Rumour
(n) a currently circulating story or report of uncertain or doubtful truth.
(n) gossip, whisper.
===
Kami belum selesai membahas kenapa mendadak bosku ingin makan bertiga denganku dan Riandry ketika pria itu keluar dari ruangan. Menghampiri kami berdua lalu menyapa sangat ramah. Dan tak ingin berlama-lama, bapakku menyuruh kami untuk segera turun ke lobi dan berangkat ke restoran.
Hari ini dia mengenakan kaus putih dan jas berwarna kelabu. Sejak hari pertama dia berkantor di sini, penampilan Pak Dirga memang high fashion. Beda dari Pak Rama yang monoton--jas, celana bahan, kemeja, dan dasi. Beda juga dengan COO dan CMO--bapaknya Agnes dan Anya, yang lebih suka memakai kaus polo. Bapakku adalah pemuja industri fashion.
Dari kantor sampai restoran, hanya memakan waktu tiga puluh menit saja. Jaraknya tidak jauh, yang membuat lama adalah hari ini jalanan cukup ramai.
"Pesan yang kalian mau," kata bapakku setelah buku menu berada di tangan kami masing-masing.
Dia membolak-balik menu, kemudian memesan beberapa makanan. Untuk dirinya sendiri. Riandry melihat Pak Dirga sebelum mengalihkan pandangan. Mencoba melakukan telepati denganku. Masih mempertanyakan niatan bapak Dirgantara kenapa membawa kami berdua makan siang.
"Kelian lagi adu saling melotot? Nggak makan?" Pak Dirga kembali bicara. Menyadari bahwa aku dan Riandry tidak juga memesan makanan. "Oke, kalau kalian bingung makan apa, saya yang pesankan."
Bapakku kemudian membuka buku menu kembali. Saat tangannya sibuk dengan buku, mulutnya juga sibuk bicara. Bercerita bahwa dia tengah kangen ayam betutu dan sate lilit. Karena itu, dia memutuskan untuk makan siang di sini.
"Pak, saya satu porsi saja. Perut saya nggak bisa handle lebih." Aku buka suara semenit kemudian. Berusaha memutus pesanannya yang tidak berhenti. Dia sudah memilih lima menu berbeda dan belum ada tanda-tanda menghentikan pesanannya.
"Saya juga, Pak," Riandry ikut menyahut.
"Sudah terlanjur pesan banyak," sahutnya. Tidak mengalihkan matanya dari buku menu yang dia bolak-balik.
"Cancel saja, Pak Dirgantara," saran Riandry cepat. Memutus kegiatan bapakku dan berhasil membuatnya mengalihkan pandangan. Menatap bolak-balik padaku dan Riandry. Sekretaris kesayangan Pak Rama itu menoleh pada karyawan restoran. "Bisa kan, Mbak?"
Pegawai restoran itu mengangguk. Dia juga menambahkan solusi lain. "Kita juga bisa take out, Bu."
Pandanganku dan Riandry bertemu. Kami menggeleng singkat, menandakan tidak ingin membawa pulang pesanan bapakku. Jadi dengan cepat, aku mengambil alih. "Cancel pesanan Bapak saya yang barusan ya, Kak." Kemudian menoleh pada Riandry. "Lo, eh, kamu mau makan apa, Ndry?"
"Nasi bakar betutu sama mineral water. Itu saja."
Aku mengangguk lalu melihat kembali pada pegawai. "Dua nasi bakar betutu sama dua mineral water ya, Kak. Terima kasih."
"Kenapa cuman makan itu? Hemat banget kalian. Ada snack juga. Kenapa nggak pesen? Padahal saya yang traktir." Pak Dirga buka suara setelah pegawai restoran selesai dengan pesanan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSS IN MY RED ROOM
RomanceKupikir pengganti Chief Financial Officer tak jauh beda dari Bapak Aldy. Berusia kurang lebih 50 tahun dan lebih suka sekretarisnya berbau minyak aromaterapi. Realita menjungkirbalik prediksiku karena CFO baru itu masih berusia 34 tahun dan lebih...