OS 13 : "Aku gak akan terjebak lagi dalam tipu muslihatmu Om."

413 14 0
                                    

****

Ryan POV.

Jam 19:00 malam waktu makan malam tiba. Rina, kembali ikut makan bersama denganku. Aku heran sekaligus kagum melihat betapa lahapnya Istri kecilku ini makan, padahal kurang dari tiga jam lalu ia sudah makan banyak. Perutnya itu seperti karet.

Selesai makan, dilanjut dengan makan pudding sebagai pencuci mulut atau dessert. Sama halnya dengan memakan makanan berat ia juga begitu lahap memakan pudding ini sampai ia meminta mangkuk pudding kedua dan ketiga.

Luar biasa.

Apa semua wanita kalau makan bisa selahap ini? Coba beritahu aku. Apa iya semua?

"Kamu belum memberitahuku.. Kenapa tadi, kau seperti manusia kelaparan sekali?"

"Bukan seperti lagi Om.. Tapi jinjja jinjja." balasnya dengan bahasa asing. Aku tau itu artinya sangat-sangat kan? Aku tau beberapa kata bahasa korea. Karena yah, aku pernah sesekali kesana dan sesekali pula nonton dramanya dikala senggang.

"Iya kenapa?" tanyaku jinjja-jinjja penasaran.

"Papih, dia ngeblokir kartu aku.. Dan, aku sama sekali gak punya uang cash sedikitpun." jawabnya terlihat sedih. Tidak, marah. Terlihat wajahnya seperti wajah marah, kepada Papihnya mungkin?

Aku pun lupa memberikanya uang saku dan kartu kredit. Sungguh lupa. Karena pekerjaan yang menumpuk setelah bulan madu.

"Ikut saya." ajakku setelah selesai memakan pudding.

"Kemana?"

"Ayo ikut saja." dia pun berdiri dan kami berjalan kedalam kamarku. Dia diam di luar, tepat dekat pintu kamarku. "Kenapa? Ayo masuk."

"Om mau ngapain ngajak aku masuk ke kamar Om? Aku gak akan terjebak lagi dengan tipu muslihatmu itu ya." dia pikir apa? Dia memasang mata jahatnya dengan kedua tangannya dia silangkan di dada.

"Tidak ada tipu muslihat. Ayo cepat masuk." dengan masih menyilangkan tangan di dada dia ikut masuk ke kamarku. Akupun menekan sebuah tombol di sebuah dinding dekat rak buku, dan rak itu terbuka sebagai pintu.

Kulihat wajahnya seperti terkejut.

"Tempat apa ini?" tanyanya dengan mata terbelalak melihat sekitar, lalu kami masuk dan aku menutup kembali pintu setelah menyalakan lampu.

Ruangan ini adalah ruangan pribadiku. Benar-benar pribadi. Tak ada seorang pun yang bisa masuk kesini tanpa persetujuanku. Satria sekalipun.

"Ini ruang game Om ya?" tanyanya lagi saat melihat konsol game. Yah, ini juga adalah ruangan yang bisa memberikan ide padaku untuk game baru dan sebagainya.

Jika ingin sendiri, bisa seharian kuhabiskan di ruangan ini dengan bermain game.

"Duduk disana." titahku dan dia menurut lalu duduk di sofa. Ada sebuah brankas besar tempat harta pribadiku disimpan.

Aku membawa sebuah kotak dari sana dan kembali menutup brankas itu. Kuhampiri dia yang masih saja melihat-lihat.

"Ini ambil." aku memberikan dua black card padanya. Bukannya diambil, ia malah melihatku dan melihat kedua kartu di tanganku secara bergantian.

"Om gak salah?"

"Kita kan sudah sepakat saat honeymoon. Kenapa masih aja panggil Om?" ia menggigit lidahnya sendiri.

"Mangap lupa."

"Maap." ia menyengir. "Ini ambil. Sebagai suami sudah kewajiban saya untuk tidak membuat kamu kelaparan seperti tadi kan? Ini, uang saku untuk kamu." ia masih saja terdiam.

Om, Eh SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang