Bagi So Eun, ketertarikan dan rasa nyaman, tidak cukup untuk memulai sebuah hubungan. Dia ingin pondasi yang kuat, terutama kesiapan dan keyakinan utuh dalam hatinya. Kegagalan sebelumnya, benar-benar membuat So Eun sangat berhati-hati.
Karena itulah So Eun langsung dihantam perasaan tidak nyaman ketika Myung Soo menyebut soal memulai hubungan yang baru. So Eun pikir, ketidaknyamanan itu tergurat di wajahnya, hingga Myung Soo bertanya apakah salah bicara.
So Eun lalu menatap pada Myung Soo. "Aku ... aku hanya terkejut, tidak siap dengan pembicaraan soal itu. Tepatnya, aku tidak menduga, karena hari ini aslinya tidak ada rencana bertemu denganmu, 'kan."
"Aku jadi cemas, jangan-jangan kau marah."
"Aku tidak marah."
"Maaf, ya. Aku tiba-tiba menyebut soal hubungan. Aku seperti melanggar ucapanku sendiri yang begitu yakin bilang memahamimu."
"Percakapan kita saat di Arraial do Cabo?"
"Iya."
"Aku bahkan sudah melanggarnya lebih dulu." So Eun menepuk keningnya.
Myung Soo mengembus napas lega. "Benar juga, kau bilang tak mau berkembang ke arah manapun, meskipun berteman. Aku senang kau berubah pikiran."
"Dipikir-pikir, akulah yang salah. Selain pada akhirnya aku luluh juga dan mau berteman denganmu, sikapku juga begitu santai. Aku bahkan menggenggam tanganmu tadi. Jadi, ya, wajar saja kalau kau tiba-tiba menyebut soal menjalin hubungan."
"Kenapa kau sebut itu kesalahan? Sudah kubilang aku justru senang kau berubah pikiran. Soal sikapmu yang santai, memang karena itulah aku berani mengutarakan hal yang tiba-tiba saja terbersit dalam kepalaku. Tapi, itu bukan kesalahan."
"Itu kesalahan, karena aku tampak tidak konsisten. Aku seperti menikmati kebersamaan denganmu tapi langsung merasa tidak nyaman saat ditodong mengenai sebuah hubungan."
"Kau masih diliputi keraguan. Itu bukan kesalahan."
So Eun tertegun. "Keraguan ... ya, karena masih ada rasa takut. Tadi, saat Hyun Woo melihatmu, dia bertanya apa benar aku berpacaran dengan seorang CFO di Myungshim. 'Ini sungguhan?' begitu katanya, dia tampak tidak percaya. Ya, tentu saja ini bukan sungguhan, tapi poinnya adalah, aku jadi tersadar kalau aku akan menghadapi pertanyaan semacam itu ditambah dengan tatapan berbagai arti."
"Kau mengkhawatirkan hal yang belum terjadi. Bukankah yang penting adalah orang-orang terdekatmu mendukung?"
"Hirarki sosial itu nyata, dan tak berubah semodern apapun zaman."
"Keluargaku tidak seperti itu."
"Jin Young bilang keluargamu termasuk langka. Dia berani bilang kalau kau dan keluargamu adalah pengecualian. Aku cukup tenang setelah berbincang dengannya, tapi tetap saja aku tidak mau terburu-buru mengambil keputusan penting." Beberapa saat So Eun baru menyadari Myung Soo terdiam menatapnya, karena tak sepatah katapun yang diucapkan lelaki itu untuk menanggapinya. "Kau kenapa? Halo, Myung Soo." So Eun bertepuk di depan wajah Myung Soo.
"Kau berbincang dengan Jin Young?"
"Ah, itukah yang membuatmu terdiam?"
"Kapan?"
"Sekitar 10 hari lalu, aku belum sempat bilang padamu karena kita tidak bertemu."
"Jin Young pun tidak bilang."
"Aku yang memintanya supaya tidak memberitahumu karena aku sendiri yang akan bilang padamu."
"Begitu, ya. Lalu, bagaimana hasilnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey of Love [Completed]
Fanfictionpetualangan Myung Soo dan So Eun menjelajahi tujuh keajaiban dunia 😃