OS 15 : "Kami sudah pernah melewati malam pertama."

692 21 1
                                    

***

Sore-sore, hari minggu. Entah apa dan bagaimana bisa sekarang Rina dan Ryan duduk berdua di gazebo halaman belakang rumah istana itu. Memperhatikan langit mendung, pertanda kalau sebentar lagi hujan akan turun.

"Gimana di kampus? Lancar?" Ryan membuka pembicaraan. Ia menyesap kopi pahit kesukaannya.

"Bisa dibilang lancar dan bisa dibilang nggak juga. Pusing, lagi ada skripsi Soalnya." Rina menghela nafas berat lalu menyesap capuccimo dinginnya. Tiba-tiba Ryan berdiri.

"Mau ikut gak?" ajaknya.

"Kemana?" tanya Rina mager.

"Liat bunga tuh di taman. Siapa tau aja bisa meredakan sedikit rasa pusing kamu."

"Mager ah." tolak Rina malah menyenderkan punggunya di kursi.

"Anak kuliahan mana ada kata mager. Ayo, cepetan." Ryan pergi lebih dahulu. Rina menggerutu tapi tetap saja ia mengikuti Ryan dari belakang.

Taman bunga belakang rumah Ryan lumayan luas dengan bunga Matahari, lavender, mawar dengan berbagai warna. Ryan berhenti tepat di tanaman bunga Anggrek. Ia berjongkok untuk menyentuh bungan berwarna ungu itu.

Rina ikur berjongkok dan membelai bunga itu. Entah apa yang membuat Ryan tersenyum melihat bunga itu.

"Kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Rina penasaran. "Keinget mantan ya? Heem? Ini bunga kesukaan mantan Om? iya?" entah kenapa nada bicara Rina nyantuy.

"Mamah suka bunga anggrek. Ini bunga kesukaan Mamah saya." Rina ciut. Ternyata Ryan sedang mengingat Ibu mertua Rina.

Mohon maaf ibu mertua.

Guludug!!

Suara petir berkumandang. Membuat Rina yang sedang menyatukan tangannya meminta maaf pada ibu mertuanya terkejut.

"Bentar lagi hujan. Ayo masuk." Ryan berdiri hendak masuk ke rumah.

"Om punya mantan pacar?" Rina yang belum berbalik bertanya, membuat langkah Ryan terhenti. "Sebelumnya Om pernah pacaran kan? Gak mungkin gak pernah."

Ryan berbalik, ia mendekat kearah Rina. Sangat dekat, sampai Rina ingin mundur pun tak bisa karena di belakangnya ada tanaman bunga aggrek. Rina yang akan jatuh menimpa bunga-bunga cantik tak berdosa itu. Dengan sigap tangan kanan Ryan terulur kebelakang pinggang Rina dan menahannya untuk tidak jatuh.

"Kalau saya gak tangkap kamu, kamu udah jatuh menimpa bunga-bunga tak berdosa itu." Rina yang masih terkejut bergantian melihat bunga anggrek di belakangnya dan Ryan yang ada di hadapannya.

Entah kenapa suara Ryan barusan membuat darah Rina mendesir dan hatinya dugun-dugun.

Tiba-tiba hujan turun. Ryan menarik Rina, ia ingin berlari masuk, tapi Rina menahan tangan yang menangkapnya tadi.

"Om belum jawab pertanyaan aku tadi." Rina berteriak di tengah hujan yang mulai deras.

"Ok saya akan jawab di dalam. Ayo cepat masuk." suara Ryan memburu dengan helaan nafasnya yang tidak teratur juga. Genggaman tangan Rina ia berusaha untuk melepaskannya.

Om, Eh SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang