Bab 07

1.1K 163 7
                                    

Puas mengelilingi Paris, akhirnya mereka pulang ke Seoul. Jongin bilang ada pekerjaan mendesak dan harus diselesaikan di Korea jadi dia tidak bisa lama-lama padahal ingin sekali menghabiskan waktu lebih lama lagi disini bersama Jennie.

"Jennie-ya ada sesuatu yang ingin ku bicarakan" tutur Jongin dengan raut serius.

"Apa?"

"Minggu ini aku tidak tinggal lagi di Korea dan aku juga gak tau apa bisa balik lagi ke sini" Jennie menyimak, tak mau bertanya. Membiarkan Jongin menyelesaikan kalimatnya.

"Aku akan menikah" imbuhnya dengan suara parau.

Jennie tersenyum lembut lantas menunduk mengulum bibirnya.

"Chukkaheyo, apa kau menginginkanku datang ke pernikahanmu?"

"Anni, jangan datang ke pernikahanku. Aku mencintai calon istriku jika kau datang aku takut akan mengacaukan segalanya" lirih Jongin.

"Sepulang dari sini aku akan mengurus segala keperluan pernikahan dan surat izin tinggal di London. Eomma dan Appa menjodohkanku tapi aku menolak dan meminta mereka memberiku waktu mencari pasangan sendiri" Jongin memberi jeda kalimatnya.

"Saat aku melamarmu waktu itu, ku pikir kau akan mau sehingga aku bisa lepas dari perjodohan ini"

"Mianhae, aku cukup sadar diri kalau hubungan kita tak lebih sebatas teman. Aku bukan wanita sempurna yang laki-laki idamkan"

"Jangan ngomong kayak gitu. Kamu sempurna luar dalam bagiku. Pria yang membuangmu adalah orang bodoh. Keturunan seharusnya bukan akar dari perpisahan" Jennie mendongak menatap langit-langit rumah. Membiarkan air mata itu menyusut ke dalam.

"Kalau gitu pulanglah ngapain masih disini" ketus Jennie mode galak guna mencairkan suasana haru ditengah mereka.

"Aku gak mau pulang, maunya tetap disini sama istriku dan baby L"

"Yak"

Jongin tergelak dan menyatukan tangan di depan sebagai tanda ampun.

"Jaga dirimu dan anak kita eoh"

"Yaa Kim Jongin!"

"Wae Han Jennie!"

Keduanya memang sering bertengkar layaknya Tom and Jerry tapi kalau lagi mode sweet siapapun bakal percaya kalau mereka suami istri sungguhan.

"Pulang sono! Ngehalu mulu hidup Lo"

"Ya biarin, emang masalah buat loh" Jennie yang geram pun melepas sendalnya lalu melemparkannya ke kepala Jongin membuat laki-laki itu lari terbirit-birit.

Di dalam mobil air muka Jongin berubah drastis. Ia mencengkram kuat stir mobil sampai tangannya memutih.

Memori masa kecil mereka saat di desa berputar layaknya kaset rusak dalam ingatan.

"Oppa ige mwoya?" Tanya Jennie kecil dengan imutnya.

"Ini cincin buat kamu. Kalau udah besar nanti kamu harus nikah sama aku ya" kata Jongin kecil memasangkan cincin buatannya di jari manis Jennie.

Cincin yang ia buat dari ilalang dekat sawah, tempat keduanya suka bermain lumpur dan mencari belut.

"Nee" angguk Jennie antusias.

Air mata Jongin menetes. Air mata yang ia tahan saat berbicara dengan Jennie tadi akhirnya tumpah juga.

"Selamat tinggal Nini ku, mandu ku dan cintaku" lirihnya memejamkan mata sejenak.

.

.

.

"Baby no no!" Larang Jennie menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan kiri.

"Eoh" bingung Lalice menatap sang ibu dengan air liur yang terus mengalir.

"Itu kotor! Jangan digigit nanti sakit perut"

"Tatata na na na" celoteh Lalice menggeleng kepala meniru ucapan ibunya.

