So Eun pikir, Sung Hoon hanya salah pencet. Tapi ponselnya terus berdering seolah menyatakan bahwa si penelepon memang sungguh berniat untuk menghubunginya. Namun, So Eun enggan menjawab. Tiga tahun terakhir ini ia sudah susah payah bersikap profesional, bicara seperlunya, itu pun jika terpaksa harus bertatap muka. Kini, secara jarak fisik, ia sudah jauh dari Sung Hoon. Tak ada alasan untuk tetap berkomunikasi. Menjadi teman? Itu hal mustahil, So Eun tidak bisa dan tidak mau berteman dengan lelaki itu.
"Kenapa begitu sulit, apa selama ini aku hanya berpura-pura baik-baik saja?"
Menelusuri kembali jejak hidupnya lebih dari satu dekade lalu, Sung Hoon memang menjadi bagian penting ketika So Eun membuat keputusan mengenai masa depannya. Ya, Sung Hoon lah yang menjadi alasan terbesarnya untuk menekuni profesi pramugari. Bukan cinta lokasi, romansa itu telah bersemi saat dirinya masih di semester akhir perkuliahan dan Sung Hoon kala itu masih jadi pilot pemula.
Bertemu dan berkenalan di event Seoul Aerospace Expo, beberapa pertemuan berikutnya menumbuhkan kekaguman dan rasa tak biasa. So Eun pun bertekad untuk masuk dan menjadi bagian Shapire Airlines setelah lulus kuliah. Hanya pada Gyu Young, So Eun mengungkapkan niat awalnya menjadi pramugari, dan sahabatnya itu mendukung sepenuhnya. Memaksimalkan kemampuan yang dimiliki, mengikuti pelatihan yang tak mudah hingga akhirnya ia pun bisa menjadi salah satu awak kabin untuk penerbangan internasional Shapire Airlines.
So Eun mungkin bisa dibilang mengejar cintanya, namun ia tak seagresif itu. Bisa berpapasan atau bahkan satu perjalanan dinas dengan Sung Hoon, sudah cukup baginya. Rasa itu disimpannya sendiri, hingga suatu hari, Sung Hoon yang datang padanya mengutarakan isi hati.
Semuanya berjalan begitu indah bagi So Eun, hingga ia mendapati kenyataan kalau Sung Hoon bukanlah pilot biasa. Sung Hoon baru jujur tentang siapa dirinya ketika mereka sudah satu tahun berkencan. Lelaki itu memang merahasiakan jati dirinya dan baru mengatakan setelah satu tahun berkencan, itupun karena ada restrukturisasi manajemen Shapire Airlines hingga terkuaklah siapa Sung Hoon sebenarnya, cukup membuat So Eun kecewa. Tapi, akhirnya ia bisa memahami. Hanya saja, hampir di dua tahun terakhir hubungan mereka, kegundahan mulai menggerogoti, hingga So Eun tetap bersikeras belum mau memperkenalkan Sung Hoon pada kedua orang tuanya, sama halnya Sung Hoon yang masih belum memperkenalkan So Eun pada orang tuanya.
Kehadiran Na Yeon, dan puncaknya hubungan mereka akhirnya diketahui oleh orang tua Sung Hoon, membuyarkan semua romansa indahnya. So Eun mesti berpijak pada realita. Meski berat, jalinan asmara hampir empat tahun itu diakhiri juga olehnya.
"Aku gila, bertahan tetap bekerja di Shapire tiga tahun setelahnya. Pada siapa aku mau membuktikan diri kalau aku baik-baik saja? Pada akhirnya, rasa sakit di hati itu ternyata masih ada." So Eun kini berbaring di kasur, air matanya mengalir.
Kisah cinta pilunya ini, ayah ibunya tidak tahu sama sekali. Hanya pada Gyu Young, So Eun membagi kisahnya. So Eun selalu menampilkan dirinya yang ceria setiap kali pulang ke rumah. Baru ketika sendirian di kamar, ia menangis. Seperti saat ini, menangis sendirian.
So Eun tak tahu berapa lama ia menangis, tidak tahu jam berapa akhirnya terlelap. Yang jelas, ketika matanya terbuka kembali, cahaya terang menerpanya lewat jendela yang tirainya tidak ia tutup dengan rapi.
"Jam berapa sekarang?" So Eun meraih ponsel, matanya langsung terbuka lebar. "Jam 10? Yang benar saja." Segera ia menelepon Myung Soo, namun ponsel pria itu masih tidak aktif juga.
"Ah, manusia satu ini merepotkan sekali. Kenapa masih saja mematikan ponsel?"
"Kepalaku pusing," gumam So Eun lagi sembari turun dari tempat tidur. Ia berjalan lunglai hingga ke depan cermin. "Apa ini?" Mata sembab dan wajah memerah, cukup untuk mengejutkan So Eun ketika bercermin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey of Love [Completed]
Fanfictionpetualangan Myung Soo dan So Eun menjelajahi tujuh keajaiban dunia 😃