13. Unaware That Some Words and Actions are not Part of The Pretense

152 22 49
                                    

Sejenak terpaku meresapi hangat setelah sebelumnya mesti mengusap-usap lengan karena angin yang menusuk kulit, So Eun akhirnya tersadar saat sesuatu menyentuh kepalanya.

"Pakai tudungnya. Topimu aku yang pakai."

So Eun tertawa pelan, ingat bagaimana topinya tiba-tiba diambil oleh Myung Soo sebelum pria itu memaksanya memakai hoodie. "Topiku bisa melar."

"Memangnya sebesar apa kepalaku, huh?"

"Kau tidak membawa topi karena pakai hoodie bertudung. Sekarang, kepalamu sudah dapat topi, tapi jadinya kau hanya pakai kaos."

"Tak masalah, aku bisa memegang tanganmu. Itu bisa menghangatkan."

"Omo! Aku tak tahan, ayo turun. Biarkan saja mereka berdua." Won Hee berseru, membuat Myung Ji dan Young Dae tertawa.

Ae Rin dan Jun Young yang tidak terpancing tawanya, mereka larut dalam pikiran masing-masing sebelum akhirnya mengikuti langkah Young Dae, Won Hee, dan Myung Ji.

"Kurasa, kau tak perlu terlalu mendalami peran," ucap So Eun saat sudah berjarak aman dengan yang lainnya.

"Apa maksudmu?"

"Meminjamkan hoodie sampai mengatakan tanganku bisa menghangatkanmu."

"Oh, begini ... soal hoodie, tak ada hubungannya dengan kepura-puraan kita. Sebaik itulah aku. Sama-sama."

"Eh? Sedang narsis, huh? Kurasa kau tak sebaik itu. Dan kenapa mengucapkan sama-sama, aku belum mengatakan terima kasih."

"Kau akan mengatakannya nanti. Soal tangan, kau yang bilang kalau aku boleh memegang tanganmu."

"Itu kan berkaitan dengan kepura-puraan kita di depan Moon Ae Rin dan Jung Won Hee."

"Tadi aku bilang soal memegang tangan di depan mereka."

"Sekarang kita sedikit jauh dari mereka."

"Tapi, berpegangan tangan bisa membuat hangat, bukankah itu fakta?" Myung Soo lalu mengusap-usap kedua telapak tangannya. "ah, udaranya makin dingin."

"Arasso. Kaja." So Eun mengulurkan tangannya.

Myung Soo perlahan menyambut, dan dengan bergandengan, mereka pun menyusuri tembok kembali ke menara 14.

"Aku jadi kepikiran sesuatu, dan mau kusampaikan," ucap So Eun.

"Katakan."

"Saat menuju Petra, kau akhirnya mengakui kalau suka mendengarku bercerita."

"Ralat, bukan suka tapi lumayan terhibur karena gaya berceritamu cukup bagus walau tidak sebanding dengan ayahmu."

"Apapun itu, tetap saja kau suka mendengarku bercerita. Itu bisa membantumu mengenyahkan pikiran buruk."

"Lumayan, bukan suka."

"Eiy, gengsinya tinggi sekali." So Eun menghela napas.

"Kenapa menghela napas seperti itu? Tidak menerima fakta yang kukatakan? Lagi pula, untuk apa membahasnya?"

"Karena aku merasa, selain mendengarku bercerita, kau juga suka memegang tanganku."

Langkah Myung Soo terhenti. Ingatannya memutar kembali momen-momen di saat dirinya spontan memegang tangan So Eun setiap kali merasa terguncang. Menyadarkannya kalau uluran tangan So Eun setelah ia muntah-muntah kemarin, adalah dikarenakan gadis itu paham bahwa genggaman tangannya bisa menenangkan. Mungkin itu juga yang membuat So Eun mengizinkan tangannya untuk digenggam di hadapan Ae Rin.

"Kenapa berhenti? Sadar kalau yang kukatakan adalah kebenaran?"

"Yang narsis itu dirimu. Dari mana kau mendapatkan semua kepercayaan dirimu itu? Apa kau membelinya?" Myung Soo mengelak.

The Journey of Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang