Bab 15

1.1K 162 9
                                    

"El shopping yuk ntar pulang sekolah" ajak gadis berambut poni. Sebut saja namanya Minnie.

"Gue ikut"

"Gue ikut" sela dua gadis lainnya ikut bergabung sementara sang empu malah melamun.

"El" tegur Minnie menepuk pundaknya.

"Ah nde" jawab Lalice gelagapan.

Walau tidak tinggal bersama Jennie lagi namanya tetap Lalice, hanya marganya saja yang diganti menjadi Kim. Jisoo tidak mau ambil pusing mengganti nama baru untuk anak itu.

Lalice tidak semangat lagi berfoya-foya. Yang ia mau sekarang perhatian dan kasih sayang ibunya tapi Jisoo selalu tak punya waktu.

Mereka mengelilingi mall besar itu sambil bercanda ria.

"Eh mampir dulu ke toko Chanel yuk. Gue dengar mereka ngeluarin produk baru" usul Minnie menarik tangan Lalice yang sejak tadi mageran.

"Sebaiknya tempat ini ditata ulang lagi supaya konsumen tertarik untuk datang" suara itu mengalun lembut ditelinga Lalice. Suara yang ia dengar selama belasan tahun yang amat ia rindukan kini berlabuh di pendengaran.

Menoleh kesana-kemari mencari asal suara tersebut hingga manik matanya menangkap sosok wanita anggun dengan setelan formalnya.

Menoleh kesana-kemari mencari asal suara tersebut hingga manik matanya menangkap sosok wanita anggun dengan setelan formalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eomma" gumam Lalice langsung mengenali sosoknya. Wanita yang terlihat mencolok diantara kerumunan itu berhasil mengunci pandangannya.

Tanpa berpikir panjang, ia membawa kaki panjangnya mendekat ke tempat Jennie. Mengabaikan teman-temannya yang terheran melihat perubahan sifat Lalice.

"Eomma" panggil Lalice berhasil mengambil atensi Jennie agar melihatnya.

Jennie terkejut namun berkat kacamata hitam itu ia tetap terlihat tenang. Berpura-pura tak melihat dan mengenal anak itu Jennie melanjutkan pembicaraannya dengan pegawai toko.

"Nanti kalian atur saja bagaimana bagusnya. Jika ada kendala segera hubungi sekretaris saya"

"Nde sajangnim"

"Sajangnim" gumam Lalice mendengar panggilan itu kepada Jennie. Ibunya itu seorang CEO? Yang benar saja.

Serasa urusannya selesai Jennie berbalik pergi namun tangannya ditahan Lalice.

"Eomma membenciku?" Lirihnya dengan suara bergetar. Wanita itu hanya diam dan menatap lurus ke depan.

"Tatap aku Eomma" Jennie masih bergeming membuat Lalice melepaskan tangannya.

"Maaf, aku bukan ibumu" Jennie bersuara membuat luka hatinya terasa perih diasami.

"Bogoshipoyo" teriak Lalice.

Wanita itu berjalan cepat menelusuri toilet dan mengunci pintunya. Berdiri menatap eksistensinya di depan cermin lalu mulai menangis.

Tak lama kemudian, darah keluar lagi dari hidungnya. Jennie menghidupkan kran air lalu membasuh muka. Terakhir mencuci tangan sebelum keluar.

Mother's Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang