Anita.

"Selamat atas pernikahan kalian yang ke 5, sayang. Mama doakan semoga pernikahan kalian langgeng sampai kakek-nenek." Mungkin dulu Zoya akan senang hati mengaminkan kalimat itu. Tapi sekarang Zoya hanya bisa menunjukkan senyuman sebagai balasan. Ini juga akan menjadi kalimat selamat terakhir terucap dari Anita.

"Zoya makin kurusan ya?" tanya Anita sebelum meleraikan pelukan dengan Zoya.

Zoya merigis pelan saat Anita mencubit ringan pipinya. "Udah nggak embem lagi. Enggak di kasih makan sama Alan, ya?" Anita beralih kepada Alan—anak lelakinya.

"Zoya makin kurus setiap ketemu Mama, kamu siksa ya?" tuding Anita, tangannya terulur untuk mencubit lengan Alan.

"Enggak, Ma. Enggak. Zoya-nya diet, Ma. Iya, kan sayang?" Alan meminta validasi dari Zoya.

Zoya tertegun. Panggilan itu terasa asing meski bukan pertama kali mendengarnya.

"Aduh, Ma, sakit, udah dong cubitnya." mohon Alan.

"Ma, Mas Alan benar kok. Aku lagi diet. Keseringan makan manis bikin berat aku naik."

Anita menatap Zoya dan Alan bergantian. Sekali lagi tangan Anita melayang ringan pada lengan Alan dan tertawa setelahnya. Kemudian Anita mengajak anak dan menantunya masuk ke dalam. Tiba di ruang makan, Zoya melihat beberapa macam makanan sudah terhidang. Terdapat seseorang yang sudah lebih dulu mengisi piring dan tengah melahap makanannya.

Let's Divorce, Husband! [SELESAI] TERBIT✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang