Cici berjalan menuju parkiran. Ia melamun memikirkan sesuatu. Gadis itu teringat dengan gerakan tangannya tadi pagi saat membonceng Eden.
Kedua tangan Cici memegang erat pinggang pemuda itu. Kecepatan motor yang tinggi membuatnya refleks mencari pegangan apapun agar dirinya tak jatuh.
Cici tak sadar, memerah pipinya kini.
Cici dan Eden adalah sahabat karib, walaupun juga tak pernah lepas dari pertengkaran. Mereka dekat sejak kecil, bahkan sebelum duduk di bangku TK.
Saat itu, keluarga Eden pindah ke tepat sebelah rumah Cici, membuat mereka bertetangga. Awalnya, Cici dan Mama-nya datang berkunjung ke rumah baru Eden setelah beberapa hari kepindahan. Sementara para ibu sedang berbincang-bincang di sofa ruang tamu, Cici malah penasaran dengan laki-laki kecil yang bermain lego di lantai, tak jauh dari mereka duduk. Cici mendekat, ingin melihat apa yang dilakukan laki-laki itu. Dari situlah, pertemanan itu tercipta.
Hari-hari berlalu. Cici dan Eden tumbuh bersama dengan akrab. Mereka bahkan satu sekolah sejak TK, sampai sekarang SMA.
Keseringan bersama, Cici jadi tak menyadari adanya perasaan lain yang berbeda. Hal itu baru ia sadari ketika mereka duduk dibangku SMP kelas dua.
Saat itu pertengahan semester satu. Eden sedang dekat dengan salah satu murid perempuan kelas sebelah. Cici yang semula tidak sadar akan hal itu, jadi tahu karena teman-temannya mulai bergosip tentang Eden dan si murid perempuan. Mereka menanyakan hubungan keduanya pada Cici, padahal Cici sama sekali tidak tahu apapun karena Eden tidak cerita apa-apa padanya.
Hari-hari ke depannya, Cici memperhatikan dan mengetahui bahwa Eden dan grup cowok itu berteman dengan grup perempuan itu. Mereka bahkan beberapa kali main bersama di luar.
Lambat laun, Cici merasakan sesuatu yang aneh. Ia tidak suka ketika Eden mengobrol dan bercanda tawa bersama perempuan itu. Ia jadi sadar bahwa mereka jadi jarang bersama lagi. Ketika Cici ingin bermain kerumah Eden atau mengajaknya main ke luar, cowok itu tak ada karena bermain bersama teman-temannya dan murid-murid perempuan kelas sebelah itu.
Cici makin merasa kehilangan dan tak suka. Apalagi saat ada kabar Eden jadian dengan perempuan itu, hatinya terasa sesak dan perih. Malam itu, untuk pertama kalinya ia menangis karena laki-laki.
Tapi saat kenaikan kelas, Eden putus dari pacarnya. Pemuda itu bilang pada Cici bahwa ia merasa bosan. Diam-diam, Cici merasa senang, tapi yang ia tunjukkan adalah ekspresi biasa saja yang datar, seolah-olah tak memedulikan apapun. Keduanya jadi kembali dekat seperti biasa.
Dan sampai sekarang, Cici masih menaruh rasa pada sahabat laki-lakinya itu secara diam-diam. Ia tak berani mengaku, karena selain takut ditolak, ia tak yakin hubungan di antara keduanya akan tetap baik-baik saja jika ia mengaku.
Cici sering merasa tak suka saat Eden dekat dengan perempuan lain, meskipun hanya mengobrol biasa. Gadis itu gelisah, tapi tak bisa berbuat banyak. Yang ia lakukan hanya diam dan memendam perasaannya dalam-dalam. Entah sampai kapan.
“Ngalamun, Bos!” sebuah suara familiar dengan tepukan di pundak kanannya membuat Cici tersentak. “Awas, entar dimasukin setan kau, wahai anak muda.”
Cici yang sempat terkejut, menoleh. Mendapati Eden muncul dari belakangnya. “Ck, elo ah, ngagetin gue mulu!” geram gadis itu mendorong keras pemuda di sampingnya.
Eden meringis, kembali berdiri tegak dan mendekat ke arah Cici. “Biasa aja dong lo.” Pemuda itu balas mendorong Cici dengan ekspresi jutek, membuat gadis itu terdorong ke samping, tapi segera menegakkan tubuhnya.
“Apaan sih lo!” kesal Cici sambil mendorong kembali pemuda itu. Eden kali ini lebih bersiap, ia berjalan menyerong dan menjauh, jadi berjalan lebih dulu.
Eden menolehkan kepala ke belakang, melihat Cici memasang ekspresi cemberut kesal. “Yaudah gue tinggal.” Cowok itu memeletkan lidah dengan ekspresi menyebalkan.
Cici langsung berlari hendak memukul Eden, tetapi cowok itu juga jadi berlari menghindar.
Gadis itu merutuk dalam hati. Baru saja ia kesengsem karena tadi pagi sempat hampir memeluk cowok itu, walaupun terhalangi oleh tas Eden. Sekarang malah cowok itu kembali iseng menjahilinya. Memang, selain kadang membuat berdebar, Eden juga sering membuatnya kesal.
-
Cici menjalani hari-hari seperti biasa. Tak ada masalah sejauh ini. Semua tenang-tenang saja, baik di rumah maupun di sekolah.
Tetapi belakangan ini, ia merasa ada yang aneh. Cici tak tahu benar apa yang aneh. Ia hanya merasakan keganjalan itu datang beberapa hari ini.
Keadaan di rumahnya baik-baik saja. Teman-teman di sekolah, juga kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik. Hubungannya dengan Eden—sahabatnya—juga baik-baik saja. Lantas, apa yang aneh?
Tunggu, memikirkan Eden, membuat sudut terdalam hati Cici merasa tak enak.
Gadis itu jadi lebih menaruh fokus pada pemuda itu. Saat di sekolah, ia jadi memperhatikannya dari jauh. Ia bahkan mencoba mencari cara agar berpapasan karena mereka berbeda kelas.
Lalu saat di rumah, gadis itu tersadar. Kini intensitas kebersamaannya dengan cowok itu berkurang, jadi tak sebanyak sebelum-sebelumnya.
Ini yang aneh. Ini yang membuat sudut terdalam hatinya merasa buruk. Firasat Cici mengatakan jika Eden sedang dekat dengan perempuan lain.
Dan benar saja, lewat kabar burung yang terdengar, Cici mengetahui bahwa Eden sedang dalam masa pendekatan dengan murid kelas sebelah, namanya Anggun. Seorang gadis cantik yang terkenal karena pribadinya yang kalem serta ramah, dan seperti namanya, ia anggun.
Cici merasa ciut seketika, hatinya kembali berdenyut. Apalagi saat melihat langsung, bagaimana Eden menggoda Anggun hingga gadis itu tersipu, diiringi seruan-seruan menggoda dari teman-teman Eden.
Tapi selain itu, Cici juga marah besar. Cowok itu lagi-lagi tak bercerita apapun padanya. Lalu, apa peran Cici sebagai sahabatnya? Kenapa rasanya sulit sekali mengetahui soal percintaan cowok itu?
Setidaknya, dengan mengetahui sejak awal, langsung dari Eden, Cici jadi lebih bisa mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk yang akan terjadi.
-
bisa dibayangin sekesal apa Cici?
gini loh. mereka kan udah sahabatan dari kecil ya, tk sd smp sampe sma bareng. tapi Eden tuh nggak pernah cerita soal cewek yg dia suka ke Cici. ya marahlah Cici, berasa nggak dianggap.
padahal rumah deketan, suka berangkat-pulang bareng, suka main ke rumah satu sama lain. udah deket bgt mereka mah pokonya
![](https://img.wattpad.com/cover/338273966-288-k261072.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tacit • Perasaan Diam-Diam
Genç KurguDi dalam bahasa Inggris adalah istilah 'tacit'. Tacit berarti 'yang tidak diucapkan'. Bisa juga berarti 'yang dipahami tanpa dikatakan'. Tapi meski begitu, Arisha tidak pernah mengungkapkan isi hatinya pada siapapun. Bahkan pada orang yang ia sukai...