22. The day before

3.5K 516 25
                                    

Cerita ini udah tamat di karyakarsa ya. Yang mau baca duluan sila merapat ke sana. Sudah ada ekstra part juga di sana.

Oiya, sekalian mau promo. Aku ada cerita baru ⤵️

Ini cerita temen bapak Dirgantara ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini cerita temen bapak Dirgantara ya. Udah aku up 1 bab di wattpad❤️

==

(n) yesterday

(n) the days before this day.

==

Pak Maheswara muncul di hadapanku ketika aku tengah menikmati makan siang. senyumnya mengembang lebar ketika dia duduk di hadapanku. Beberapa hari terakhir ini, kami memang sering menghabiskan makan siang bersama di salah satu sudut kantin.

Bukan berkencan, tetapi membicarakan lokasi plesiran. Ya, aku menyibukkan diri dengan hobi baru. Memutuskan untuk mencoba traveling dan memilih Pak Maheswara sebagai guru untuk hobi yang akan kutekuni.

Tentu manusia satu itu menolongku dengan sukarela. Padaku yang baru dekat saja, dia tidak berhenti bercerita tentang acara bepergiannya, apalagi ketika dirinya dimintai ilmu tentang travel. Semangatnya pasti menggebu-gebu.

“Gimana kalau Jepang, Lalita? Kyoto bagus banget,” katanya sambil mengulurkan tab yang dia bawa. Setelah menyerahkan dan memberi tahu agar aku melihat foto-foto serta video dalam layar pintarnya, Pak Maheswara meninggalkan bangku. Dia mengantre untuk mengambil makan siangnya.

Sudah beberapa hari ini aku dan Pak Maheswara sering menghabiskan waktu makan siang bersama. Mendiskusikan tempat mana yang harus kukunjungi sebagai traveler pemula. Awalnya dia menyarankan untuk menjelajahi tempat-tempat yang dekat-dekat lebih dulu. Memilih lokasi yang cocok, namun kemudian idenya berkembang. Pilihannya meluas dan hari ini idenya sampai kyoto.

Sewaktu masih berusia belasan tahun, papa sering membawa kami pergi melakukan perjalanan. Namun dari semua perjalanan ke berbagai negara, tidak ada satupun yang membuatku ingat betapa menyenangkannya perjalanan itu. Aku hanya kelelahan karena semuanya terasa tergesa kala itu.

“Bagaimana?” tanya Pak Maheswara membawa nampan makan siangnya. Kemudian duduk di depanku. “Bagus, kan?”

Aku mengangguk. Foto dan video milik Pak Maheswara tentang Kyoto sangat cantik. Tab ini sepertinya khusus berisi dokumentasi perjalanannya. Dia juga membawa tab ini kemarin pagi, menunjukkan beratus dokumentasi dari lokasi wisata lokal.

Membicarakan tentang kemarin pagi, perasaan jengkel kembali muncul tanpa diminta. Ingat bapakku yang mendadak muncul di lobi pagi sekali sambil berkata, “Ini masih pagi sekali,” begitu katanya. Dengan intonasi suara yang mengesalkan.

Aku dan Pak Maheswara yang sibuk melihat foto-foto dokumentasi perjalanan Pak Maheswara, berbalik hampir bersamaan ke tempat bapakku berdiri. Begitu melihat wajahnya, kemarahan langsung menggelegak di dadaku. Ingat bagaimana dia menginginkan kakak perempuanku agar menari lagi di hadapannya. Dia benar-benar seperti monster cabul.

BOSS IN MY RED ROOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang