Selepas kepergian Lalice, Jennie bisa leluasa mencurahkan isi hatinya kepada kedua orangtuanya. Bukan karena tak nyaman ada Lalice disana tapi dia tidak mau anaknya melihat sisi lemahnya.
"Maukah kamu berbagi cerita pada kami tentang masa kecilmu sampai memiliki Lalice?" Eomma Jennie bertanya. Wanita paruh baya itu mengangguk dan membasahi bibirnya sebelum berbicara.
"Aku dibesarkan oleh seorang petani dan mereka meninggal saat umurku masih 1 tahun" Jennie memberi jeda kalimatnya. Dapat ia lihat wajah kedua orangtuanya itu tertekuk dan dipenuhi rasa bersalah.
"Dan setelahnya aku tinggal bersama nenek sampai umurku 8 tahun lalu bersama paman dan bibi sampai mereka menikahkanku dengan seorang pria dari keluarga kaya"
"Kami menikah tanpa dasar cinta sehingga membuat rumah tangga itu hampa. Dia sering bermain perempuan dibelakangku. Seiring berjalannya waktu, 5 tahun usia pernikahan kami dia menceraikanku karena aku mandul"
"Lalu Lalice?" Sela Appa Jennie.
"Dia anak angkatku Appa" raja Felipe mengangguk dan menunggu Jennie menyambung ceritanya.
"Tapi ternyata itu semua palsu. Selingkuhannya memalsukan laporan medis ku agar kami bercerai dan itu baru terbongkar kemarin" lirih Jennie dengan suara bergetar.
"Aku dihina dan dicaci hanya karena aku tidak bisa mengandung anak padahal dialah yang bermasalah. Jika dia tidak melakukan itu mungkin aku bisa hidup bahagia dengan laki-laki pilihanku hiks mengapa mereka jahat sekali padaku" sang ratu lantas memeluk kepala Jennie dan mengusap punggungnya. Air matanya pun ikut menetes mendengar itu.
"Ini semua salah kita. Jika saja kita tidak mengirimmu ke Korea kau pasti akan hidup bahagia" Jennie menggeleng. Tidak membenarkan ucapan ibunya satu itu.
"Aku mengerti alasan mengapa kalian melakukan itu demi kebaikanku juga Eomma"
Sementara mereka sibuk berpelukan sang raja tampak menggeram menahan amarah ditempat duduk.
"Siapa nama mereka biar Appa kasih pelajaran"
"Mereka telah dipenjara Appa. Lalice lah yang membongkar kebusukan wanita itu"
"Syukurlah, jika tidak Appa sendiri yang akan mengurusnya"
"Meskipun kamu tidak memiliki anak masih ada Lalice yang memanggilmu Eomma. Eomma bisa melihat kasih sayang yang besar dimatanya saat dia melihatmu"
"Nee, aku berharap di kehidupan selanjutnya dia menjadi anakku dan apa kalian tau kalau dia terus mendesak ku untuk memberikannya adik kembar" kekeh Jennie diakhir tangisannya diikuti gelak tawa raja dan ratu.
"Dia memang sangat menggemaskan"
Pucuk dicinta ulam pun tiba, orang yang mereka bicarakan datang bersama seutas senyuman manis.
"Eomma aku menangkap babi" adu Lalice sambil membawa babi itu dipundaknya.
"Astaga, turunkan babi itu El. Dia kotor"
"Waeyo, babinya sangat lucu tapi sayang kenapa tidak berwarna pink kalau warna pink kan bakal tambah kiyowo" Jennie menepuk jidatnya lelah sedangkan orangtuanya tertawa oleh tingkah cucunya.
"Itu babi hutan dan dimana-mana babi itu jelek dan jorok"
"Eomma gak boleh babi shamming gitu dia juga punya perasaan tau" bela Lalice mengelus kepala babi hutan itu.
"Paman ayo kita masak babinya jadi babi guling"
"Babi guling itu apa ya nona" bingung sang pengawal.
"Itu yang cara masaknya diguling" penjelasan Lalice sama sekali tidak membantu. Pengawal itu masih kebingungan.
"Babi panggang Ahjussi" dan barulah prajurit itu paham.
"Kalau begitu ayo nona muda. Saya bisa memasaknya"
"Yang enak ya paman"
"Siap" prajurit itu memberi dua jempolnya dan Lalice bersorak gembira.
"Yeay, kajja kita mutilasi dulu babinya tapi paman yang potong ya soalnya aku takut darah"
"Aman" sombong si prajurit membuat orang dewasa itu heran. Secepat itu mereka akrab.
Mereka membawa babi itu ke taman samping istana diikuti raja, ratu dan Jennie yang menyaksikan mereka.
Sementara seorang dari mereka menyiapkan pisau tajam dan yang lain bertugas membuat bumbu dan segala macam. Lalice cuma berdiri memperhatikan seperti mandor.
Babinya ia lepas begitu saja dan hal itu memberinya kesempatan untuk kabur.
"El babinya kabur" teriak Jennie memberitahu. Lalice reflek menoleh ke samping dan ternyata babi itu sudah tidak ada lagi disana.
"Di sana dia lari ke sana" ucap Jennie memberi tahu.
"Yaa babi jangan kabur" Lalice lari mengejar babi itu dan terjadilah aksi kejar-kejaran antara Lalice dan babi. Pemandangan itu sontak menjadi hiburan bagi para prajurit dan semua orang.
"EOOMMAA~ tolong babinya kejar aku huuwaa" kini balik babi itu yang mengejarnya.
"Haha kejar terus bi, seruduk pantatnya" Bukannya menolong Jennie malah menertawakan anaknya.
"EOOMMAA!!!"
Capek lari, Lalice berhenti dengan napas terengah-engah.
"Babi kan gak punya tanduk jadi kenapa gue takut" ucapnya baru kepikiran membuat tawa mereka semakin menjadi-jadi.
Dengan gerakan secepat kilat, Lalice balik badan dan berhasil menangkap babi nakal itu.
"Nah kena juga lo kan" seru Lalice menggendong babi itu dan menyerahkannya ke tangan ahli.
"Tolong tangani dia paman!"
"Siap bos" hormat si prajurit dibalas kekehan darinya.
Setelah drama panjang nan melelahkan mereka akhirnya bisa memakan babi guling itu untuk makan malam.
"Selamat makan" seru Lalice semangat.
"Ayo kalian juga ikutlah makan" ajak Lalice pada prajurit yang berjaga. babinya cuma satu yang makan satu kampung.
"Kau beri makan apa dia waktu bayi nak" tanya Appa Jennie merasa terhibur oleh sikap aktif dan ceria cucunya.
"Cuma ASI dan bubur bayi Appa" jawab Jennie polos.
Saat sang raja ingin membalas ucapan Jennie, anak itu datang membawa sepotong daging babi di tangannya.
"Eomma makanlah ini enak banget"
"Cuman buat Jennie, buat harabeoji mana?"
"Iya, halmeoni juga mau" sang ratu ikut menimpali.
"Bentar aku ambilkan dulu" Lalice ngacir ke tempat tadi sambil berteriak lucu.
"Paman sisakan buat beoji dan meoni"
Khusus hari ini penguasa kerajaan Earthland itu merakyat bersama para bawahan demi anak dan cucunya. Lalice sejak tadi tak berhenti mengoceh dan mengajak pengawal kerajaan bermain game. Mereka awalnya tidak enak tapi setelah,...
"Temanilah cucuku bermain" ucap sang raja dan tentu dipatuhi oleh mereka.
Sehabis memanjat dari atas pohon Lalice turun membawa buah digenggamannya.
"Beoji apa ini boleh dimakan?" Tanyanya minta izin.
"Tentu saja. Kau boleh memakan semua buah-buahan yang ada disini nak" Lalice mengangguk dan duduk di dekat Jennie.
Raja dan ratu tidak marah ataupun ilfeel dengan kelakuan Lalice. Justru ia senang anak itu disini menghidupkan suasana kerajaan yang sepi.
Lelah bermain, Lalice mengantuk dan menyembunyikan wajahnya di dada Jennie.
"Eomma ngantuk" lirihnya.
"Pengawal tolong bawa mereka ke kamarnya" titah sang raja.
"Baik yang mulia, mari nona"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother's Love ✓
FanfictionHan Jennie seorang janda yang bekerja sebagai pemulung tak sengaja menemukan bayi di dekat pembuangan sampah. Ia mengambilnya dan mengangkat anak itu sebagai anaknya hingga suatu hari sang anak tumbuh dewasa dan berubah membencinya karena miskin. "...