6. Charm of The Lost City

126 29 26
                                    

Setengah jam berlalu sejak mobil melaju, perjalanan begitu sunyi. So Eun bergumul dalam pikirannya yang berserabut dan batinnya ramai dengan segala tanya atas perasaannya. So Eun merasa baik-baik saja, mengaku sudah beranjak tapi kenapa kesal tercipta ketika Sung Hoon muncul dalam ingatannya, tidak menyukai apa yang disukai Sung Hoon, hingga ada rasa tak nyaman mengetahui kalau Sung Hoon sungguh akan bertunangan. Padahal So Eun sendiri yakin jika diberi kesempatan lagi,, ia tak mau kembali pada lelaki itu. "Apakah egoku terluka? Apa karena Na Yeon? Jika bukan Na Yeon, apakah aku akan tenang-tenang saja?" 

Di saat bersamaan, Myung Soo pun larut dalam pikiran tak nyaman setelah membaca pesan dari Se Na. Jika bukan karena ibunya, sudah ia lemparkan segenap kata kejam dan sikap super dingin agar Se Na menjauh. Myung Soo tak suka berinteraksi dengan keluarga Se Na terutama setelah hatinya dilukai begitu dalam oleh kakak sepupu Se Na, Ae Rin.

"Ini tidak benar. Aku ke sini untuk liburan. Hei, Kim So Eun, kenapa kau diam saja? Bicaralah."

"Menurutmu, move on itu berarti melupakan dan tak peduli lagi atau bagaimana?"

Myung Soo mengernyit. "Aku tak mengerti pertanyaanmu."

"Kau pernah berpacaran?"

"Hah? Pertanyaan apa lagi ini?"

"Kenapa? Apa sangat privasi?"

"Sangat privasi. Tapi, baiklah, yang ini akan kujawab. Belum pernah."

"Lebih baik tak usah jawab daripada berbohong."

"Terserah kalau tak percaya. Tapi, jangan diam saja. Lakukanlah sesuatu untuk memperbaiki suasana hatiku."

"Bukankah kau senang dengan wisata hari ini? Kau bahkan bertemu dengan guru yang sepertinya sangat kau sukai."

"Aku senang tapi seseorang merusaknya."

"Siapa?"

"Kusebutkan pun kau tak kenal. Ah, mengesalkan."

"Suasana hatiku juga mendadak muram."

"Bagaimana bisa? Kau tadi sangat senang bertemu ayahmu."

"Teringat seseorang dan itu mengacaukan perasaanku. Jangan tanya siapa karena kusebutkan pun kau tak kenal."

"Apa-apaan ini? Yah, bagaimanapun kau sedang bekerja. Tak boleh terpengaruh oleh urusan pribadi."

"Kau itu memang kejam, ya. Saat di Florence bilang bagaimana kalau berteman saja selama perjalanan. Tapi, lagi-lagi menyebut kalau aku sedang bekerja. Iya, aku tahu kalau aku sedang bekerja, tapi kalau kau yang berkata seperti itu, aku jadi teringat ucapanmu saat mau berangkat ke Roma. Bahwa aku adalah pekerja yang kau bayar, jangan berlagak dan jaga jarak."

"Heol, kau pendendam."

"Sekarang bilang aku pendendam."

"Karena kau masih mengungkit ucapanku yang itu padahal aku sudah minta maaf."

"Minta maaf yang terdengar tidak tulus itu?"

"Mau aku minta maaf lagi?"

"Tak perlu."

Melihat wajah masam So Eun, Myung Soo garuk-garuk kepala. "Kenapa aku merasa harus memperbaiki suasana?"

Setelah berpikir sejenak, Myung Soo pun bicara lagi pada So Eun, "Begini saja, kuceritakan satu hal tentang diriku."

So Eun mendecih. "Seolah itu hal penting. No, thanks."

"Ada kaitannya dengan ayahmu juga."

So Eun langsung berubah pikiran. "Apa itu?"

"Kim Ssaem sebenarnya guru pengganti, makanya hanya mengajar sebentar."

The Journey of Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang