"Beginikah caramu membalas kebaikan dan ketulusannya? Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya?"
Nada bicara ibunya Se Na terdengar dingin dan intimidatif, jelas marah dan menyalahkannya. Pikiran buruk pun menghantam Myung Soo, disalahkan seperti ini membawanya pada ingatan pahit yang sempat terjadi antara dirinya dengan nenek dari pihak ayah.
"Waeyo? Kenapa kau meminta hadiah ke Jepang segala? Ayahmu mudah sekali memenuhi semua permintaanmu. Kalau saja kau tidak minta macam-macam, dia masih ada bersama kita sekarang. Aigoo, putraku yang malang."
Mendadak sesak, tanpa pikir panjang Myung Soo memegang tangan So Eun dengan erat.
Pikiran Myung Soo tertahan pada memori menyakitkan. Saat berhasil mengatasinya, suara di telepon sudah berbeda. Ia tak tahu apa yang terjadi."Halo, Myung Soo-ssi? Ini aku, Sung Hoon."
"Oh, ibumu..."
"Aku mengambil alih paksa ponselnya. Maaf, kau jadi mendengar perdebatan kami."
"Begitu rupanya." Myung Soo bergumam pelan, perdebatan tersebut luput dari perhatiannya.
"Aku minta maaf atas nama Se Na dan atas nama ibuku."
"Aku tak melakukan apapun. Aku hanya pergi berlibur." Myung Soo menoleh pada So Eun yang ternyata sedang menatapnya lalu melanjutkan ucapannya, "bersama seseorang."
"Aku tahu. Aku juga sudah menduga kalau Se Na akan mengamuk, tapi aku tidak mencegahnya. Malah jadi seperti ini. Karena itulah aku minta maaf. Akan kuberi dia pengertian."
Perkataan Sung Hoon sangat membantu Myung Soo untuk kembali tenang, ditambah lagi dengan sikap So Eun yang pengertian dengan tetap membiarkan tangannya digenggam. "Terima kasih."
"Tak perlu katakan itu. Kututup dulu, ya."
Myung Soo menyimpan ponselnya, ia masih saling menatap dengan So Eun.
"Kau berterima kasih pada yang menelepon atau padaku?" Tanya So Eun.
"Pada kalian berdua." Myung Soo lalu melepaskan genggamannya.
"Aku kaget dan ingin marah karena kau lagi-lagi memegang tanganku. Tapi, tanganmu terasa dingin dan wajahmu memucat. Aku coba memahami. Tapi, aku tak paham, kau tiba-tiba seperti orang yang panik saat bertelepon namun kau berterima kasih padanya?"
"Ada dua orang, yang satu lagi menghiburku."
"Oh." So Eun tak bertanya lagi perihal hal ini, ia menawarkan apa Myung Soo mau kembali ke hotel saja.
"Nanti saja, aku mau lihat pertunjukan cahaya. Selain ini, adakah hal menyenangkan lainnya di Delhi saat malam?"
"Tampaknya dia butuh distraksi. Hmm, entahlah, kutanya Sanjeev dulu." So Eun celingukan. "Di mana dia?"
Sanjeev sebenarnya duduk tidak terlalu jauh, sebelumnya ia berjalan-jalan untuk membeli kudapan. Saat kembali, dilihatnya Myung Soo dan So Eun sedang bertatapan sembari berpegangan tangan. Merasa akan mengganggu, ia pun memilih duduk di area lain. Ia menunggu sekitar 15 menit sejak Gerbang India disoroti cahaya lampu, barulah menghampiri kedua orang itu.
"Sanjeev, dari mana?" Tanya So Eun.
"Hanya berjalan-jalan sekitar sini."
"Bagaimana dengan eksplorasi Delhi di malam hari, adakah yang menarik?"
"Ada banyak. Delhi adalah kota yang tak pernah tidur. Masih ada jalanan yang belum tereksplor dan berbagai tempat nongkrong di setiap sudut dan celahnya. Kalau mau yang unik, ada Tur Hantu. Apakah kalian tertarik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey of Love [Completed]
Fanficpetualangan Myung Soo dan So Eun menjelajahi tujuh keajaiban dunia 😃