Bismillah
Koreksi typo
Selamat membaca :)
🥀🥀🥀
Pertama kali setelah bertahun-tahun lalu Zoya berpenampilan rapi nan formal. Mengingatkannya akan masalalu-saat-saat Zoya masih berkecimpung dengan dunia kerja. Zoya tidak menyangka bahwa ia akan kembali ke masa-masa itu. Ada perasaan gugup yang menyertai, mengingat ini adalah kedua kalinya Zoya akan melakukan wawancara kerja. Zoya pikir dia tidak akan merasa gugup karena dulu pernah mengalaminya. Tetapi ternyata tidak semudah itu. Terlebih dihadapkan dengan kenyataan bahwa pesaingnya jauh lebih segar dan berbakat darinya membuat nyali Zoya menciut.
"Selanjutnya giliran peserta nomor urut 45, 46, 47 dan 48 silakan bersiap-siap."
Zoya kembali menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan mendengar pemberitahuan itu. Diliriknya kartu yang tersemat di dada kirinya. Gilirannya masih terlalu jauh, namun kecemasannya makin terasa nyata.
"Permisi, permennya, Mbak?"
Zoya menoleh ke samping kanan, menatap seorang perempuan yang masih menunggu Zoya mengambil permen darinya.
"Kalau saya rasa manis bisa ngilangin gugup. Mana tahu Mbak juga begitu."
Zoya tersenyum dan mengambil sebuah permen dari telapak tangan perempuan di sampingnya. "Terimakasih." ucapnya, lantas memasukkan permen itu ke dalam mulut. Rasa manis dan sedikit asam sedikitnya berhasil membuat Zoya menjadi tenang.
"Saya Tria, kalau boleh tahu Mbak siapa namanya?" Tria tersenyum, tangannya terulur ke arah Zoya.
Zoya balas tersenyum, menyambut tangan Tria. "Zoya." ucapnya.
"Salam kenal Mbak Zoya."
"Enggak usah pakai embel-embel Mbak, Zoya aja."
Zoya dan Tria terkekeh kemudian. Dari perkenalan singkat itu Zoya bisa merasakan jika Tria adalah orang asyik diajak mengobrol. Tria banyak bercerita tentang pengalamannya dalam melamar pekerjaan di setiap perusahaan yang selalu berakhir tidak lolos karena kurangnya pengalaman kerja.
Zoya tersadar bahwa mencari pekerjaan di masa sekarang jauh lebih sulit dibandingkan dulu. Memiliki nilai bagus dan ditunjang oleh sertifikat tidak menjamin akan diterima. Pengalaman kerja sangat penting, namun bagi fresh graduation seperti Tria justru membutuhkan pekerjaan agar bisa mempunyai pengalaman kerja. Akan tetapi itu semua juga tidaklah mudah.
"Tapi mau gimana lagi namanya juga sekarang pesaingnya makin banyak. Banyak orang butuh pekerjaan tapi lapangan kerja gak mendukung."
Apalah daya Zoya yang hanya pernah bekerja 1 tahun, lalu resign untuk menikah? Sekarang Zoya menyesal. Harusnya dia tetap bekerja saja.
"Pelamar dengan nomor urut ... Silakan masuk."
"Giliran saya, huft, saya jadi gugup lagi."
Tria bergegas bangkit dari duduknya, merapikan kembali pakaiannya. Zoya membantu merapikan bagian belakang.
"Bismillah aja. Semangat Tria kamu pasti bisa!"
Tria mengangguk dan berlalu pergi memasuki ruangan wawancara bersama perseta lainnya.
Ada beragam ekspresi yang Zoya lihat dari orang-orang yang masuk maupun keluar dari ruangan itu. Yang terlihat jelas adalah wajah cerah ataupun patah semangat dari peserta setiap keluar dari ruangan wawancara. Entah apa yang terjadi selama di sana Zoya tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Divorce, Husband! [SELESAI] TERBIT✔️
RomanceZoya telah salah tentang Alan-suaminya. Berpikir rumah tangganya bersama Alan akan seperti musim semi. Nyatanya musim dingin lah yang bersamai. Zoya memiliki Alan tapi tidak dengan cintanya. Maka dari itu, Zoya memberanikan diri mengambil sebuah kep...