"Astaga"

"Nakal gak Eomma kasih uyyu" mendengar kata uyyu Lalice merangkak cepat menuju Jennie yang duduk tak jauh dari tempatnya.

Bayi itu memegang lengan Jennie sebagai tumpuan mengangkat tubuh gempalnya.

"Nen nen" ucapnya menghentakkan kaki tidak sabaran. Tangan mungil tanpa dosa itu menelusup masuk ke dalam kaos yang dipakai sang ibu.

"Eng cah" kesal Lalice kesusahan menurunkan bra Jennie.

"Padahal baru setengah jam tadi menyusu sekarang udah haus lagi, ini perut apa karet sih" gerutu Jennie mencium perut buncit Lalice yang tengah menikmati susunya.

"Makan bubur eoh biar kenyang" Lalice menepis tangan Jennie yang mau menutup bajunya. Jennie pun menghela napas pasrah.

~•••••~

"Kajja, kita ke pasar belanja bulanan" seru Jennie mengganti baju Lalice dan memasukkannya dalam gendongan.

"Hoam" Lalice menguap.

"Ngantuk ya"

"Em" Lalice menyamankan dirinya di dalam pelukan hangat Jennie.

Jennie membeli bahan masak, dapur dan kebutuhan Lalice. Bersyukur kemarin Jongin memberinya uang untuk membeli susu Lalice meskipun Jennie sudah menolak. Dia bertingkah layaknya ayah yang baik.

"Yam yam" oceh Lalice menunjuk boneka ayam di etalase toko yang mereka lewati.

"Baby mau boneka itu" Lalice menatap intens manik kucing ibunya meninggalkan kesan gemas disana.

"Arraseo Eomma belikan" siapapun pasti akan luluh jika ditatap seperti itu.

Karena letaknya cukup tinggi, Jennie sedikit kesusahan menjangkaunya. terlebih sambil menggendong Lalice di depan dan hampir membuatnya kehilangan keseimbangan.

"Ini" Jennie melihat ada tangan besar yang membantunya.

"Kamsahamnida" begitu tatapan itu bertemu mereka saling terdiam.

"Lain kali hati-hati kamu sedang hamil" Jennie melongo mendengarnya. Akibat ulah Jongin kini mantan suaminya percaya kalau dia hamil.

"Aku tidak hamil" katanya meluruskan.

"Ya iyalah orang mandul sampai kiamat pun gak bakal bisa hamil" sela Irene.

"Jadi bener dong yang kemarin-kemarin itu cuma drama. Lo pasti nyulik anak orang kan?"

"Aku tidak menculiknya tapi menemukannya" Jennie muak terus menerus dicap pencuri.

"Sudah ku duga. Kasihan sekali orangtua bayi ini pasti sedang mencarinya"

"Salah kalau wanita mandul ini ingin merasakan menjadi seorang ibu hah?"

"Masalah kamu apa sampai ngurusin hidup orang" imbuh Jennie benar-benar kesal bertemu dengan mereka.

"Heh jalang! Lo itu harusnya ngaca. Tampang polos modelan Lo gini biasanya wanita langganan BO mana mungkin bisa merawat anak, Lo pikir gampang apa besarin anak"

"Memang gak gampang tapi setidaknya aku ingin ada orang yang memanggilku Eomma"

"Mma yam by yam" Lalice bersuara membuat keduanya terdiam.

"Eoh ini boneka baby" bayi itu lantas memeluknya erat.

"Baby suka?" Lalice mengangguk kecil.

Cuph

"Agi mma"

Cuph

"Eomma Popo" Jennie memberikan pipinya dan langsung di cium Lalice.

"Anaknya sangat menggemaskan" gumam Taehyung melamun.

Jennie menatap sinis kedua pasangan itu lalu pergi ke kasir membayar belanjaan Lalice. Tak ingin berlama-lama disana.





Tbc


Momen Jenkai harus berakhir disini gaes😅

Mother's Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang