Kedua orangtua Jennie memang tinggal di Prancis dan alasan mereka bisa bahasa Korea karena ibunya Jennie adalah orang Korea asli. Mereka sempat tinggal di Korea beberapa tahun sebelum akhirnya menikah dan pindah ke Paris mengikuti suaminya.
Dan itu juga salah satu alasan mengapa Jennie di pindahkan ke Korea saat masih bayi.
"Kau yakin tidak ingin menemui mereka walau cuma sekali?" Nayeon bertanya hati-hati. Usai menelepon sang ayah tadi Jennie lebih banyak diam.
"Aku ingin Unnie tapi berat bagiku meninggalkan negara ini. Mereka pasti menahan ku untuk tinggal disana" feeling Jennie, Nayeon angguki dalam hati. Sebenarnya itulah misi dia datang kemari.
"Apa yang membuatmu bertahan disini, kau tidak punya keluarga disini Jennie"
"Anakku" lirihnya. Bohong kalau ia tidak merindukan Lalice. Jennie sengaja bersikap acuh dan kasar agar Lalice semakin membencinya dan melupakannya namun sekarang justru ialah yang tersiksa oleh jarak yang ia ciptakan.
"Untuk apa mengharapkan anak durhaka itu"
"Dia hanya salah jalan Unnie. Aku yakin Lalice bisa berubah karena walau bagaimanapun akulah yang membesarkannya"
~•••••~
Sendiri bersama lukanya, Lalice semakin menderita setelah tinggal bersama ibu kandungnya. Jisoo tidak pernah memperhatikannya dan selalu diluar tidak pernah di rumah.
Hal mengejutkan terjadi saat ia melihat ibunya masuk bergandengan tangan bersama seorang pria.
"Mom" mata Jisoo beralih pindah ke sang anak.
"Ya"
"Siapa dia" Jisoo mengikuti arah mata Lalice dan tersenyum simpul sambil memeluk manja lengan lelakinya.
"Pacar Mommy"
"Mwo? Pacar?" Lalice menganga tak percaya. Apa Jisoo tak bercermin diri. Seharusnya dia lah diposisi itu bukan ibunya. Usia Jisoo tidak bisa dikatakan muda lagi. Ibunya puber untuk kedua kali.
"Nee, apa ada masalah? Bukankah calon Daddy mu ini tampan"
"Cogiyo Mommy, apa Mommy sedang bercanda?" Lalice masih belum bisa menerimanya semudah itu. Daddy baru? Yang lama saja ia belum tau bagaimana rupa ayah biologisnya ini Jisoo udah mau nambah lagi.
"Anniyo, bahkan kita ingin melanjutkan hubungan ini ke jenjang yang lebih serius. Bukan begitu Yeoubo?"
Laki-laki itu mengangguk dan tersenyum penuh kemenangan.
"Mommy pengen nikah lagi?" dan Jisoo pun mengangguk mengiyakan.
"Lah sekarang mau tanya apalagi cepat beri salam pada calon ayahmu" dengan perasaan mendongkol Lalice menyalami tangan ayah tirinya.
"Dan bisakah beritahu aku siapa ayah kandungku dan dimana dia tinggal sekarang?"
.
.
.
Perasaan gadis berponi itu hancur dan remuk setelah mendengar fakta dari Jisoo. Sekarang ia percaya kalau Jisoo memang sengaja membuangnya dan memfitnah Jennie. Ia anak haram dari perbuatan gelap ayah dan ibunya. Lalice malu, dia lebih baik mati sejak dalam kandungan daripada harus menerima kenyataan pahit ini.
Berjalan seorang diri di trotoar jalan bersama air mata di pipi. Lalice berhenti menghadap jalanan padat dan melamun. Diseberang toko ia melihat siluet seseorang yang amat ia kenal.
Dengan langkah gontai, ia mengayunkan kaki dan mengajaknya berjalan mengikuti sosok tersebut.
Sosok yang duduk di dekat jendela itu menoleh sehingga mata mereka saling bertemu dan beradu pandang. Tanpa diminta air matanya semakin mengalir deras membuat orang itu tertegun.
Ia melambaikan tangan menyuruh Lalice masuk. Sesampainya di dalam cafe, Lalice berdiri dihadapannya dengan raut tak dapat digambarkan.
"Gwenchana?" Mendengar suaranya saja lukanya semakin mengoyak lebar. Gadis itu memejamkan mata guna mengontrol emosi dan diri.
"Ada apa? Tidak mau bercerita" orang itu melempar gummy smilenya. Senyuman indah yang terbingkai bersama bentuk hidung mancung nan kecil.
"Eomma" suara Lalice bergetar. ia menarik ingus dan mengambil napas sebelum lanjut berucap "Aku adalah anak haram"
Sontak hal itu langsung mendapat pelukan dari Jennie. Ia mendekap erat tubuh jangkung itu dan mengusap punggungnya yang bergetar.
"Mommy membuangku karena malu dan tidak ingin karirnya hancur. dia mengatakan semuanya tadi hiks bagaimana dia bisa sekejam itu pada aku yang tidak berdosa saat itu" Jennie pun tak bisa menahan air matanya. Beruntung diberikan anak oleh tuhan namun mereka justru membuangnya sedangkan ia sangat menginginkan anak di dalam rahimnya.
Flashback
"Kenapa Mommy membuangku dan mengatakan kalau Eomma menculikku"
"Karena aku malu dan tidak mau karirku hancur makanya aku membuangmu dan aku sengaja membuatmu membenci Jennie supaya kau mau tinggal bersamaku"
"KAU EGOIS MOM!!!" Bentak Lalice lalu berlari keluar dari mansion.
Lalice mendongak dengan wajah basahnya menatap wajah Jennie dari bawah.
"Dia jahat padaku. dia membuangku, mempengaruhiku dan sekarang menelantarkanku. Apa aku sekotor itu sampai tega dibuang ke tempat sampah bahkan sampah saja masih ada nilainya dibandingkan aku"
Jennie tak berkomentar apapun. Hatinya ikut berdenyut perih mendengar lirihan anaknya.
Diwaktu dan tempat yang salah. Ia lagi-lagi mimisan. Jennie cepat-cepat mengambil tisu disaku blazernya dan menyekanya sebelum Lalice melihat.
"Eomma aku minta maaf. aku minta maaf sudah durhaka dan pernah menyakitimu"
"Aku sudah memaafkanmu jauh sebelum kau memintanya" Lalice tersenyum kecut dan mengurai pelukan. Nada bicara Jennie memang lembut tapi terkesan dingin tak seperti dulu.
"Kau sudah makan?" Tanya Jennie mengalihkan pembicaraan.
"Belum" geleng Lalice.
"Makanlah dulu, biar ada tenaga" ucapnya dan merapikan pakaiannya kemudian bangkit dari tempat duduk.
"Eomma mau kemana?"
"Kantor"
"Bisakah tetap disini sampai aku selesai makan" pintanya memelas dan Jennie pun tak sanggup menolak.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother's Love ✓
FanficHan Jennie seorang janda yang bekerja sebagai pemulung tak sengaja menemukan bayi di dekat pembuangan sampah. Ia mengambilnya dan mengangkat anak itu sebagai anaknya hingga suatu hari sang anak tumbuh dewasa dan berubah membencinya karena miskin. "...